Let's Discuss.....!!!

3.1K 249 14
                                    

Hinata tidak habis pikir dengan pemikiran gokil Kiba. Bagaimana bisa dia berpikir seliar itu. Enak saja mencirigai anak kebanggaannya itu sebagai anak si bangsat kuning itu. Hatinya enggan rela dizolimi dengan fitnah tanpa bukti dari mulut Kiba itu.

Aakkhhh.....!!!! Itu kan Dia jadi kepikiran dan terngiang-ngiang terus oleh perkataan Kiba tadi. Si pecinta anjing itu harus diinsyafkan otaknya agar tidak mengumbar hoaks.

"Terkutuklah kau Inuzuka Kiba!!" Geram Hinata ketika mengingatnya di trotoar jalan. Tangannya ikut mengepal keras keudara tak sudi mengingatnya.

Boruto adalah anaknya dan pria itu sama sekali tidak mirip dengan anaknya, hanya sedikit kesamaan kan dan bukan berarti mereka punya hubungan dibalik itu.

Sepanjang langkahnya Hinata terus menggeram marah tanpa perduli dengan tanggapan orang-orang yang menatap aneh padanya. Well, dirinya harus berterima kasih kepada Kiba karena hal gila itu.

Napas kasarnya dihembuskan dengan lama lalu kemudian menghirup udara sedalam mungkin.

Hinata berusaha menata kembali otak dan emosinya ditempat yang seharusnya. Dia tidak boleh membiarkan kalimat itu mengganggu kesenjangan otak jeniusnya.

"Tidak mungkin anakku mirip dengan si penjahat kelamin kuning itu...... yang ada si penjahat kelamin itulah yang mirip Boruto-ku..." terang Hinata pada dirinya yang masih membara. Dia berusaha keras meyakinkan dirinya sendiri untuk kedamaiannya.

Sepanjang perjalanan Hinata tak henti-hentinya menggerutu dan bermuram durja hingga sampai dikantor, tempat dirinya bekerja. Orang yang biasa menyapanya dengan lembut malah diserangnya dengan pelototan jengkel.

Diam dalam tanya hanya itu yang terjadi diantara para kolega kerja itu.

Para pegawai yang biasa bercengkrama ramah sapa dengan Hinata, kebingungan dengan mood buruknya. Karena Biasanya Hinata tak pernah menghardik mereka dengan pelototan. Walau dalam keadaan tertekan sekalipun.

"Hinata kau baik-baik saja...?"

Wanita bersurai indigo dalam balutan itik buruk rupa itu mengabaikan orang yang peduli dengannya. Dia hanya berjalan melewati meja receptionist begitu saja, seakan orang yang menyapanya adalah angin berbau busuk.

.
.
.

Selama melakukan pekerjaannya dikantor, Hinata cemberut dan murung, awan mendung selalu memayunginya.

Sementara, Lelaki yang dituduh Kiba sebagai ayah dari anaknya tadi mengernyitkan dahinya kala menyaksikan perubahan-nya, pasalnya wanita itu melakukan pekerjaan-nya tanpa ada respon normal seperti biasanya. Dia akan membalasnya dengan serangan menantang jika itu dirinya yang normal.

Anehnya, Naruto merasa terganggu jika membiarkannya begitu saja. Kuriositas dalam dirinya bertumbuh pada hal dianggapnya tidak menarik.

"Kemari!! Aku ingin bicara"

Naruto memanggil Hinata yang ingin keluar dari ruangan sang boss sehabis mengantarkan dan menaruh kopi serta file yang diberikan oleh Kakashi untuk Naruto lewat dirinya.

Pria berkulit sutan itu merasa terganggu dengan kebungkaman Hinata. Tidak menyenangkan jika wanita bergigi tonggos itu pasrah dan menerima semua perlakuan semena-menanya tanpa protes. Well, logikanya Dia harusnya senang, bukankah ini yang diinginkannya sedari dulu. Tenang jinak tanpa pengganggu.

Jujur saja, Naruto sudah memerintah asisten pribadinya itu melakukan hal-hal yang memicu darah tingginya. Namun, hari ini khususnya selepas perkara di restoran itally tadi asisten tonggosnya malah bungkam tak sudi menatapnya.

Mungkin dirinyalah yang aneh bisa peduli tanpa diminta dan disadarinya sendiri. 

Naruto mengumpati personality aneh dirinya yang terasa labil. Padahal dirinya bukan lagi anak SD yang perlu panduan dalam mengambil keputusan. Baiklah, kali ini Naruto akan mencari tahu dan menyelesaikan kontradiksi dalam otak dan kepribadiannya. Ini tidak bisa dibiarkan terus berlanjut.

l'M A STRONG WOMANWhere stories live. Discover now