Bab 11: Reuni 3 Sahabat

39 4 0
                                    

Selama beberapa hari terakhir ini, Aiman tidak bisa berhenti memikirkan Shinta. Kenangan tentang hari dimana dia bertemu dengan Shinta di mall waktu itu terus menghantuinya. Dia mencoba untuk mengenyahkah bayangan wajah sedih Shinta setelah dia mengatakan bahwa Sandra adalah pacar barunya, tapi dia tidak bisa. Kenangan akan apa yang terjadi di hari tersebut terus berseliweran di kepalanya.

Rasa bersalah menggerogoti jiwa Aiman. Dia tahu bahwa dia perlu berbicara dengan Shinta supaya ia bisa menghilangkan rasa bersalahnya. Dia berhutang sebuah penjelasan pada Shinta. Ia tidak mau Shinta salah paham padanya dan akhirnya memutuskan persahabatan mereka. Dia mungkin telah kehilangan pacarnya, tapi dia tidak mau kehilangan sahabat terbaiknya juga.

Aiman ingat Shinta mengatakan bahwa dia sekarang tinggal di rumah Om dan Tantenya. Dia pikir dia harus pergi ke rumah mereka untuk menemui Shinta. Ia harap Shinta sedang berada di rumah malam ini supaya Aiman bisa berbicara dengannya.

♣♣♣♣♣

Sementara itu di saat yang sama, Shinta dan Nina sedang menonton sebuah film di kamar Shinta. Ini merupakan malam minggu, jadi Nina memutuskan untuk menginap di rumah paman Shinta.

Tiba-tiba, acara menonton mereka disela oleh suara ketukan pintu.

Shinta bergegas bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu. Dia membuka pintu dan menjulurkan kepalanya keluar.

"Ada apa, Tante?" tanya Shinta begitu ia mendapati tantenya, Penny, tengah berdiri di depan pintu kamarnya.

"Shinta, ada seorang yang mau bertemu dengan kamu," jawab Penny.

"Siapa, Tante?" Shinta bertanya.

"Katanya dia teman lama kamu. Namanya Aiman," Penny menjelaskan.

"Aiman?" gumam Shinta dengan mata yang terbelalak.

Disebutkannya nama Aiman membuat Nina langsung mengalihkan perhatiannya ke arah pintu dan melihat Shinta mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih.

"Pergilah temui temanmu! Tante akan buatkan minuman untuk dia dulu," ujar Penny.

"Baik, Tante. Makasih ya," ucap Shinta.

"Gak masalah," jawab Penny seraya tersenyum, dia pun akhirnya melenggang pergi.

Setelah Penny pergi, Nina bangun dari tempat tidur dan buru-buru menghampiri Shinta.

"Nina, Aiman ada di sini. Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Shinta menjambak rambut pendeknya.

"Apa yang kamu tunggu? Cepat temui dia sekarang!" kata Nina.

Shinta menggeleng. "Aku belum siap bertemu dengan Aiman, Nin."

"Tapi kamu harus menemui Aiman, Shinta. Kamu mesti menuntut penjelasan dari dia," ujar Nina.

"Jika aku berbicara dengannya, aku takut aku akan menangis, Nina," lirih Shinta.

Nina menyentuh pundak Shinta. "Jangan khawatir! Aku akan ikut denganmu. Dan jika kamu tidak mau berbicara dengan Aiman, aku yang akan berbicara dengannya."

"Makasih ya, Nina," Shinta memberikan sebuah senyuman sendu.

Nina membalas senyuman Shinta. "Kita pergi sekarang yuk!"

Shinta mengangguk. "Ayo!"

Shinta and Nina meninggalkan kamar Shinta dan segera meluncur menuju ke pintu depan. Kedua sahabat tersebut melihat Aiman sedang berdiri di teras sambil memandangi jalanan di depan rumah paman Shinta.

"Aiman?" panggil Nina.

Aiman berbalik. Sebuah senyuman merekah di wajahnya tatkala dia melihat Nina di muka pintu.

In the Name of Friendship (A Bilingual Novel ~ Completed)Where stories live. Discover now