Bab 1

5 1 0
                                    

   Kali ini kami bertemu di tempat yang sama, namun dengan suasana yang berbeda. Aku duduk di depannya, lalu memesan secangkir kopi hitam pahit favoritku. Dia hanya melihatku sekilas, lalu melanjutkan aktivitasnya bersama handphone dengan case pink polkadot yang bertuliskan namanya di bagian belakang, itu merupakan kado valentine yang kuberikan kepadanya 5 tahun lalu.
   “Aku tak punya banyak waktu,” aku mencoba membuka pembicaraan. Dia meletakan handphone di atas meja, lalu merogoh tasnya dan tanpa berkata menyodorkan sebuah amplop.

                               ***
   Tahun terakhir di SMA menjadi sangat berat bagiku, bukan hanya karena ujian-ujian yang harus ku hadapi, tetapi juga tanggung jawab yang diberikan Pak Handoko, guru BK kelas 12, kepada ku.
   “Tin... dipanggil pak Handoko tuh, disuruh ke ruang BK,” ucap Hendry, ketua kelas 12 IPA 1. Dengan perasaan bingung, takut, gelisah, semua bercampur aduk, maklum lah, aku anak teladan di sekolah ini. Biasanya langganan tetap nya Pak Handoko itu, Jeremy, ketua geng motor yang kerjaannya tauran dengan geng-geng sekolah lain. Ia dan komplotannya selalu stay di lapangan selama jam sekolah sambil berlutut, jika paginya telah diterbitkan koran yang memuat tentang tauran pelajar. Karena tidak lain dalangnya adalah Jeremy and the geng.
   Aku tidak pernah mau berurusan dengan orang-orang itu karena bisa saja nasib ku seperti Andre yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit karena patah tulang belakang, baiknya, mereka juga tidak pernah mengganggu ku karena aku sangat menjaga diri agar tidak terlibat atau berhubungan apapun dengan mereka. Aku ingin menjalani hidup dengan damai dan pulang kerumah tanpa cacat.
   Aku masuk ke ruang BK, Pak Handoko terlihat sibuk dengan berkas-berkas dan tidak menyadari kehadiran ku.
“ Permisi pak,” ucapku, mengagetkannya.
   “Ohh... Martin, silahkan duduk!” Sambil tersenyum ramah ia menunjuk kursi di depannya dan mempersilahkan ku duduk. Raut wajahnya tidak memperlihatkan jika aku telah melakukan kesalahan besar, setidaknya itu membuat ku sedikit lega meskipun aku masih penasaran alasan ku dipanggil keruangannya untuk pertama kalinya dan bertemu dengan nya  selain pertemuan belajar mengajar di kelas.
  “Alasan saya memanggil kamu kesini adalah saya ingin meminta bantuan kamu Martin,” wajahnya berubah serius.
.....
 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 20, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

start til' endWhere stories live. Discover now