Saat mobil terhenti karena lalu lintas yang padat, tangan Nara langsung terulur untuk memijat kening Diona. "Jangan banyak pikiran lah, nanti cepet tua. Segala yang ada di dunia ini bukan tanggung jawab lo, kok."

Diona berdecak kesal, dia memejamkan mata menikmati pijatan Nara. "Mama nanyain kamu, kangen katanya."

"Asik di kangenin Tante. Nanti mampir deh, kangen juga sama Tante. Eh, Ridza udah berangkat?"

Diona mengangguk. "Sepi di rumah, cuma berdua doang."

"Kan ada kerucil-kerucil anak Bunda."

"Iya sih. Bersyukur ada mereka, jadi Mama nggak terlalu kesepian." Mereka memang dekat, dulu saat masih SMA, Nara yang selalu menjemput Diona saat akan latihan paskib. Dia juga sering menghabiskan waktu di rumah Diona, dari dulu Diona merasa nyaman berada di samping Nara. Laki-laki itu anak bungsu, terkadang bersikap manja pada Diona, yang memang terlahir sebagai anak sulung. Diona yang sudah terbiasa menghadapi tingkah manja Ridza, jadi tidak merasa aneh saat menghadapi Nara. Sebaliknya Nara juga sosok sahabat yang tidak hanya menjadi pendengar yang baik, tetapi juga pelindung bagi Diona, berada di samping Nara membuat Diona merasa aman. Itu yang membuat mereka bisa bersahabat hingga belasan tahun.

Sesampainya di rumah Diona, Nara langsung disambut oleh Mama Diona yang memang merindukannya. Nara juga diajak makan malam bersama, entah berapa kali Diona mendengus melihat sikap manja Nara pada mamanya, dia merasa memiliki adik lain selain Ridza. Setelah makan malam selesai, Nara berpamitan pulang. "Sering-sering main ke sini Nara," ucap mama Diona.

"Iya Tante."

Diona mengantar Nara sampai ke depan rumah. Sebelum masuk ke dalam mobil Nara berdiri di depan Diona, tangannya terulur untuk mengacak rambut Diona. "Paan sih!" protes Diona.

"Si jutek! Tidur nyenyak malam ini, jangan dibegoin sama masalah."

"Hem."

"Jangan ham hem ham hem aja, lo. Kalau lo sakit kasian Tante. Gue sih khawatir sama Tante, bukan sama lo."

Diona berdecak kesal. "Lo tuh nggak ada manis-manisnya ya sama gue."

"Muka gue udah manis. Apa lagi yang perlu dimanisin?"

Diona mendelik kesal pada Nara. "Pulang sana nanti dicariin nyokap lo."

"Udah ngomong kok, nggak papa katanya kalau ke rumah lo. Nginep juga boleh."

"Gue yang nggak mau lo nginep di sini."

Nara tertawa. "Lah gue nggak perlu izin dari lo kali, tinggal bilang Tante pasti langsung diizinin. Udah, gue pulang. Inget nggak usah banyak pikiran. Kalau belum mau cerita sekarang nggak papa, gue tunggu cerita lo nanti. Telepon gue aja, oke?"

"Iya Nara bawel."

"Ck... gue berusaha manis nih."

Diona tertawa. "Oke Naraku Sayang, cepetan pulang gih udah malem. Makasih ya udah nganterin pulang."

Nara tersenyum lebar dan mecubit pipi Diona. "Gitu dong. Pulang ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelah mobil Nara tidak terlihat lagi, Diona menutup pagar dan masuk ke rumah. Dia melakukan ritualnya sebelum tidur, mengoleskan krim malam ke kulit wajahnya dan berbaring di ranjang. Matanya belum mau terpejam, Diona mengambil ponsel dan melihat jadwal kerjanya besok, tidak terlalu padat. Karena masih belum terpejam juga, akhirnya Diona membuka-buka akun Instagram-nya. Diona punya banyak kenalan artis dan juga selebgram, namun tidak semua dekat dengannya, ada yang kenal hanya karena orangtua mereka klien Diona.

Salah satu akun yang menarik perhatian Diona adalah milik Prisilia, gadis itu entahlah bisa dikategorikan selebgram atau tidak, followers-nya masih sedikit, namun gayanya selangit. Diona tidak mau menghina fisik orang, namun harus dia akui Prisilia tidak secantik selebgram lain. Prisilia memiliki wajah yang aneh, pipinya tembam tapi bukan tembam menggemaskan, lebih mirip seperti orang yang baru bangun tidur sepanjangan, hidungnya tidak mancung, tidak terlalu pesek juga namun agak besar, bibir atas dan bawahnya tebal dan pose foto yang seiring dilakukannya adalah memonyongkan bibir, membuat Diona hanya bisa mengucap dalam hati, bukan karena dia iri, tetapi berpikir kenapa orang ini pede sekali. Tubuhnya berisi menjurus ke gemuk dan Prisilia sering memamerkannya, dia sering mengenakan baju-baju seksi yang mengekspose bagian dada dan paha, entah apa tujuannya.

Namun kata-kata 'orang kaya mah bebas' mungkin pantas disematkan untuknya. Keluarga Prisilia termasuk keluarga konglomerat, salah satu klien Diona yang diprioritaskan. Beberapa kali bertemu dengan Diona, Prisilia tidak terlalu ramah, dan Diona tidak menyukainya.

Bosan melihat akun Instagram, Diona menutup ponselnya dan menaruhnya di atas meja kecil di samping ranjang. Saat dia menocba memejamkan mata, ada panggilan masuk ke ponselnya. Diona melihat nomor asing yang menari di layar ponselnya, dan memilih mengabaikan panggilan itu. setelah panggilan itu diakhiri satu pesan masuk ke ponselnya.

Udah berani bawa pulang cowok ya kamu. Udah gatel ya? Lihat aja Diona kamu nggak akan bisa lari dari aku.

*****

Rahasia DionaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang