PROLOG

47 2 0
                                    

Hidup adalah tentang kisah cerita. Cerita yang dipenuhi lika-liku dalam setiap langkah. Mewarnai kehidupan hingga indah. Berbagai cara dipilih, dan dipilah. Suka dan duka yang selalu ada. Susah dan senang yang juga tak kunjung reda. Dan bahagia selalu sebagai tujuan akhirnya.

Hari per hari muncul cerita baru. Kadang sesuai harapan, kadang juga malah lebih buruk dari harapan itu. Biasanya cerita indah akan selalu terkenang, diingat dimana dan kapan saja. Namun setiap orang juga punya cerita buruk dalam perjalanan hidupnya. Dan itu pasti. Begitulah kehidupan itu terlihat indah.

Memori otak kita entah berapa tera. Berbagai cerita itu masuk tanpa penyaringan data. Saat masih kecil mungkin banyak sekali cerita indah waktu bermain. Lalu saat dewasa hanya ada ruwetnya kehidupan. Atau sebaliknya. Wajar, bila kata 'move on' itu sering terjadi. Sebab memori kita terus bertambah dengan hal baru, dan sulit 'error'. Tidak ada anti virus seperti AVG dan Smadav dalam memori kita.

Selain itu, tombol 'delete' juga tidak ada dalam memori kita. Saat seseorang mengatakan bahwa 'aku sudah menghapus dirimu dalam memoriku', bisa dipastikan itu hoax. Betul? Lalu, bagaimana jika cerita buruk lebih banyak di memori kita? Atau hanya satu, tapi sangat buruk. Jika tidak hilang, itu akan sangat mengganggu. Perlu kah kita menemukan Putri Duyung? Dalam legenda, mereka mampu menghapus ingatan seseorang. Haruskah mencarinya?

***

Cerita indah itu...

Seperti cerita cinta saat masih remaja, atau dewasa. Menjelang janur kuning melengkung, malah datang penghianatan. Misal dia menghilang. Hancur. Pasti sangat hancur. Menangis pun hanya mengeluarkan air mata, bukan menghapus data penghianatannya. Hiks..hiks... Pasti ada buruknya, entah di awal, atau di akhir.

Terlebih di era milenial ini. Cerita indah terpaku pada dunia percintaan. Banyak yang nikah muda misalkan. Kadang juga anak kecil dengan mudahnya bilang cinta, kepada mamanya, mamanya orang lain tapi.. Wkwkwk

Kita harus ingat, bahwa cerita indah tidak akan terus berlangsung. Kita hanya mampu merencanakan, bukan mengaturnya saat cerita itu berlangsung.

Tuhan menjadi sutradara kehidupan. Jangan dilupakan! Skenario yang telah kita rancang pun masih direvisi, tidak langsung di-ACC oleh-Nya. Asmara yang berlangsung terlihat sudah pas pun di-cut. Begitulah peran sutradara. Lebih tau mana yang lebih baik. Kita hanya perlu mengikutinya saja.

Kadang kala memberi karakter dan cerita baru. Ada cek-cok antar pasangan, ujian saling bertahan. Ini terlihat seru dan indah bukan? Karena dalam alur cerita harus ada perkenalan, konflik atau klimak, dan penyelesaian. Begitulah tolok ukur cerita yang indah.

Bayangkan coba! Andai sopir mobil pergi jauh melintasi jalur tol. Dari depan rumahnya. Sampai tujuan pun akan tetap melintasi jalur tol itu. Mungkin atau tidak si sopir akan tertidur? Misalkan saat berhenti di lampu merah, ia menutup mata, mulai tertidur. Atau malah saat melaju kencang si sopir tertidur. Dan ... (Menakutkan sekali). Nah, ceritanya selesai. Nampak membosankan.

Begitu pula dengan cinta. Kasih sayang yang harus diberikan kepada orang lain. Dibagi bahkan bisa lebih dari satu orang. Berbagi kasih sayang dengan orang tua dan seseorang yang dicintai, misalkan.

Rumitkah? Rumit mana dengan rumus Fisika dan Matematika? Hidup harus memilih. Memilih yang baik, atau yang lebih baik. Itu saja.

***

Persoalannya, kapan cinta dalam hati kita diutarakan pada seseorang yang dicintai? Bolehkah saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar? Perlukah menunggu saat sudah memakai seragam putih abu-abu? Atau harus tamat kuliah dulu? S1? S2? Atau S3? Haruskah mejadi orang sukses, punya pekerjaan tetap, dan punya rumah sendiri dulu? Bagaimana? Atau malah menunggu ditanya orang tua kita, lalu kita utarakan cinta kita pada orang tua, dan biarkan orang tua kita yang menyampaikan cinta itu pada seseorang yang kita cintai? Begitu?

(Bersambung, Chapter 01 akan tayang 09 Desember 2018)

Bantul, 01 Desember 2018

AHMAD SANGIDU

WAQAF & IBTIDA'Where stories live. Discover now