Bab 4: Dinner Disaster

355 41 5
                                    

Noura mulai menjejalkan beberapa baju ke dalam koper. Padahal briefing bersama panitia penyelenggara baru dilakukan besok dan keberangkatannya pun masih dijadwalkan dua minggu lagi. Ia memang tidak sabar lagi menunggu hari keberangkatan. Semuanya ia sudah siapkan dengan rapi karena ingin perjalanan ini menjadi perjalanan yang paling membahagiakan untuknya.

Namun tiba-tiba saja ia teringat sosok Sani yang menyebalkan. "Ah iya, gue belum pamer ke Sani. Gue pengin buat dia kesel juga!" Setelah berhasil melakukan misinya kemarin pada Alika, kini ia ingin melancarkan sasaran pada cowok rese yang cintanya terpaksa ia terima. Ia lalu berjoged-joged sendiri dan bernyanyi nggak jelas karena kesenangan. Liriknya pun dibuat asal-asalan. "Lima hari tanpa Sani~! Uwooo!"

Namun tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan memperlihatkan sosok yang tidak pernah Noura sangka akan berani menginjakkan kaki kemari. Wajar saja matanya langsung nyaris mental dari rongga. Penampilan sosok itu seperti cowok, berambut pendek, tinggi, dan memiliki sorot mata yang seperti tidak punya semangat terhadap apa pun. Ketika ia tidak berbicara, pasti banyak yang mengira bahwa ia adalah cowok.

"Ih, jelek," umpat Alika ketika melihat kelakuan kakak sepupunya.

"Eh gimana lo bisa masuk?!" suara Noura naik dua oktaf.

Alika hanya memutar bola matanya, menaruh plastik berisi martabak di meja dekat pintu, kemudian segera menjauh tanpa menutup pintu kamar Noura.

Noura yang emosinya tengah membara pun menarik bahu Alika dengan kasar. "Heh!"

"Lepasin!" Alika langsung menepis tangan Noura.

"Lo pikir ini rumah lo?! Ketok pintu dulu kek, permisi kek!"

Kalau Noura adalah sosok yang sangat menunjukkan emosinya ketika tengah meledak, lain halnya dengan Alika yang begitu cuek dan lebih sering menyembunyikan emosinya. "Ngapain gue ketok pintu? Mama yang ngasih kuncinya. Gue diminta beliin martabak buat lo."

"Apa-apaan—kasih kuncinya ke gue!"

"Tuh. Nggak butuh juga sih," Alika melemparnya dan terus berjalan keluar rumah.

Noura makin melotot. Ia ingin mengejar, tapi kakinya malah menginjak kunci. Ia pun terpeleset dan jatuh dengan lutut menyentuh ubin. "Akhh! Alika sialaannnn!" Sepertinya Noura lupa bahwa skor sudah menunjukkan satu sama. Kehadiran Alika yang tiba-tiba ini membuatnya senewen setengah mati.

"Nouraaaa~!"

Noura mematung karena teriakan memekakkan itu. Ia mendongak dan melihat sosok menyebalkan lain yang tiba-tiba muncul. Cowok itu punya penampilan bak model, tinggi dan tubuh yang cukup atletis. Poninya agak kelewat panjang sehingga disampingkan biar tidak menutup mata. Cowok itu punya bibir yang panjang, jadi ketika tersenyum lebar wajahya akan berubah kayak badut. Dia adalah cowok tengil yang sudah lama ingin dibanting Noura ke tanah.

Tiba-tiba saja Sani mengeluarkan tawa super membahana. "Kamu ngapain, Sayang? Saking hormatnya sama aku, masa kamu sampai berlutut kayak gini?"

Susah payah Noura berdiri. Bibirnya sudah manyun lima senti. "Ih, amit-amit. Siapa juga yang berlutut sama lo?!" Ia tidak menyangka akan dikunjungi oleh orang-orang menyebalkan di hari ini. Padahal orang-orang itu tidak pernah ia minta datang.

Sani mengeluarkan senyuman sok cool-nya. "Ayo, ikut! Kita makan malem bareng." ia main tarik tangan Noura.

"Eh, emangnya gue bilang mau?!" Noura berusaha menarik tangannya, tapi cengkeraman tangan Sani lebih kuat.

Jeolla, I'm Hurt (COMPLETED)Where stories live. Discover now