11. Uncomfortable

1.9K 460 67
                                    

"...pingsan...kosong...rumah sakit..."

"...baiklah."

"...tentu."

Samar-samar telinganya mendengar suara laki-laki yang bermonolog. Meskipun demikian, kedua matanya terasa begitu berat untuk dibuka. Begitu juga tangan maupun kakinya. Ia tidak memiliki tenaga sedikit pun untuk menggerakkan tubuhnya. Ia berniat meminta bantuan ketika ia menyadari bahwa ia pun tidak memiliki kendali atas bibirnya sendiri.

Menyerah, Lisa memutuskan untuk tidak memaksakan dirinya sendiri. Mungkin ia harus tidur beberapa lama lagi untuk memperoleh kembali tenaganya yang lenyap. Terlepas dari ketidakberdayaannya akan tubuhnya sendiri, ia dapat merasakan belaian lembut di kepalanya. Ia dapat merasakan genggaman lemah namun erat di tangan kirinya. Lalu begitu saja, ia terlelap kembali dalam tidurnya.

Tubuhnya terasa letih. Kemeja putih yang ia kenakan sejak pagi tadi kusut. Wajahnya terlihat lusuh, begitu juga rambutnya yang berantakan. Sehun melirik arlojinya, jarum pendek menunjuk angka sembilan sementara jarum panjang berada di angka tiga. Sebenarnya, ia benar-benar lelah dan ingin mengistirahatkan tubuhnya saat ini juga. Tapi melihat sosok di hadapannya yang hingga kini belum juga sadar membuatnya urung.

Kedua orang tua Lisa berada di luar kota untuk mengunjungi saudara mereka dan butuh waktu agak lama untuk menempuh perjalanan kembali ke Seoul, sementara Nana baru bisa keluar dari kantornya tengah malam nanti. Sehun tak punya pilihan lain. Ia harus tinggal di rumah sakit hingga salah satu anggota keluarga gadis itu datang.

Melihat Lisa yang kini terbaring dengan lemah di atas ranjang rumah sakit membawa perasaan tidak nyaman di hati Sehun. Sesuatu yang mendekati kekhawatiran, rasa takut hingga gelisah. Ia tidak tahu kenapa akhir-akhir ini hatinya berulah jika ia berhadapan dengan Lisa. Atau mungkin ia tahu namun memutuskan untuk menepis hal tersebut jauh-jauh dari pikirannya. Mungkin keduanya.

Ponsel Sehun bergetar di atas meja. Sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya. Jeno.

"Hm?"

"Hyung, aku butuh bantuanmu."

"Katakan."

"Aku tidak dapat menghubungi Lisa. Gadis itu sepertinya tidak cukup sehat, sementara keluarganya kini tidak ada di rumah. Bisakah kau mengecek keadaannya ke apartemen Lisa?"

Meskipun tidak berhadapan langsung dengan Jeno, Sehun dapat mendengar dengan jelas kekhawatiran sepupunya tersebut pada Lisa. Ia belum pernah mendengar Jeno khawatir sebelumnya. Ia bahkan tidak sekhawatir ini saat kucing kesayangannya menghilang seharian.

Sehun melirik Lisa, perasaan tidak nyaman yang tadi memenuhi hatinya kini bertambah parah. Sebenarnya apa yang salah pada dirinya sendiri?

"Dia tadi sempat pingsan. Sekarang dia ada di rumah sakit."

Pekikan Jeno setelahnya membuat telinga Sehun berdengung nyeri.

"Seperti katamu, tidak ada orang di rumahnya dan gadis bodoh ini pingsan di depan pintu apartemennya. Jadi aku yang membawanya ke rumah sakit."

"Apakah Lisa baik-baik saja?"

Sehun mendengus. "Jika dia baik-baik saja dia tidak akan pingsan dan berada di rumah sakit sekarang."

Suara deheman terdengar dari seberang, lalu hening beberapa detik sebelum Jeno kembali berujar, "aku tidak bisa kesana sekarang, kau tahu ibu bagaimana. Jadi, take care of her for me, please?"

Sehun ingin mendengus saat itu juga. Ia bahkan sudah menjaga gadis itu untuk beberapa jam. Tapi ia tidak ingin mengatakan hal tersebut pada Jeno. "Sure."

PUPPY LOVEUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum