tiga

30.3K 1.1K 17
                                    

Kesya pov

Aku dan Alfaro sedang duduk di salah satu sofa mahal yang berada di dalam rumah mewah milik keluarga Alfaro .

Bunda Alfaro sedang sibuk membuatkan aku minum di dapur, padahal aku sudah menolak untuk tidak usah repot-repot.

Alfaro menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa sambil memejamkan matanya, tak lama bunda datang membawa nampan yang berisi dua gelas air juga cemilan.

Aku bangkit dan mengambil alih nampan yang ia bawa lalu ku taruh di atas meja "Terima kasih ya bun, jadi repot" Kataku kembali duduk.

"Engga repot, kan kamu juga jarang main kesini" Sahut bunda tersenyum hangat.

Alfaro bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah bunda dan mencium kening bunda lembut "Aku ke kamar sebentar" Pamitnya hanya pada bunda.

Aku hanya tersenyum simpul melihat tingkah Alfaro yang kelewat kaku, bunda menyentuh lenganku dengan lembut "Apa bun?" Tanyaku, membalas genggamannya.

"Hubungan kamu sama Alfaro bagaimana?"

Agak grogi juga sih ditanyain gini "Selama dua tahun ini baik-baik saja bunda. Ga ada masalah serius, kalo masalah kecil sih pasti ada"

"Syukurlah, kalian harus tetap sama-sama ya"

"Amin, doakan ya bunda"

Kami saling melempar senyum, tak lama bunda membawa diriku masuk ke dalam pelukan hangat seorang ibu yang sangat aku rindukan.

"Jaga Alfaro untuk tetap seperti ini" Ucap bunda terdengar begitu lirih.

"Bunda kenapa?" Tanyaku melepaskan pelukan kami lalu menatap bunda dalam, disana terdapat kekhawatiran yang mendalam.

"Bunda gapapa, cuma takutnya ada hal yang membuat kamu ragu dan bunda gabisa apa-apa" Jelas bunda yang lagi-lagi nambah membuat diriku bingung.

"Apa bun?" tanyaku lagi, dengan begitu lembut.

"Dia- Ah! Ga ada apa-apa, maaf ya" kata bunda gelagapan dan menghapus air matanya yang sempat menetes.

Aku kembali bingung, kenapa bunda bersikap aneh. Dan kenapa juga ucapannya tiba-tiba terhenti, baru aku akan membuka mulut ingin bertanya Alfaro sudah duduk di pangkuan ku.

"Aduh! Berat al" Kataku mendorong bahunya, ia bangkit lalu mencium pipiku

Aku menoleh pada bunda yang tersenyum lembut melihat kami, aku sedikit malu. Tapi yang membuat ku tak fokus lagi-lagi ada tatapan kekhawatiran di mata bunda.

"Masakin gue" Kata alfaro duduk disampingku

"Bukannya baru tadi loh makan?"

Alfaro menatapku malas "Ya terus?"

Aku menghela nafas "Fine, kamu boleh makan apapun dan sebanyak apapun, jadi Alfaro mau apa emangnya?" Tanyaku menatap padanya.

"Bun" Panggil Alfaro menatap bunda dengan tatapan penuh arti, namun tidak dingin seperti biasanya setidaknya lebih hangat.

"Iya-iya tampannya bunda, sayang ayo bunda ajarin masak kesukaan Alfaro" Ajak bunda berjalan lebih dulu ke dapur.

Aku menatap kembali Alfaro yang sedang memainkan ponselnya "Jadi gitu ya cara kamu nyuruh bunda? Lewat tatapan aja bunda paham" Kataku memainkan pipinya.

Ia melepaskan tanganku "Bacot"

"Nyebelin, ga jadi masak nih!"

"Gue cium sampe engap" Ancamnya.

"Mesum" Kataku mencium cepat pipinya dan berlari secepat flash ke dapur, takut kalo alfaro marah karena aku menyosor lebih dulu.

"Sayang, sini bunda ajarin" panggil bunda ketika aku sudah sampai di depannya "Ini, kamu pakai ya" Katanya memberikan celemek untuk melindungi tubuh depanku.

Alfaro ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang