8. When the Past Comes Back

Start from the beginning
                                    

"Salah si Nindy juga kali, Yang. Ngapain nge-date ngajakin sahabatnya mulu? Cinta kan bisa muncul karena terbiasa. Terbiasa jalan bareng he he."

"Aing setujuh sama Chakra!" seru Bayu dengan heboh. "Katanya si Yandi itu jadi naksir Rika, gara-gara mereka sering jalan bertiga. Dari situ, Yandi mulai ngerasa lebih klik sama Rika. Jauh lebih nyaman sama sohib ceweknya daripada sama ceweknya sendiri. Akhirnya, Yandi mutusin Nindy dan mulai pedekate sama Rika sampai akhirnya diterima! Padahal Nindy jauh lebih cantik daripada Rika. Tapi, kenyamanan itu emang nggak bisa nipu. Pada akhirnya, muka akan jadi nomor sekian."

"Lo kenapa jadi belain si Yandi sih, Bay?" tanya Khiya tidak suka. "Lo cuma dengar dari sisi Yandi doang kan? Lo tahu nggak, kalau sebelum putus si Yandi udah sering ngajak Rika jalan berdua aja? Dan, saat Rika ngasih lampu hijau, Yandi langsung mutusin Nindy. Kelihatan banget nggak mau ruginya."

Bayu menatap Khiya tidak percaya. "Kata siapa?"

"Nindy sendirilah! Tapi, gue dengarnya dari Intan sih, teman sedivisi dia yang satu indekos sama gue. Nindy nggak masalah kalau emang Yandi naksir Rika. Tapi, yang bikin dia sakit hati banget itu karena Yandi berani dekatin Rika di saat mereka masih jadian."

Bayu dan Chakra pun mengangguk-anggukkan kepala mereka bersamaan. Karena, terus terang, mereka hanya mendengar dari sisi si lelaki selama ini. "Yah, cowok kalau nggak berengsek, ya banci. Harap maklum aja."

"Kalau semua cowok mikirnya kayak lo, mending gue jadi perawan tua deh!" desis Khiya jengkel pada Bayu yang bicara asal.

"Yakin kuat tidur sendiri nggak ada yang ngelonin?" ledek Bayu sambil menyeringai. "Pacar maneh ke luar kota sehari aja, maneh udah galau pisan. Cewek mah ngomongnya aja nggak butuh cowok, ujung-ujungnya kalau jomlo galau juga. Kebanyakan gengsi kalian."

Khiya mendengus jengkel pada Bayu yang terkekeh puas.

"Pokoknya, kalau sampai kamu berani selingkuh, Yang, siap-siap aja menghadap Tuhan Yang Masa Esa!" ancam Winna tiba-tiba sambil menunjuk wajah Chakra dengan garpu di tangannya.

Chakra pun meringis. "Siap, Nyah!"

"Lo sendiri pernah diselingkuhi laki lo nggak, Ky?" tanya Bayu tiba-tiba. "Kalau Winna kan pernah tuh diselingkuhi pacar masa SMA-nya. Tiap gue sebut namanya, si Winna langsung angkat parang. Ngeri gue."

"Ya, ngapain juga lo sebut-sebut nama itu anjing?!" maki Winna sambil melotot pada Bayu.

Chakra yang duduk di depan Winna pun langsung menggapai tangan kanan Winna yang berada di atas meja dan mengusapnya lembut. "Sabar, Yang."

"Peace, ah, Win! Lo galak amat sih." Bayu meringis lucu. "Tiga dari sepuluh teman gue, pernah ngalamin yang namanya diselingkuhin. Makanya gue suka nanya begini. Pengin tahu aja, apa benar semua cowok itu berengsek."

"Lo sendiri pernah selingkuh nggak?" tanya Winna balik. "Eh, tapi lo punya pacar aja udah alhamdulillah, ya, Bay. Kan jarang-jarang ada yang mau sama cabe-cabean kayak lo. Jadi, nggak mungkin lo sia-siain."

"Berengsek lo nggak setengah-setengah ya, Win. Bangke!" umpat Bayu kesal. "Gue selingkuh nggak pernah, diselingkuhin sering. Iya, ketawa aja yang kencang Chak. Gue jejelin bangku lo abis itu." Bayu mengomel pada Chakra yang ngakak di sebelahnya.

"Ya, lo bodoh! Jadi cowok kok bisa dibego-begoin." Chakra kembali tertawa geli.

"Diam maneh! Dasar Beruk!" maki Bayu kesal.

"Nggak usah ketawa kamu! Setidaknya Bayu lebih baik dari kamu yang dulu hobinya mainin cewek," sungut Winna pada suaminya.

"Masa lalu, Yang. Sekarang kan you're the only one." Chakra tersenyum lebar pada Winna yang mendengus.

Been ThroughWhere stories live. Discover now