Terumi Hinata

5.8K 333 22
                                    

5 Tahun kemudian.........

Hinata memulai kesibukannya dipagi hari dengan membuat sarapan bagi adik angkat dan putranya. Sebelum dia berangkat ke kantor untuk interview kerja sebagai calon PA perusahaan besar. Dia harus memastikan bahwa kedua orang yang menemani dirinya saat ini mendapatkan asupan gizi yang cukup sebelum memulai aktivitasnya.

Wanita single parent dengan 1 anak itu begitu cekatan membuat sandwich. Skillnya dalam masak memasak tak perlu diragukan lagi. Sebab dirinya telah diajarkan semenjak dini sebagai calon ibu rumah tangga.

Potongan-potongan sandwich itu telah jadi hanya dalam sesaat dengan jejeran rapi. Hinata menuangkan juice jeruk dalam blender kegelas satu persatu.

Setelah semua tertata rapi diatas meja, pandangannya teralih kesendok diatas piring keramik bergambar.

Teng....Teng.....Teng.....Teng....

Dengungan bunyi dentingan piring keramik dan sendok begitu nyaring hingga sampai keruang kamar. Bunyi bising itu membuat kedua penghuni kamar lainnya yang masih sibuk berkutat didalamnya, menarik mereka keluar terburu kearah sumber suara. Bunyi itu adalah tanda berkumpul untuk sarapan, begitulah kesibukan keluarga kecil Hinata.

"Nee-san tunggu dulu...."

Lengkingan suara dari salah satu bilik kamar terdengar terdesak dan tertekan antara terburu dan belum selesai. Sementara bocah kecil bersurai kuning cerah dengan kecamata kuda disebelah ruangan gadis beranjak dewasa itu, muncul keluar dengan santainya. Bocah bersurai kuning cerah itu berjalan ogah-ogahan sembari menenteng ransel kecilnya dilengan kanan mungilnya. Stylisnya sebagai bocah jantan terasa kerennya, walau kecamata kuda yang dikenakannya itu hampir menutupi sebagian wajah mungilnya namun aura positif yang dimilikinya tak mampu terhalang.

Mulai hari ini dirinya resmi sebagai murid kelas Sakura di TK Himawari.

Hinata menatap langkah putranya dengan intens. Dia ternostalgia rencananya yang dulu ingin pergi dari keluarga Terumi secepatnya selepas berteduh. Namun, pasangan baya itu, ayah dan ibu kandung dari Mei Terumi malah menahannya sebagai anak angkatnya.

Helaan napas pelan dari dalam tubuhnya melebur keluar menyatu bersamaan dengan oksigen diudara. Ada satu hal yang membuat Hinata setengah tulus saat menatap putranya.

Boruto sama sekali tidak mirip dengan parasnya. Dari fitur apapun tidak ada yang menyerupai dirinya, bahkan fitur dari dalam dirinya. Bocah itu selalu berhemat kata dengan orang disekitarnya dan hanya berucap jika perlu. Hinata terkadang merasa harus membeli kata perkatanya untuk membuat putra semata wayangnya bersuara.

Manik sapphire dan amethyst itu saling menyelami dalam diam. Seketika wajah bocah tanpa ekspresi itu berubah saat melihat wajah sang ibu yang melihatnya dengan senyuman.

"Ohhayou...... Boruto"

Lantunan merdu khas ibunya menarik seluruh atensi sang anak. Senyuman secerah matahari terpantul dari bibir bocah kecil bersurai kuning itu, bahkan bulan sabit dimatanya ikutan terbentuk menyapa respon sang ibu.

"Ohhayou mom......"

Hinata menyodorkan sepiring sandwich dan susu coklat kearah putranya. "Makanlah yang banyak, kau membutuhkan tenaga untuk hari pertamamu"

Boruto tak pernah menyanggah omongan ibunya. Apapun itu, meski bertentangan pasti dirinya lakukan. Bocah bersurai cerah kuning itu meraih sarapannya dan mengambil sandwichnya lalu mencomotnya dengan gigitan raksasa namun dikunyahnya secara perlahan, jika tidak ingin diomeli oleh sang ibu.

Melawan ibunya bukanlah hal yang bisa dirinya lakukan. Wanita yang melahirkannya itu begitu mengerikan kalau dia marah. Bisa-bisa dirinya yang jantungan oleh kelakuan ibunya.

l'M A STRONG WOMANजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें