12. Rekaman

239 20 1
                                    

CARL'S POV

Aku benci melihat Justice pacaran dengan Justin. Bukannya mereka itu musuh dulunya? Kenapa sekarang malah bisa berpacaran? "Sial... Mereka harus putus! Gue harus bisa ngerebut Justice!! Sekali-sekali gue harus bisa ngalahin Justin..."

*

Istirahat kali ini, kuhabiskan untuk memata-matai Justin dengan teman-temannya. Tumben sekali Justin tidak membawa Justice bersamanya, apa karena Justice tidak mau atau gimana, aku tidak tau.

"Mau kemana tuh mereka??" Ucapku saat melihat geng Triple J itu pergi ke arah tempat yang belum kujamah sebelumnya. Ternyata ada taman di sekolah ini. Kenapa aku gatau ya? Taman ini bagus dan ada danau yang lumayan besar di depannya. Aku bersembunyi di antara pohon-pohon supaya tak terlihat oleh mereka.

"Hahahaha.... Eh Justin... Gue mau nanya deh..." kudengar salah satu teman Justin, Jeremy berkata demekian. "Nanya apa?" Jawabnya singkat. "Lo tuh... Sebenarnya, sekarang udah jatuh cinta beneran belom sih sama si Justice?" Tunggu, 'jatuh cinta beneran'? Apa maksudnya?

Apa selama ini Justin hanya berpura-pura menjadikan Justice pacar? Apa dia hanya ingin memainkannya saja? Aku langsung siap-siap mengambil handphoneku untuk merekam suaranya.

"Hahahaha! Ya enggak lah! Kan gue udah bilang, gue bikin dia jadi pacar gue untuk bales dendam. Setelah gue mainin dan gue puas, dia bakalan gue buang!" Aku langsung panas mendengar jawabannya. Dia, Justin berpacaran dengan Justice-ku hanya untuk ma-i-nan?!?! Kukepalkan tanganku demi menahan untuk menonjok hidungnya.

"Ah! Tapi kok pas Dinner romantis banget? Hahaha," kata Julian menggoda Justin. "Ya namanya juga pacaran! Biar gue pura-pura macarin dia kan tetap harus romantis..."

"Trus lo mau sampai kapan mainin dia?"

"Gue belum puas. Tunggu sampai gue pake dulu kali dia ya? Hahaha," pakai? Aku mengerti maksudnya dan tidak akan kubiarkan hal itu sampai terjadi!!

Karena kupingku sudah panas mendengarnya, langsung ku tekan kembali dalam handphoneku dan mematikannya lalu pergi meninggalkan mereka dengan wajah murka.

*

"JUSTICE!!!" Aku memanggil Justice saat kutemui dia sedang berbincang di kantin dengan dua temannya itu. Segera saja ia menengok dan berkata, "Iya? Oh. Ternyata lo lagi... Kenapa? Apa lagi?" Katanya jutek.  "Ada yang mau gue kasih tau ke lo."

Dia mengangkat alisnya dengan cuek, "Apa lagi sih? Kalo mau ngasih tau cepetan deh..." baru saja aku mau mengambil handphoneku Justin memanggil Justice, "Justice sayang!!!" Justice buru-buru nengok dan mendapat kecupan dari Justin sialan itu.

Ingin sekali rasanya untuk menonjok wajahnya yang menyebalkan itu. "Gue kangen masa sama lo..." ucap Justin sambil memeluk Justice dengan erat. "Dasar munafik tolol!" Pikirku dalam hati kesal.

Aku berdeham dan mereka berdua (Dan beberapa murid di kantin dekat situ) menoleh, "Gue perlu bicara empat mata sama lo Jus-tice" Justin langsung melepaskan pelukannya dari Justice dan berjalan maju ke arahku, "Lo mau ngomong apa, sama pacar gue?"

"Bukan urusan lo. Gue cuma pengen ngomong berdua doang sama Justice." Ucapku tegas. Justice langsung menarik tanganku sambil berkata, "Yaudah kalo mau ngomong, ayo cepet!"

*

Dia menarikku masuk ke ruang kelasnya yang kosong. "Jadi... Lo mau ngomong apa?" Tanyanya dengan nada kesal. "Um... Gue punya bukti kalau Justin itu, punya niat buruk buat lo!" Jawabku to the point. Wajahnya langsung memerah yang kuketahui adalah tanda-tanda bahwa Justice sedang mau marah.

"Maksud lo apa tuh?" Katanya dengan suara penuh penekanan. "Yaaa... yaa... um... Maksudnya ya... Justin tuh jadiin lo pacar buat balas dendam doang!" Dia memutar bola mata saat mendengar jawabanku. "Itu gue udah tau. Tapi sekarang dia berubah kok! Dia tuh jadi cinta beneran sama gue!!"

"Lo mau aja sih dibodoh-bodohin! Dia mau bales dendam ke lo dengan cara mainin hati lo! Kalau dia udah bikin lo beneran jatuh cinta sama dia... Dia bakal ngebuang LO!" Kataku penuh penekanan serius. Wajahnya makin memerah dan dia menampar wajahku. "Mana buktinya? Dasar tukang membual!!!"

Aku cepat-cepat mengambil handphoneku untuk melihat rekaman suara yang tadi sudah kusimpan. "Loh... Loh..? Kok gak ada ya?!?!" Ucapku dalam hati sambil panik. "Nah kan! Mana buktinya?! Gak ada kan?! Udah gue males ngomong sama lo lagi! Dan jangan pernah-" dia berhenti bicara saat ku putar rekaman tadi yang untungnya ada ternyata.

"Gimana? Lo udah percaya kan? Gue rekam suaranya pas tadi mereka lagi di taman belakang sekolah yang ada danaunya itu..." kataku puas sambil mematikan rekaman. Wajah Justice langsung pucat dan memerah. "Ja...ja..jadi.. Dia cuma mau mainin gue... gue doang?!" Katanya berang.

"Yah kira-kira begitu. Sekarang lo percaya sama gue kan? Tapi terserah lo sih mau ngapain dia. Um... cuma itu yang mau gue kasih tau, gue pergi ke kelas ya. Udah mau bel juga," ucapku seraya membuka pintu kelas dan pergi.

Rasanya puas sudah membuat Justice marah terhadap Justin si anak sok itu. Aku hanya tinggal tunggu kapan putusnya mereka saja, lalu... Dengan senang hati aku akan merangkul Justice. Hahaha....

CARL'S POV END

------

Updatenya lama buanget ya? Udah hampir berapa bulan deh? -___- maaf banget deh yaaa :( banyak kesibukan soalnya....

Masih ada peminatnya gak ya kira2?? Mudah2an masih ada :D

Jangan lupa tinggalkan vote serta comments yaaaaa ;)

Dan maaf kalo part ini gak bagus atau gimana :(

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Justice and Justin [ PENDING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang