Revenge

3.8K 322 58
                                    

Beginilah nasib Hinata sebagai seorang personal assistent. Membantu membawa barang belanjaan jalang dari bossnya. Hinata sudah menduganya bahwa boss-nya sama sekali tidak berminat melepaskannya dengan mudah. Kejadian di club malam kala itu membuat Hinata dimusuhi oleh bossnya hingga sekarang.

Hey!! Ayolah dia korban disini dan bukannya tersangka. Kenapa pula dia yang dapat Hukuman.

Wajah sangar, dingin dan jijik selalu setia ditampakkan oleh boss-nya terhadapnya. Well, mengingat malam itu Hinata agak menyesali sikapnya yang refleks dan tak berpikir panjang. Pasalnya dia mengeluarkan segenap kekuatannya tanpa mengontrol tenaganya, hingga berakhir membabi butai wajah bossnya dengan baki yang ada ditangan-nya.

Jujur saja Hinata merasa sangat bersalah. Inilah alasannya dirinya tidak protes diberi tugas aneh-aneh oleh bossnya. Dia bekerja selama 2 minggu ini tidak lebih dari seorang babu rumah tangga jalang boss-nya.

Dia baru masuk kerja selama 14 hari dan kerjaannya dikuar jalur kerja kantor.

Membersihkan rumah, merapikan ranjang, mengurus laundry, belanja kebutuhan pribadi dan menonton kemesraan pasangan tidak tahu malu dan tempat itu.

Awalnya berat namun setelah fisiknya terlatih selama 2 minggu terakhir ini, sekarang dirinya terbiasa dengan kerjaan barunya sebagai assisten rumah tangga dari Namikaze Naruto dan bukannya asisten dari CEO Namikaze corp.

Diam bukan berarti semuanya terkendali hanya karena dirinya berhasil melakukannya. Mengingat kejadian itu membuat Hinata selalu mengeram layaknya induk ayam yang ingin mamatok lawannya karena menyakiti anak-anaknya.

Bagaimana dirinya tidak emosi jika wanita jalang dan boss-nya itu selalu mencari kesalahannya. Bahkan sengaja membullynya secara terang-terangan di depan umum hanya karena alasan tak jelas. Sungguh tak berhati.

Ok, Hinata makhlum kalau dirinya dimarahi hanya karena salah beli kondom rasa strawberry merek yang berbeda dari yang biasa dipakai bossnya. Hinata memang akui bahwa dirinya tidak familiar dengan bungkusan berlatex itu.

Nggak salah dong jika dia sedikit ceroboh.

Hinata ingat betul berbagai jenis makian didapatinya hanya karena masalah kondom itu. Dikatai tidak becus dalam bekerja, tidaklah membuat kesabarannya menipis. Dinding pertahanannya masih kokoh membentenginya.

Namun, Puncak amarahnya adalah ketika pasangan itu dengan semena-mena menekan orang lain yang ada dibawah kekuasaannya. Hinata tertawa geli mengejek 'pasangan yang cocok dalam kejahatan' itu. Dia tidak habis pikir bahwa ada manusia tercipta tanpa nurani seperti mereka. Bahkan hari itu Hinata hampir kelepasan ingin ikut campur, jika saja dirinya tidak mempertimbangkan posisinya.

Well, memanglah betul ini bukan urusannya. Hah!! Bersama dengan pasangan 'kelainan sexual' ini membuat nuraninya menghilang entah kemana. Ini aneh tapi nyata, mereka yang berbuat tapi Hinata yang resah dan merasa bersalah.

Hinata menghela napas berat oleh karena beban fikiran secara fisik dan batin. Dia ingin protes tapi terlalu tahu dimana posisinya, kedua orang itu terus menyiksanya hingga kelelahan fisiknya dan selalu menggunakan embel-embel melaporkannya ke polisi sebagai ancaman.

Hinata yang tidak mau berurusan dengan kantor polisi mau tidak mau harus mengikuti seluruh perintahnya. Dia tidak takut, hanya saja kantor polisi adalah salah satu tempat yang harus dihindarinya.

Hari ini jalang boss-nya ingin berbelanja, jadi dirinya ditugaskan sebagai jasa pengangkut belanjaannya.

Apa wanita ini tak mengasihani Hinata? Berjalan dibelakang dengan horor menahan kesabaran yang ingin meledak. Hari ini mereka telah mengelilingi seluruh pusat perbelanjaan, bahkan mereka mengunjunginya hingga 2-3 kali.

l'M A STRONG WOMANWhere stories live. Discover now