Bab XV ~ She in my eyes

150 13 2
                                    

Pertama melihatnya dengan kepanikan di wajahnya saat dengan beraninya dia menghadang jalan kami. Mata indah itu membuatku mabuk kepayang bukan itu saja rambut bahkan suaranya menimbulkan sesuatu yang aneh denganku yang selama ini tidak pernah kurasakan pada perempuan lain. Aku seorang Gay..untuk alasanya aku tidak tahu. Tidak ada alasan yang khusus seperti pernah disakiti oleh perempuan atau hal lainnya jujur berdekatan dengan lawan jenis selain dari keluargaku tidak membuatku nyaman. Ya itu alasannya. Dia seorang yang baik hati,pemberani,mempunyai rasa perrcaya diri yang tinggi dan rela melakukan apapun demi saudaranya. Dia melakukan hal nekat karena cemas kakaknya masuk ke rumah sakit.

Kulihat Albert masih saja memarahi perbuatan gadis itu. Ini bukan Albert yang kukenal dia selalu sopan dengan orang lain tapi apa yang membuat dia begitu marah kecuali hal gila yang dia lakukan ? Bukankah itu masuk akal,akupun akan melakukan hal yang sama dengannya jika Glory (adikku) tiba-tiba masuk rumah sakit dan bus ataupun taxi sialan tidak lewat satupun. Aku berusaha menenangkan Albert dan membujuknya untuk mau mengantarkannya ke rumah sakit yang memang searah. Albert setuju dengan syarat gadis itu harus diam. Emma itulah namanya sesuai dengan yang kulihat,nama emma dalam polandia dan Jerman berarti kuat. Setelah mengantarkannya ke rumah sakit,Albert marah besar padaku. Dia bilang Emma itu tipe cewek penggoda pria dan jelas dia sedang menggodaku. Menggoda? Kurasa tidak dia hanya ramah dan menjawab apa yang aku tanyakan. Sisa hariku berjalan seperti biasa hanya bayangan wajah emma menghantuiku.

Keesokan harinya aku sengaja pergi ke rumah sakit setelah jadwal selesai. Dengan langkah percaya diri aku menuju ke resepsionis ingin menanyakan ruangan kakak dari emma. Namun kemudian aku sadar ketika sang resepsionis bertanya apakah dia bisa membantuku,aku sadar aku tidak tahu nama kakaknya atau marganya. Dengan bodohnya aku bertanya dengan menyebutkan ciri-ciri emma. Aku merasakan tepukan di bahuku,oh God..aku tidak menyangka sekarang dia ada dihadapanku dan dia terlihat lebih cantik dari sebelumnya padahal belum ada 2 hari. Aku berbohong saat mengatakan aku ingin menjenguk teman tapi ternyata dia sudah keluar dari rumah sakit. Kenyataannya aku disini karena mencemaskannya. Kecemasanku sedikit berkurang saat mendengar keadaan kakaknya semakin membaik. Sebenarnya aku ingin bertanya penyakit kakaknya tapi wajahnya mengisyaratkanku untuk tidak bertanya. Dia ingin mengajakku mengobrol lebih lama tapi aku tidak bisa terlalu lama karena Albert akan meledak jika tahu aku pergi tanpa pamit padanya.

Beberapa waktu kemudian, sebuah kejutan yang tidak terduga,emma ternyata adik dari lilianne partnerku dan juga teman baikku. Setiap melihat mata lilianne aku teringat padanya meski mereka memiliki pancaran yang berbeda. Mulai sejak itu kami bertaman,Albert sedikit demi sedikit menerimanya. Albert menyayangi Lilianne sebagai teman dan itu berarti dia harus menerima adiknya masuk ke wilayah kami. Berulang kali kami pergi bersama-sama tapi ada sesuatu yang terasa janggal saat kami memasuki club untuk pertama kali emma bisa masuk begitu saja. Dia memang tinggi dan memiliki badan yang tidak sesuai dengan umurnya,itu bisa saja menjadi alasan dia masuk lebih mudah tapi anehnya sang penjaga memberi senyuman padanya meski hanya senyuman tipis yang nyaris tidak kentara.

Kemudian pertanyaan itu terjawab saat aku bersama teman-temanku pergi ke club yang sama. Aku melihatnya sedang menari diantara pria-pria,salah satu terlalu menempel dengannya. Inginku menarik pria-pria itu menjauh dan menghajar mereka satu persatu. Rasa yang tidak pernah kurasakan pada siapapun termasuk pada Albert. Aku tidak bisa berbuat apapun, aku masih punya akal untuk tidak membuat keributan lagipula aku hanya seorang teman.

The Cherrys~Book of EmmaWhere stories live. Discover now