06

5.5K 502 42
                                        

   Autor POV......

      Tepat disudut ruangan gelap itu Dika terus menangis sambil meremas dadanya, seakan mencoba meredakan sesuatu dari sana,ia hanya terus menangis hingga beberapa saat Dika mulai melangkahkan kakinya menuju sebuah lemari tua yg berada disamping tikar kecil itu seakan mencari sesuatu Dika terus mengorek isi lemari itu, hingga ia menemuka sebuah silet yg sengaja ia simpan dibawah lipatan bajunya, Dika memang sudah sering mengunakan benda itu saat rasa sakit dihatinya tak bisa ia tahan lagi, sesaat Dika hanya memandangi benda itu dengan tatapan kosong.

  Dengan tangan yang gemetar Dika mulai mengarahkan ujung benda itu tepat dilengan kirinya.

Goresan demi goresan terus Dika ukirkan dilangan kirinya,bahkan kini suara tangisanya semakin pilu saat cairan merah itu terus menetes mengotori lantai, namun rasa sakit dihatinya tak kunjung teralihkan.

"Hiks.... Hiks.. "

  Suara tangisan Dika terusbergemang diruangan yang sepit dan gelap itu namun tak ada satupun dari anggota keluarganya yang peduli tentang penderitaan yang Dika alami sejak kecil, bahkan ayahnya yang sempat melewati ruangan itu hanya diam saja saat mendengar suara tangisan Dika yang begitu memilikan hati, Seakan telinga dan hatinya telah tertutup rapat untuk peduli kepada putra bungsunya.

                    •••••••

  Setelah menangis cukup lama akhirnya Dika terlelap dengan tangan yang masih mengeluarka darah segar dan juga tangan yg satunya masih memegang silet yg ai gunakan untuk menyayat lengannya.

Dika POV....

    Pagi ini aku terbangun dengan rasa perih dilengan kiriku sepertinya rasa sakitnya baru kurasakan sekaran,  bukan hanya itu kepalaku juga terasa sangat pusing dan pandanganku berkunang-kunang. Aku terus mangedipkan mataku beberapa kali untuk menghilangkan rasa pusing dikepalaku. Setelah merasa lebih baik, Aku segera beranjak dan mengambil kain putih yg ada dilemari tua itu lalu membersihkan noda darah yg sudah mengering mengotori lantai kamarku.

   "Rupanya aku kehilangan banyak darah semalam"gumangku sambil terus membersikan noda darah yang mengotori lantai kamarku.

    Setelah semuanya telah selesai kubersikan, aku segerah keluar dari kamarku untuk membersihkan diri tak lupa aku memakai kaos lengan panjang untuk menutupi luka sayatan dilenganku.

   Namun belum sempat aku membuka pintu ruangan ini seseorang telah membukanya lebih dulu, kulihat ayah masuk dengan membawa sengelas susu coklat ditangannya, aku hanya terus memperhatikannya dalam diam sambil menatapnya bingung.

"Ini untukmu" ayah sambil menyodorka segelas susu kepadaku.

"U.. Untuku... ??"Ucapku tak percaya dengan perlakuan ayah padaku.

"Minumlah!!" titahnya sebelum pergi meninggalkanku dengan perasaan senang.

Skip...

  Setelah membersihkan diri dan meminum susu pemberian ayah aku segerah menuju dapur untuk mencari makanan sisa untuk mengisih perutku yg sudah kosong dari kemari.

   Aku memang selalu memakan makanan sisa dari mereka karna hanya itu yang diberikan ibu padaku bahkan aku sudah memakan itu sejak kecil jadi aku sudah terbiasa dengan semuanya.

  "I... Ibu apa masih ada makanan sisa untukku"tanyaku kepada ibu yang sedang membuat kopi untuk ayah.

"Kau makan saja makanan yg ada dipiring dekat tempat sampah itu tadi aku sudah mengumpulkan sisa makanan ayah dan Riana untukmu" ucapnya sinis lalu meninggalkanku yang masih mematung memandang piring yang penuh dengan makanan sisa bahkan isi piring itu tak layak untuk dimakan tapi mau tidak mau aku harus memakannya karna perutku terus berbunyi sejak karin.

     Aku harus kuat menjalani kehidupan yang berat dan menyiksa ini karna tuhan pasti punya kejuta untukku dimasa depan.....

==========================

Telat posting gara-gara pikiran aku lg kacau trus mood aku yg gak mendukung tapi aku tetep usaha buat nulis part ini moga aja suka...

Jangan lupa like dan komen 
Aku juga masih belajar jadi mohon bantuannya...

Rabu/21/11/2018

  



Why?!Where stories live. Discover now