Chapter 50 : Batu Jiwa Tak Bertuan.

Start from the beginning
                                    

Zeldric tahu meskipun putrinya telah mendapatkan batu jiwa tak bertuan itu. Tapi ketika putrinya menggunakan batu itu maka jelas akan membutuhkan tenaga ekstra untuk menggunakan batu itu dan hanya orang terpilihlah yg mampu menggunakan batu jiwa tak bertuan itu. Bahkan Sean saja tak bisa menggunakan batu itu.

" Tenanglah, putri kita pasti bisa mengembalikan kesadarannya. Kau tahu, batu jiwa itu bereaksi hanya kepada orang yg telah batu itu pilih dan itu putrimu. " Zeldric mencoba menenangkan istrinya yg terlihat khawatir. " Percatalah kepada putri kita sendiri sayang. "

Ciel mengangguk lemah. Zeldric segera mengajak istrinya kembali ke dalam kamarnya. Meskipun istrinya telah sembuh tapi Zeldric tetap menyuruh istrinya itu untuk beristirahat total. Zeldric memang suami yg sangat overprotektif.

●●●🌷●●●

Malam pun tiba. Kini mereka semua telah berkumpul di kamar Zee yg terbaring lemah. Tubuhnya terlihat begitu tak bernyawa dan itu membuat sesak di hati mereka semua.

Dengan berlinangan air mata, Zea menghampiri tubuh kakaknya yg sangat ia rindukan. Sosok pelindung untuknya sedari kecil hingga sekarang. Sosok yg selalu menemaninya dan mengajaknya bermain. Sosok dingin, berwajah datar, keras kepala dan arrogant yg sangat menyayanginya. Begitu banyak kenangan yg telah mereka berdua lewati dan itu membuat Zea tak sanggup kehilangannya.

Di peluknya tubuh kakaknya penuh kerinduan yg mendalam. Tubuhnya begitu dingin dan tak bernyawa. Zea mengecup sekilas dahi kakaknya sembari berbisik.

" Kak malam ini aku akan menebus kesalahanku kepadamu. Aku pasti akan mengembalikan kesadaranmu. Kau tak boleh tidur terlalu lama lagi karena aku tak mengizinkamu. Kau tahu bukan, bahwa aku sangat merindukan pelukanmu. " bisiknya sembari terisak kecil. Hatinya begitu sakit.

Sedangkan yg lain hanya diam sembari terus menyaksikan apa yg akan di lakukan Zea. Zeldric berdiri di samping istrinya yg sedari tadi sudah terisak karena menangis. Disana begitu banyak orang dan semua itu termasuk orang tua Zeldric juga orang tua yg lainnya. Mereka berkumpul untuk menunggu kesadaran Zee kembali.

Setelah itu, Zea menegakkan tubuhnya kembali dan mengambil batu jiwa tak bertuan itu dari dalam sebuah kotak miliknya. Zea lalu, menggenggam erat batu itu sembari berdoa di dalam hatinya.

" Tenanglah, kau tak perlu cemas. Aku pasti akan mengembalikan kesadaran kakakmu itu. Tapi kau harus ingat bahwa setelah ini akan terjadi peperangan besar dan kau harus mencegah peperangan itu atau sesuatu yg mengerikan akan terjadi. Kau harus mencegahnya agar kebangkitan itu tak terjadi. "

Zea tersentak ketika mendengar bisikkan batu jiwa itu kepadanya. Dahinya mengernyit bingung, apa maksudnya itu? Lalu kebangkitan siapa yg batu jiwa itu maksud?.

" Kau akan tahu setelah ini Zea dan bencana itu akan terjadi di mulai dari beberapa hari kedepan. Kau harus memperingatkan yg lain dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi masalah itu. Bersatu jauh lebih kuat dari pada menghadapinya sendiri. Kakakmu itu pasti akan membantumu. " jelas batu itu lagi.

Zea menganggukkan kepalanya meskipun masih tak mengerti kemana arah pembicaraan batu itu tapi Zea percaya bahwa itu akan benar-benar terjadi suatu hari nanti.

" Sekarang, pejamkan matamu dan dengan perlahan utarakan apa yg kau inginkan. Permintaan mulia pasti aku dengarkan tapi jika kau salah maka bencana bahkan juga bisa kematian yg akan kau dapat. "

Lagi-lagi Zea hanya mengangguk mengerti dan dengan perlahan ia menutup kedua matanya sembari mendekap batu jiwa tak bertuan itu di depan dadanya. Kemudian ia membisikkan keinginannya itu di dalam hati.

Vampire Wars [Completed]Where stories live. Discover now