4💦

6.6K 372 1
                                    

Hai hai maaf bila banyak typo😁😁 dan semoga kalian suka dengan ceritanya😉😉 jangan lupa ninggalin jejak ya... vote and comment 😘😘


Author POV

Sebuah rumah yang layaknya istana yang megah berdiri kokoh di hadapan Raras. Dia tidak menyangka ada rumah yang sebesar ini. Tembok-tembok yang berdiri kokoh menjulang tinggi, pohon-pohon yang rindang mengelilingi rumah itu dan membuat suasana rumah ini menjadi sejuk. Sangat nyaman walau hanya berada didepan rumah saja.

Raras berjalan memasuki rumah layaknya istana itu dengan perasaan takjub bercampur penasaran. Matanya selalu menelusuri halaman yang megah ini, dan dia tak henti-hentinya memuji kebersihan halaman ini.

"Mari non Raras, nyonya besar ada di dalam!" Sopir itu menuntun Raras untuk memasuki rumah dengan membawa koper miliknya. Raras sempat mencoba untuk membawanya sendiri karena merasa tidak enak tetapi langsung ditolak. Mau tidak mau Raras hanya bisa mengucapkan terimakasih.

Isi rumah ini tak kalah mewah dibanding penampilannya dari depan. Berbagai peralatan yang terkesan sangat mewah tertata rapi di tempatnya masing-masing. Beberapa macam guci serta vas yang terlibang cukup mahal memenuhi seluruh isi rumah ini. Walaupun Raras tidak mendapatkan didikan sekolah, dia masih memiliki sopan santun di dalam dirinya.

"Raras, kamu sudah datang sayang?" Sandrina menghampiri Raras yang berjalan melewati ruang tamu. Raras yang disapa hanya tersenyum dan memberi salam dengan sopan.

"Baiklah, kamu pasti tidak mengerti siapa saya, saya adalah Sandrina adik ipar dari nyonya besar. Kamu bisa panggil dengan bibi Sandrina!"

Raras mengangguk tanda mengerti. Sandrina memang terkenal akan sikapnya yang ramah berbeda dari nyonya besar yang lebih tegas. Melihat kalau Sandrina tidaklah jahat membuat Raras sedikit lega.

"Iya bik.." Raras menjawab dengan pelan.

"Kalau begitu mari bibi tunjukan kamar kamu!" Sandrina mengajak Raras untuk melihat kamarnya.

Mereka berdua pergi dengan hening, Raras yang merasa penasaran tiba-tiba bertanya. "Kenapa rumah ini terlihat sepi bik?" Raras memang orang yang sangat gampang penasaran dan rasa itu telah muncul begitu saja tanpa ia sadari.

Sandrina tersenyum dan menjawab.  "Para lelaki sedang bekerja, kalau kakak ipar, dia sedang berada didapur menyiapkan makanan bersama para pelayanan lainnya sedangkan Cintia sedang berada di kamarnya." Jelas Sandrina kepada Raras.

"Cintia itu siapa bik?" Raras bertanya saat mereka menaiki tangga yang menjulang.

"Cintia itu anak kedua dari kakak ipar, yaitu adik dari Wisnu, calon suami kamu." Mendengar kata 'suami' sebenarnya entah mengapa membuat Raras resah. Ingatan akan posisinya membuat dia merenung sedih. "Kita sudah sampai, ini kamar kamu. Maaf bila kamarnya kecil ya Ras." Sebuah ruangan berukuran sedang dan bercat putih ada didepan mereka.

Dengan cepat Raras berkata. "Tidak kok bik, kamar ini sangatlah luas, samapai-samapi kamar Raras yang ada dirumah paman kalah luasnya." Raras mengembangkan senyuman di bibirnya.

"Kalau begitu bibik tinggal ke dapur dulu ya." Pamit Sandrina.

"Iya bik."

Sandrina segera meninggalkan Raras menuju kearah dapur. Raras masuk kedalam kamar yang berdominan berwarna putih itu. Didalamnya terdapat kasur berukuran sedang, lemari dua pintu dan meja belajar serta perpustakaan mini di pojok kanan kamar itu, tetapi Raras tidak akan membaca buku yang ada disana toh dia tidak tau huruf apa yang ada di buku itu.

Menghembuskan nafas perlahan Raras membawa koper dan mengeluarkan isinya untuk segera menata ke almari yang cukup besar, bahkan pakaian yang Raras punya terlihat sedikit bila ia tata disana, padahal dia sudah membawa pakaian satu koper penuh. Kamar itu juga memiliki kamar mandinya sendiri. Sungguh mewah rumah ini. Jika dia berada dirumah paman, dia harus mengantri jika ingin membersihkan diri.

Antara Takdir Dan Jodoh (Tamat)Where stories live. Discover now