12. Only If You...

2K 428 93
                                    

Jeno meninggalkan kamar rawat Lisa setengah jam yang lalu. Menyisakan Lisa dan Nana dalam keheningan. Lisa cukup bersyukur pada keheningan tersebut. Setidaknya hal itu jauh lebih baik daripada mereka harus bertengkar. Lisa benar-benar tidak punya cukup kekuatan untuk hal tersebut. Nana tampak sibuk dengan ponselnya, sementara Lisa menikmati kue buatan Ibu Jeno sembari menonton drama yang ditayangkan di televisi.

Sebenarnya, Lisa tidak benar-benar menyaksikan drama tersebut. Pikirannya terus tertuju pada hal terakhir yang Jeno bahas sebelum Nana memasuki kamar rawatnya. Jeno tiba-tiba saja mengangkat pembicaraan mengenai kejadian yang menimpa Lisa tempo hari.

"Kau yakin itu murni kecelakaan yang tidak disengaja?" Jeno bertanya kembali setelah tidak yakin dengan jawaban yang ia terima dari Lisa.

Lisa menghela napasnya, pandangannya mengarah kemana pun selain mata Jeno. "Iya, lagi pula ini hanya luka kecil. Kau tidak perlu berlebihan."

Lisa tahu benar bahwa tragedi kecil yang menimpanya di toilet tempo hari bukan kecelakaan yang tidak di sengaja. Ia yakin bahwa ada andil gadis-gadis yang berpapasan dengannya sebelum ia memasuki bilik toilet. Tapi Lisa sendiri tidak tahu alasan di balik perlakuan yang ia terima. Ia adalah murid baru di sekolah itu, for fuck sake! Ia bahkan tidak mengenal mereka!

Diam-diam, ia melirik perban yang membalut pergelangan tangannya. Luka yang ia peroleh sebenarnya tidak terlalu parah. Luka sobek kecil di telapak tangannya itu ia peroleh karena tergores dengan kancing pintu yang cukup tajam. Mungkin sebaiknya, Lisa tidak perlu memperpanjang masalah? Lagi pula, ia tidak ingin membuat Jeno khawatir.

"Jiheon mengatakan bahwa ia sempat melihat beberapa gadis dari kelas sebelah keluar dari toilet sebelum menemukanmu terkunci dari luar di bilik toilet." Jeno kembali berbicara. Kedua matanya menatap Lisa dengan intens, seolah tengah mencoba membaca pikiran gadis tersebut.

"Aku tidak tahu kenapa kau mencoba menutupinya, tapi jika sampai hal serupa terjadi lagi padamu, aku tidak akan tinggal diam." Lanjut Jeno setelah menyadari bahwa Lisa tidak ingin membalas ucapannya.

Perhatian Lisa kembali terfokus pada pintu kamar rawatnya saat pintu itu berderit pelan. Sosok Sehun berdiri di balik pintu. Kedua mata mereka sempat bertemu sebelum Lisa memutuskan untuk membuang pandangannya.

Terlepas dari kenyataan bahwa Sehun telah menyelamatkannya dan membawanya ke rumah sakit, Lisa masih belum bisa melupakan perkataan menyebalkan yang laki-laki itu lontarkan padanya tempo hari lalu. Harga dirinya terluka setiap kali mengingat bagaimana Sehun menyebutnya kekanakan—meskipun ia sendiri tahu bahwa ia memang kekanakan, serta bagaimana Sehun dengan mudahnya membandingkannya dengan Soojung, saingan terbesarnya.

"Thank God," Nana mendesah berlebihan begitu menyadari keberadaan Sehun. Perempuan itu segera bangkit dari duduknya lalu meraih tasnya.

"Kau mau kemana?" Lisa bertanya dengan panik pada Nana.

"Aku ada rapat dadakan di kantor." Nana menyahut tanpa melirik Lisa, ia justru melirik Sehun yang masih berdiri dengan kaku di depan pintu. "Sehun, aku tahu kau pasti sangat lelah, tapi bisakah kau membantuku?"

Seolah telah mengetahui apa yang akan Nana katakan selanjutnya, Sehun mengangguk pasrah bahkan sebelum Nana mengatakan apa pun. Ia mengedikkan bahunya acuh, melirik Lisa yang terlihat panik sekilas, lalu berjalan menuju sofa yang tadi diduduki Nana.

PUPPY LOVEWhere stories live. Discover now