Permulaan

29 2 0
                                    

Shin membenci suara tawa itu.

Shin juga membenci senyumannya.

Shin sangat membenci apa pun yang ada padanya.

Ia, si perebut tahta, adalah ia yang terlalu banyak merenggut segalanya.

-xxx-

Sore itu hujan turun dengan begitu derasnya. Seisi istana sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, terlindungi oleh dinding-dinding batu berwarna abu-abu gelap yang kokoh membangun kastil itu. Para koki kerajaan sibuk dengan kegiatan memasak mereka di dapur, menciptakan harum-harum masakan yang menggoda indra. Sementara itu, para pelayan sibuk berjalan mondar-mandir, membawakan kebutuhan para petinggi kerajaan.

Tak kalah dengan para pekerja istana, Lee Shin, sang Putra Mahkota "resmi", juga tengah sibuk tenggelam dalam buku bacaannya, mempelajari apa yang diajarkan oleh guru kerajaan beberapa jam yang lalu. Begitulah kebiasaan pemuda berusia 25 tahun itu setiap harinya-mempelajari apa yang sudah diajarkan kepadanya, juga mempelajari hal-hal yang sama sekali baru baginya.

Ia terlihat tenang duduk di sebuah bantalan duduk, di depan meja berkaki rendah. Tubuhnya berbalut setelan berwarna putih dengan kerah tinggi berenda halus, dengan rambut hitam yang disisir ke belakang, menampilkan keningnya. Sepasang kakinya mengenakan kaus kaki yang juga berwarna putih, sementara celana yang ia pakai berbahan katun dengan warna hitam legam. Jari-jari panjangnya sibuk membalik halaman, sementara tangannya yang lain menopang pipinya dengan siku tertempel di meja.

Ruang belajar yang ditempati Shin seorang diri diliputi keheningan yang paripurna. Hanya rintik hujan yang terdengar dari arah jendela berbingkai batu yang ada di dinding dekat langit-langit yang menemaninya, juga sesekali suara derak kertas yang halamannya dipindah oleh pemuda itu. Segalanya terasa hening dan menyenangkan baginya, sebelum debum pintu yang didobrak menginterupsi secara telak, mengejutkan sang Putra Mahkota.

"Lee Shin-ah!"

Ah, suara itu lagi.

Shin memutar kedua bola matanya dan menghela napas. Ia terlihat tidak peduli sama sekali, sementara sepasang mata hitam legamnya terus tertanam ke deretan huruf yang ada di hadapannya. Tentu saja, kali ini ia tidak benar-benar membaca dengan serius. Pasalnya, setelah diganggu sedemikian rupa oleh sosok yang teramat tak ingin dilihatnya itu, konsentrasi Shin telah hilang sepenuhnya. Ia merasa sungguh teramat dongkol.

"Lee Shin-ah! Ayo, keluar! Temani aku ke halaman!" seru suara yang tadi memanggil itu dengan riang.

Pemilik suara itu adalah Yook Jeonghwa, sang Putra Mahkota "tidak resmi" kerajaan. Ia adalah pemuda 27 tahun berparas tak kalah rupawan dengan Shin. Tubuhnya kurus dan terlihat ringkih. Kulitnya sedikit gelap, tetapi pucat, dengan sedikit seri kemerahan pada kedua pipinya yang terlihat bulat meskipun tidak benar-benar berisi. Rambutnya sama hitam dengan milik Shin, tetapi tak tertata rapi, karena ia lebih menyukai poni menutupi keningnya yang cukup lebar. Jeonghwa mengenakan setelan berwarna hitam dengan lencana emas tersemat di dada sebelah kirinya, lengkap dengan rantai halus yang juga berbahan emas murni tergantung di bagian lencana, hingga kancing ketiga bajunya.

Pemuda yang dua tahun lebih tua dari Shin itu terlihat manis dengan caranya sendiri. Mereka yang baru pertama kali berjumpa dengannya pun memiliki potensi besar untuk langsung menyukai pribadinya yang riang—sangat bertolak belakang dengan Shin—dan tak segan untuk tersenyum kepada siapa saja. Ah, jangan lupakan pula kepribadiannya yang sedikit kekanak-kanakan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 21, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Silent BitWhere stories live. Discover now