6

2.8K 273 4
                                    

Rian point of view

Hari Sabtu ini, gue beserta kaum crazy rich Ciumbrella berencana untuk bersantai ria di rumah Fajar yang letaknya memang paling dekat diantara kami semua. Tentunya atas desakan Ginting dan Jojo yang ingin bermodus ria.

Gue gak sabar untuk ketemu Abel, entah kenapa gue kangen elus-elus rambutnya yang halus juga wangi. Ah, gue udah menyayangi dia seperti adik sendiri.

Fajar memencet bel rumahnya secara brutal. Tak lama terdengar suara gaduh dari dalam, seperti kaki yang terhentak-hentak secara keras.

"BERI— eh maap," muka Abel terlihat panik menyadari kedatangan kami. Gemas sekali.

Dia menutup mukanya malu, lalu dia berlari kembali ke kamarnya di lantai dua. Fajar hanya tertawa keras, lalu mempersilahkan kami untuk masuk dan duduk di ruang keluarga.

Kevin segera mengambil stick ps dan bermain bersama Ihsan. Sedangkan Jojo dan Ginting masih sok-sok ngintip ke arah kamar Abel yang jaraknya gak jauh dari tempat kami sekarang.

"Centil amat lu berdua, heran gue," ujarku gue pada Ginting dan Jojo. Mereka hanya membalas gue dengan juluran lidah, benar-benar menyebalkan.

"Gila, cakep banget kan Ting, pas dari deket!" ujar Jojo pada Ginting bersemangat.

"Belum mandi aja cakep ya, Jo."

Gue memutar bola mata malas dan beranjak pergi untuk menyusul Fajar ke kamarnya. Fajar terlihat sedang mengemas beberapa baju untuk dia bawa ke pelatnas nantinya.

"Jar," panggil gue.

Fajar hanya bergumam pelan. "Lo tau ga sih gue naksir sama siapa?" tanya gue. Fajar menghentikan kegiatan mengemasnya, kemudian badannya kembali berhadap-hadapan dengan gue.

"Jorji kan? Kayanya semua orang udah tau deh, Jom."

Gue langsung terdiam. Fajar menebaknya dengan tepat, padahal gue gak pernah cerita soal ini sebelumnya ke dia, kecuali sama Abel sih. Masa si Abel bocorin, kan gak mungkin.

"Yeh, dari gerak-gerik lo aja juga udah mencurigakan!" lanjutnya. "Tapi sayang ya Jom, si Jorji udah pacaran lama ternyata, gue ge baru tau."

Udah napa Jar, gausah ingetin gue anjir. Gue tiduran di kasur Fajar, menatap ke arah langit-langit kamarnya yang dia tempel dengan foto-foto bertema badminton. Rajin banget emang dia.

"Tapi bukannya lu mulai naksir adek gue, Jom?"

Pertanyaan Fajar membuat gue terbangun, gue menatapnya aneh. "Ya engga lah Jar, dapet kesimpulan darimana lo?" jawab gue, namun gue agak ragu sendiri dengan apa yang barusan gue katakan.

"Ya abis lu kaya seneng di chat Abel kemaren," jelasnya.

Gue kembali tiduran, gak bisa jawab Fajar. Karena gue juga masih ragu dengan perasaan gue sendiri. Kalaupun gue suka sama Abel, bukankah terlalu cepat, karena gue juga baru bertemu dengannya belum lama ini.

"Ya gue dukung aja sih Jom, daripada Abel sama Jojo Ginting."

"Apasih Jar, gue anggep Abel kaya adek gue doang."

"Anjir, awas aja lu adek-kakak zone-in adek gue!" peringatnya. "Maksud gue, kan kalo sama lu seenggaknya gak beda tempat ibadah, Jom."

Ah Fajar bikin bingung, Abel kan udah kaya adek sendiri bagi gue.

Gue beranjak pergi dari kamar Fajar, kembali ke ruang tamu yang ribut dengan teriakan Ihsan karena kalah main ps dengan Kevin.

Ting Ting

Suara bel rumah Fajar berbunyi.

"Siapapun bukain dulu dong!" teriak Fajar dari kamarnya.

Kami menatap satu sama lain, saling menyuruh untuk membukakan pintu melalui pandangan mata.

"Busetdah! Ngalah ngapa paling muda!" seru Ihsan sambil melirik ke arah Jojo yang umurnya memang paling muda di antara kami.

Jojo mencibir kesal, kemudian beranjak turun ke lantai satu untuk membukakan pintu. Dia kembali naik ke lantai dua, tidak sendiri, namun bersama seorang gadis seumuran Abel, sepertinya dia temannya.

"Permisi ya kak," ujar gadis itu, lalu berlalu pergi menuju kamar Abel.

Jojo kembali dengan wajah sumringah, "kayanya gue ganti target deh, Ting!" Ucapnya.

Kami menggeleng dengan kompak, Jojo kebiasaan banget emang. Liat yang bening dikit langsung belok, tapi untungnya Abel jadi gabakal kepincut sama dia kan? Hm apa urusannya sama gue coba.

🏸

Povnya Rian jadi pake 'gue' tuh enak ga sih bagi kalian? Saran dongg hehe

Mind ; Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang