7. Pesan

494 32 2
                                    

Aku tak percaya! Masa dia mau melakukan itu? Aku kesal sampai-sampai rasanya ingin menonjok sesuatu. Lagipula bukannya dia membenciku? Ngapain dia pake mengelus-elus pipiku dan hampir ingin menciumku?

Sungguh tak masuk akal..... Aku tak sudi memberikan ciuman pertamaku pada orang yang membullyku dan membenciku. Benar kata Al... Aku akan menunjukan kepada mereka siapa aku sebenarnya.

*

Kuhabiskan jam keduaku di atap sekolah. Males ke danau cantik itu lagi kalau ada si setan itu.

"Uhuk-uhuk. Orang bego mana yang berani nyalain rokok disini?!" kataku berang sambil terbatuk-batuk. Tak ada yang menyahut. Lalu aku berjalan celingak-celinguk untuk melihat siapa orangnya.

Ada. Di pojok, sambil duduk dan menutup matanya. Rokok ditangannya, lalu dihisap. Apa hari ini hari sial? Aku bertemu 2 manusia menjengkelkan hari ini.

Kupendam keinginanku untuk berjalan menghampirinya dan memarahinya. Kuputuskan untuk pergi saja.

Belum beberapa langkah aku berbalik, dia memanggil, "Justice!" aku berhenti dan menengok kearahnya. "Apaan?" tanyaku bosan. Dia tersenyum senang dan berjalan menghampiriku.

"Kesini lagi lo? Tau ya, kalo gue bakal ada disini? Hehe," katanya sambil tersenyum miring dan menaikkan sebelah alisnya. Aku memandangnya jijik, "Pede banget lo. Gue bolos. Puas?"

Dia merespon jawabanku dengan tawanya yang garing. "Sama gue juga. Sehati ya?" katanya disela-sela tawanya itu. "Whatev. Btw, lo baru masuk sehari udah bolos. Mau sok jagoan ya? Mentang-mentang Daddy lo itu kepsek? Hah?" kataku sambil menaikan dagu.

"Seorang Carl gak mungkin mau jadi sok jagoan. Gue itu anak baik-baik. Gue bolos karna gue sakit," katanya sambil mengangkat bahunya. "Sakit?" tanyaku tak percaya. Dia baru saja merokok dan dia bilang sakit? "Lo narkoba ya?" tanyaku to the point.

Reaksinya lamban, awalnya dia memandangku kaget dan diam, lalu tertawa terbahak-bahak. "Gue? Narkoba? Kan tadi gue udah bilang gue anak baik-baik! Duhhh lo sama aja kayak dulu, Just!" jawabnya sambil masih tertawa.

Mataku menyipit memandanginya. Kuputuskan untuk pergi selagi dia fokus dalam tawanya itu.

"Justice!" Teriaknya saat aku sudah mau turun tangga. Aku berhenti sejenak dan menoleh, "Ya?" tanyaku singkat. Dia nyengir dan berteriak, "GUE KANGEN BANGET SAMA LO JUSTICE!!! GUE BAHAGIA LO UDAH ADA LAGI DIDEPAN GUE! LO BAKALAN TERUS ADA DIHATI GUE!" aku menutup telingaku saat dia mengumandangkan seruannya yang mengerikan itu.

Kupandangi dia dengan ngeri, "Gila lo ya??" tanyaku sambil melotot. Lalu pergi meninggalkannya yang masih nyengir-nyengir tidak jelas itu.

Okay... Jadi gini Carl itu hanya sebatas teman lama SMAku. Dia kakak kelasku. Kami teman, hanya teman. Tapi dia menginginkan lebih. Aku katakan bahwa aku hanya ingin berteman. Dia memaksa, membuatku marah dan menjadikan dia sasaran pemukulan. Pemukulan bukan bullying.

Tapi yang masih mengherankan... Dia gak kapok-kapok. Sampai saat itu dia menelponku. Dan sekarang muncul dihadapanku. Apa hidupku harus sesial ini?

*

"Justice! Lo kemana aja? Pelajaran kedua lo gaada!!" tanya Paula panik sekaligus penasaran. "Biarin dia napas dulu dong, La," kata Paul menenangkan. "Lo gapapa kan, Just? Lo bolos kemana??" tanyanya penasaran.

Aku menjawab pertanyaan mereka dengan sedikit menghapus bagian Justin dan Carl. Mereka mengangguk mengerti.

"Yah, yang penting lo gapapa. Tapi emang gapapa kan??" tanya Paula lagi sesaat setelah menghembuskan napas. Aku mengangguk singkat. Sambil tersenyum simpul. "Yaudah, ayo ah ke kantin. Keburu rame," kataku buru-buru mengalihkan topik.

Nyatanya kantin sudah rame. Tapi untungnya kami tetap mendapatkan tempat kami yang biasa. Paling pojok. "Gue aja yang pesen. Lo berdua duduk aja, oke?" tawar Paul kepada aku dan Paula. "Yaudah, gue pesen yang biasa aja, nah kalo Justice??" jawab Paula sambil menompangkan dagunya, "Gue? Em.. Jus jeruk aja," jawabku sambil tersenyum singkat.

Paul memandangku bingung, "Gak makan? Yakin gak laper?" aku menggeleng, "Gak, makan dirumah aja," jawabku lagi. Dia menatapku lalu mengangkat bahu dan pergi.

Selagi Paul pergi, aku ini mengobrol secara perempuan dengan Paula. "La.." sapaku saat dia sedang melamun. Dia menoleh walau matanya masih sedikit kurang fokus, "ya?"

Aku menghembuskan napas lalu memulai...

"Tadi Justin aneh pas di danau"

"Hah? Justin? Emang lo ketemu dia? Bukannya lo bilang lo sendiri disana?"

"Enggak, ada Justin. Sempet ngobrol sebentar ama gue. Tapi akhirannya dia aneh pas ngomongin mantannya yang direbut kakak gue, Al."

"Oh! Jadi lo ngomongin tentang Lily??"

"Gak juga, akhirannya doang."

"Hm..."

Paula tampak berpikir sejenak, tapi kulanjutkan ceritaku, "Dia masa ngelus pipi gue, trus mau nyium gue!!" kataku sambil menutup mata berusaha mengenyahkan bagian tak menyenangkan itu. Paula tampak terkejut dan menggelengkan kepalanya.

"Yaampun... Sepupu gue yang atu itu... Jangan-jangan... Oh masa... Apa mirip... Aduhhh...." gumamnya kepada dirinya sendiri. Aku tersentak saat mendengar 'sepupu'. "Sepupu? Dia sepupu lo?" tanyaku tak percaya.

Dia mengangguk tak sabar, "Sepupu paling menyebalkan! Huft," katanya kesal. "Trus-trus? Gimana dong?? Lo apain?!" lanjutnya sambil bertanya penasaran. "Gue tinju hidungnya. Trus gue pukul gitu deh," kataku tak peduli.

Dia menatapku seolah aku orang asing yang baru datang ke bumi. "Duh... La, tenang. Sepupu lo aman. Gue yakin. Dia gapapa, oke?" kataku sambil memutar bola mata. Dia menggeleng tak setuju.

"Bukan! Bukan itu! Lo, lo nonjok? Mukul? Lo, lo bisa berantem?" tanyanya tak percaya. Aku menatapnya diam dalam beberapa detik. "Oh gu-"

"Nih makanannya.... Ngantrinya lama njir. Gini nih kalo lagi rame!" kata-kataku terpotong saat Paul menaruh nampan makanan dan minuman di meja kantin. Jadi, aku belum menjawab pertanyaan Paula. Kami mengerjap kaget dan langsung mengambil makanan kami.

"Ada apaan sih? Lo berdua kayak kaget gitu," kata Paul sambil mengunyah makanannya. Paula lah yang menjawab pertanyaan Paul, "Oh enggak... Eh itu biologi ada pr gak ntar?" tanya Paula sambil mengubah topik pembicaraan.

Aku tidak terlalu memperhatikan, aku mengambil Smartphoneku hendak ingin membuka Instagram. Betapa kagetnya aku ada nomor tak dikenal meng-smsku saat kulihat notification.

Gue tunggu di lantai 4 ruangan gak kepake paling pojok. Habis pulang sekolah. Jangan bawa siapa-siapa! Kalo lo gak dateng, berarti lo pengecut.

From: +62878345677xx

Kupandangi pesan yang ada di smartphoneku sekarang ini. Bertanya-tanya dalam hati, siapa yang mengirimkan pesan aneh ini kepadaku..?

Apa Justin? Pasti sih dia... Siapa lagi? Oh! Atau... Carl? Gakmungkin.... Shela? Bisa jadi. "bodo ah! Siapapun orangnya, bakal gue hadapin. Gue bukan pengecut" batinku kesal...

*

Hai! Part ini kepanjangan gak sih?? -_- Vomments jangan lupa oke??

Part selanjutnya kalo part ini votenya lebih dari 10 hehe :D comments juga kalo bisa~

Oh ya, pengen tau dong, yang kalian suka dari cerita ini apa? Komen oke ;)

Sorry kalo part ini gak nyambung, aneh, gada alur, dll :(

Cek multmed :D ada Justin, Carl, Paul&Paula ^^ liat dari yg part 5 yooo sampe part terakhir ini juga ada fotonya

Justice and Justin [ PENDING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang