4. A New Rival

2K 435 49
                                    

Hari masih terlalu pagi saat Lisa terbangun dari tidurnya. Gadis itu membuka matanya perlahan, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, ia mengedarkan pandangannya. Kebingungan menderanya saat ia menyadari bahwa ia tidak berada di kamarnya sendiri. Kamar yang kini ia tempati terlihat asing. Terlalu plain dan maskulin jika dibandingkan dengan kamar Lisa yang cerah dan berwarna. Seketika Lisa tahu bahwa ini adalah kamar Sehun.

Gadis itu kemudian bangkit dari tempat tidur. Ia melangkahkan kakinya menuju jendela untuk membuka tirai berwarna abu-abu gelap. Matanya mengerjap saat cahaya matahari memenuhi jangkauan pandangnya. Setelah mampu menyesuaikan matanya terhadap cahaya matahari, Lisa dapat melihat balkon di hadapannya. Jendela tersebut rupanya berfungsi sebagai sliding door yang menghubungkan kamar Sehun dan balkon. Ada rasa takjub saat melihat balkon tersebut ternyata dihias dengan beberapa tanaman hijau yang tampak tumbuh dengan subur. Gadis itu kemudian menggeser sliding door dan melangkah menuju balkon. Dugaannya benar, balkon ini bersebelahan dengan kamar Lisa yang tak berada jauh di sisi kanan balkon Sehun. Ah, setelah ini Lisa akan memastikan untuk menghias balkonnya dan sering-sering berada di sana. Siapa tahu ia akan sering melihat Sehun di balkon bukan?

Setelah puas dengan kenyataan bahwa balkon mereka bersebelahan. Lisa kembali masuk ke kamar Sehun. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ketakjuban Lisa bertambah saat menyadari bahwa kamar ini terlihat rapi, bahkan lebih rapi dari kamarnya sendiri. Kamar ini didominasi warna abu-abu terang hingga gelap dan warna cream, khas laki-laki. Salah satu sisi dinding dibuat sebagai built in shelves yang dipenuhi dengan buku-buku. Lisa melangkah mendekati rak buku tersebut, sebagaian besar berisi buku-buku ilmu hukum dan kitab-kitab yang Lisa yakini adalah Black's Law Dictionary lengkap dari edisi pertama hingga edisi kesepuluh. Kepalanya pusing hanya dengan melihat seberapa tebalnya kitab-kitab tersebut.

Gadis itu kembali melangkah, kali ini berhenti di meja kerja Sehun yang dipenuhi berkas-berkas kerja, Lisa tidak tertarik untuk mencari tahu apa isinya. Tidak ada yang menarik dari meja kerja tersebut. Tidak ada pajangan atau figura apa pun, karena dari sudut matanya Lisa dapat melihat ada satu rak tak jauh dari meja kerja tersebut. Ia segera menghampiri rak tersebut, beberapa foto keluarga Sehun ada di sana. Dalam foto tersebut, terlihat Sehun berdiri mengapit kedua orang tuanya yang duduk di tengah. Ada satu orang laki-laki berbadan tegap dan terlihat mirip dengannya berdiri di ujung lain. Lisa menduga bahwa pria tersebut adalah kakak Sehun. selain foto keluarga, mata Lisa juga menemukan beberapa acrylic trophy bertuliskan nama Sehun. Dua di antaranya adalah trophy cumlaude, dan sisanya adalah penghargaan atas kompetisi yang sepertinya diikuti Sehun selama kuliah.

Observasi Lisa terhenti saat telinganya mendengar suara dari balik dinding kamar. Gadis itu kemudian menghampiri suara tersebut, ia melongokkan kepalanya dari balik dinding yang membatasi kamar dan walk in closet. Bibirnya seketika mengeluarkan sebuah siulan saat matanya menangkap Sehun yang kini hanya mengenakan handuk untuk menutupi area perut kebawah hingga lutut. Pria itu tampak tengah memilah kemeja yang hendak ia pakai sebelum berbalik dan menatap Lisa yang masih menatapnya lekat.

"What the fuck?!" Sehun seketika mengumpat dan berusaha membalikkan badannya.

"Wow, you got a nice body, Oppa." Lisa berujar jahil. "And definetly a nice ass, I wonder what's inside the towel."

"That's not for you to see, Kid. Now get out!" Sehun menyahut pedas.

"Aku bukan anak kecil!" Lisa berseru jengkel.

"Whatever now get out! Aku harus memakai pakaianku." Sehun berujar dengan nada frustasi.

"Tidak sebelum kau menarik perkataanmu, aku bukan anak kecil!" Lisa menyahut keras kepala. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada, persis anak kecil yang tengah merajuk.

PUPPY LOVEWhere stories live. Discover now