Lust | attempts of escape

263K 9.2K 184
                                    

Liora mulai bangkit dari tempat tidur, mata bulatnya langsung melihat ke arah wanita yang tampak tersenyum ke arahnya.

"Kau sudah bangun, Nak?"

Liora memegang tubuhnya yang terasa sakit dan sedikit lega karena yang ia lihat bukan pria brengsek yang membuatnya hingga seperti ini.

"Bangunlah, kau harus makan."

Wanita itu membantu Liora yang perlahan bangun dan melihat makanan di depannya. Rasa lapar yang teramat sangat tidak bisa membuatnya menolak. Ia menurut dan langsung makan dengan lahap agar energinya pulih. Ia pikir akan mendapatkan apapun yang ia mau setelah setuju ternyata salah besar, kini ia harus hidup dalam batin tersiksa dan siap membuat hidupnya menderita.

"Tuan Alex pergi sebentar, kau bisa istirahat dulu di sini." Wanita itu bangkit dari hadapan Liora dengan senyu-man lembut.

"Tunggu, apa Alex sudah lama pergi?" tanya Liora penasaran dan ingin memulai aksinya.

"Sekitar dua jam yang lalu." balas wanita itu membuat Liora sedikit mengigit bibirnya, ia melirik ke arah tubuhnya yang sudah terpasang pakaian yang tampak mahal.

"Hm... Baiklah." Liora mengangguk sambil memegang gelas susunya lalu melirik keadaan kamar, hingga wanita tadi menghilang dan menutup kamarnya.

Liora beranjak dari tempatnya untuk mencari sesuatu yang mungkin bisa ia jual untuk kabur dari sana.

Ceklek!!

Liora memutar tubuhnya melihat ke arah pintu, seorang pria masuk dengan cepat ke dalam dan mengan-tarkan ponsel kepada Liora.

"Tuan Alex mau bicara."

Liora merampas ponsel itu dan mendekatkan ke telinganya.

"Halo Honey, Sudah bangun?" sapa Alex di telepon sambil melihat berkasnya di kantor.

"Mana bagianku? Kau sudah berjanji untuk memberiku uang." Rasanya ia seperti wanita murahan sekarang tapi semua sudah terlanjur. Tidak seharusnya ia setuju dari awal.

"Jangan khawatir Honey, kau bisa ambil ATM yang aku letakkan di dalam lemari kaca nomor dua dari ranjangmu, Itu milikmu di sana sudah tertera pinnya dan tunggu aku untuk permainan selanjutnya." Alex memotong ucapan Liora yang langsung melihat ke arah Lemari yang ditunjuk-kan Alex tadi.

"Jangan banyak bermimpi Alex!" Liora mematikan ponsel itu dan menggenggamnya dengan erat, tak lama ia melihat bodyguard kembali meliriknya dari pintu untuk mengambil ponsel. Liora mendekati lemari yang ditunjuk-kan Alex dan melihat ATM itu. Ia segera mengambilnya dan berjalan ke arah pintu.

"Maaf, Nona mau kemana?" Seorang pria segera meng-hadang Liora dengan cepat.

"Alex menyuruhku keluar dari sini, tidak percaya? Telpon saja dia!" Entah dari mana Liora punya keberanian seperti itu, hingga pria itu tampak diam dan menggeser untuk memberi jalan pada Liora.

"Tuan Alex sudah melepaskannya!" teriak pria itu dari atas membuat para bodyguard yang ada di bawah menyingkir tanpa menghadang Liora.

Mereka sangat patuh.

Batin Liora merasa takut jika Alex bisa saja tiba-tiba pulang atau menelpon. Ia segera berlari ke arah luar dan meninggalkan lokasi rumah Alex dengan cepat.

***

Alex memasang kembali kemejanya setelah melakukan hal gila pada sekretarisnya itu. Baginya wanita itu hanya sebatas pemuas saat selingan bekerja.

"Aku mau pulang, rapikan pekerjaan." Alex memberi perintah sekretaris yang baru saja selesai merapikan dirinya kembali. Ia meraih tasnya dan kembali pulang dengan segera untuk menemui incaran barunya itu.

"Apa dia sudah makan?" tanya Alex pada salah satu bodyguard-nya saat masuk ke dalam rumah. Pria dengan setelan hitam itu langsung mengerutkan keningnya heran.

"Bukannya anda sudah melepaskan Nona Liora tadi Tuan?"

Alex memutar tubuhnya dengan segera saat mendengar kalimat mengejutkan itu. "Melepaskan?" Alex menatap tajam ke arah pria yang tampak ketakutan itu.

"Tadi Nona Liora mengatakan Tuan yang menyu-ruhnya keluar." sambung pria itu kembali. Wajah Alex berubah seketika, Ia mengepal tangannya dan siap untuk memukul siapa yang ada di hadapannya saat ini.

"Jadi kau percaya begitu saja?!" Alex langsung meninju perut pria itu tanpa ampun.

"Troy, cek ATMnya dan blokir!" perintah Alex dengan suara kencang ke arah Troy yang setia meng-ikutinya kemanapun.

Alex mengkilatkan tatapannya kembali ke arah pria yang meloloskan Liora itu. Ia menarik stik golf yang berada di dekatnya dan memukul pria itu tanpa ampun hingga orang di sana melihatnya ketakutan dan ngeri. Bagi mereka itu adalah tontonan biasa saat salah satu dari mereka melaku-kan kesalahan.

Suara memohon ampun dan gesekan kulit dengan benda keras itu mampu membuat jantung siapapun terpacu cepat saat melihat Alex sangat beringas.

"Aku membayarmu mahal agar tidak melakukan kesalahan!" Alex tidak perduli bagaimana keadaan pria yang hanya menerima pukulannya dengan memohon agar Alex segera berhenti.

"Nona Liora sudah mengambil uangnya hanya 1000 dolar dan aku sudah memblokir ATMnya." ucap Troy membuat Alex sedikit tenang karena ia yakin uang yang yang sedikit itu pasti akan segera habis.

"Lacak lokasi transaksi terakhirnya, dan cari dia!" pe-rintah Alex kembali pada Troy yang biasanya unggul dalam segala hal.

Alex berjongkok untuk menarik kerah baju pria yang baru saja ia pukul dengan kejam. "Kalau Liora tidak bisa ditemukan, jangan harap menerima ampun dariku!"

Alex bicara dingin dan bengis. Ia kembali bangkit dan melempar stik golfnya dan masuk ke dalam kamar untuk mencurahkan emosinya. Sesekali mereka bisa mendengar bunyi suara barang berjatuhan dan teriakan umpatan yang keluar dari mulut bossnya itu.

"Awas saja jika ketemu, Aku akan memberimu pela-jaran!" Alex menatap tajam sudut ruangan sambil meremas sudut ranjangnya dengan kuat.

Sementara Liora akhirnya bisa menyewa satu apartemen sangat sederhana di pinggiran kota yang bisa ia tempati untuk satu bulan ini. Ia sudah membeli stok maka-nan yang cukup banyak untuk beberapa minggu setelah itu ia akan mencoba mencari pekerjaan yang mungkin bisa menghidupinya.

"Aku tidak boleh bertemu lagi dengan pria itu, dengan ini aku bisa kemana saja." Liora memegang ATM pembe-rian Alex tadi sambil bertekat untuk tidak kembali kepada Alex.

When love MeetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang