HIDDEN 2.0 || 6. 단단한 - Hard

Start from the beginning
                                        

Karena, setelah Sona merenung semalaman, ia juga sudah memikirkan bahwa kepergian Jungkook, bisa menjadi alternatif baginya untuk menuntaskan semuanya.

Sona baru mendapat pesan balasan setelah ia juga sudah hampir sampai di tujuan. Mata Sona sedikit melebar ketika Yoora mengatakan bahwa Jungkook sedang mengurung dirinya, Jungkook tak ingin orang lain menganggunya.

Dugaan Sona benar, Jungkook ternyata menonton berita itu.

*****

Di rumah sakit, Sona sebenarnya sempat tidak disarankan masuk oleh seorang dokter yang ikut menjaga di luar. Tapi, saat Sona menunjukkan pesan yang dikirim Jungkook padanya.

Mereka semua yang ada di sana seolah sadar bahwa mungkin Jungkook memang ingin Sona datang.

Jadi, dokter itu memberikan kunci cadangan dari pintu itu pada Sona, karena Jungkook memang mengunci pintunya dari dalam.

Sona menghembuskan napas perlahan saat ia membuka pintunya perlahan. Pemandangan yang pertama kali Sona lihat adalah Jungkook yang berdiri didekat jendela.

Ralat, Jungkook tidak berdiri, melainkan sedang berdiri dengan bantuan pegangan tepian jendela. Sebuah kursi roda di belakang Jungkook, entah bagaimana bisa sudah mundur begitu jauh di belakangnya. Sona memprediksi bahwa Jungkooklah yang mendorong kursi roda itu.

Setelah menutup kembali pintu, Sona perlahan berjalan mendekati Jungkook yang masih belum ingin menoleh padanya.

"Keluar! Kenapa kalian semua tidak menger--,"

"Jungkook, ini aku," putus Sona yang semakin mendekati Jungkook.

Jungkook seketika menoleh ke belakang, melihat Sona dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Ada sesuatu yang dipendam Jungkook saat ini, dari matanya terlihat jelas kekecewaan, kemarahan, keputuasaan, semua tentang menyalahkan diri sendiri terpancar dari matanya.

Jungkook mengalihkan lagi pandangannya ke depan, tepatnya ke arah jendela, menatap nanar pada pemandangan yang ada di luar sana. Sona bisa melihat kedua tangan Jungkook yang bertumpu pada pinggiran jendela mulai terkepal, menandakkan betapa emosinya sedang tidak stabil.

Sona berjalan mendekat, meski dengan langkah yang takut, di samping Jungkook, namun agak ke belakang sedikit.

"Jadi, kau juga ingin aku pergi ke London?" pertanyaan Jungkook terdengar begitu sinis, Sona sampai terkejut, bagaimana bisa Jungkook menanyakan hal itu.

"I-it-itukan demi kesembuhanmu."

"Apa kau juga berpikir aku begitu lemah hingga aku harus benar-benar dijauhkan dari semua ini?" Jungkook lebih menuntut lagi.

Sona jadi bingung harus mengatakan apa.

"Jung-jungkooh-ah, sebaiknya kau duduk dulu. Kita bisa membicarakannya dengan baik," usul Sona yang khawatir karena melihat Jungkook tampak mulai menggigit bawahnya.

Jungkook jelas tengah menahan nyeri karena terlalu lama berdiri.

"Apa kau juga baru saja mengatakan aku tidak sanggup untuk berdiri? Kupikir kau yang selalu bilang bahwa aku pria yang kuat?" Jungkook menoleh pada Sona, menatap Sona dengan mata tajamnya.

Sona jadi makin kacau, entah dia harus bagaimana menghadapi semua ini. Rasanya Sona jadi serba salah. Pada akhirnya, Sona melangkah satu jarak lebih dekat, ia memberanikan diri menyentuh lengan Jungkook.

"Kau tidak boleh seperti ini, jeball."

Jungkook merasakan sentuhan itu, sentuhan yang hanya dalam sekejap bisa melunturkan panas di hati dan pikirannya. Jungkook perlahan menoleh, ia menemukan mata Sona yang berkaca-kaca.

Seketika Jungkook memejamkan matanya, pria itu menarik napas berat lalu menundukkan kepala. "Maaf, aku hanya merasa sangat kacau."

Sona tersenyum tipis di antara mata yang masih berkaca-kaca. "Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja. Kau akan segera kembali seperti dulu."

Jungkook mengatur napasnya. Perlahan pria itu mencoba berdiri tegap lalu membalik tubuhnya menghadap Sona, kini hanya satu tanganya yang bepegangan pada pinggiran jendela. Sementara tangan yang satunya terulur untuk menarik Sona agar jatuh ke dalam pelukkannya.

Sona sempat terkejut karena tiba-tiba saja kepalanya sudah bersandar di bawah leher Jungkook. Satu tangan pria itu mendekapnya dengan posisi seperti ini, sementara satu tangan yang lainnya masih bepegangan.

"Jung----,"

"Aku tidak ingin ke London, Sona-ya. Aku tidak ingin meninggalkanmu," bisik Jungkook lirih, terdengar begitu tegas namun pilu.

Sona bisa merasakan degupnya seakan berhenti berdetak, masih dalam pelukan Jungkook. Sona memejamkan matanya, kala hatinya juga ikut merasa nyeri atas kalimat itu.

"Kau harus pergi, itu demi kebaikanmu," ucap Sona sambil menahan sesak dalam dadanya.

Entah mengapa, tepat pada saat Sona mengatakan hal itu. Sona merasaka tubuhnya semakin ditarik lebih dalam oleh Jungkook. Pelukkan Jungkook jadi sedikit lebih erat. Sona merasakan napas Jungkook yang bergerak mendekati daerah telinganya, Sona masih merasa gugup, sampai akhirnya Jungkook membisikkan sesuatu.

"Kalau begitu, kau harus ikut denganku."


-bersambung-

Maaf ya, bab ini kurang gimana gitu, aku lemes banget nulisnya.

Lagi banyak pikiran, tapi aku harap tetap bisa menghibur dan mengobati rasa penasaran ya. 

Tetap kasi komen ya, tetep kasi review, kalian sukanya di bagian mana hehehe, kalau aku sih suka momen GwenChan di sini, meski gak berdua doang tapi lucu, gemes gitu wkwk. Kalau kalian suka yang mana nih?

Aku janji bahwa ini nggak akan nyesek terus, ini malah akan jadi komedi di bab-bab selanjutnya wkwkw *semoga ya* , aku emang pengen nyiksa kalian di awal, terus seneng-senengin di tengah-tengah, dan hancurin di akhir :) 

Aku janji bahwa ini nggak akan nyesek terus, ini malah akan jadi komedi di bab-bab selanjutnya wkwkw *semoga ya* , aku emang pengen nyiksa kalian di awal, terus seneng-senengin di tengah-tengah, dan hancurin di akhir :) 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

mantap kan? HEHEHEHEHEHEHHEHEHE.

Udah ah, ku mau malam jumatan dulu sama ini nih, udah ditungguin soalnya.


"Sayang, lama bener sih!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sayang, lama bener sih!"


HIDDENWhere stories live. Discover now