Tak lama setelahnya, satu sosok lagi muncul, membuat Jungkook langsung tersenyum lebar. Sudah lama sekali Sona tidak ke sini, Jungkook sampai ingin marah, tapi dia tidak bisa, dia tahu keadaan memang tidak mendukung.
Sona yang terlihat masih memakai seragam kerjanya yang hanya ditutupi jaket juga ikut masuk dan membalas senyum Jungkook.
"Aku masih belum bisa jalan," jawab Jungkook sambil berusaha memperbaiki posisi duduknya agar lebih tegap, Jungkook sedikit meringis dan sontak Sona mendekatinya, menahan lengan Jungkook.
"Tidak usah dipaksa," ucap Sona sedikit khawatir.
Jungkook tersenyum tipis, antara senang karena dikhawatirkan oleh Sona, tapi juga sedih karena merasa begitu lemah. Jungkook merasa payah, bahkan untuk meluruskan punggung saja dia tidak bisa.
"Di mana yang lain?"
tanya Ceye menoleh ke sana kemari, Ceye yakin saat dia ke sini, dia tidak melihat siapa pun di luar ruangan Jungkook selain penjaga mungkin. Biasanya kan ada teman-temannya atau sanak keluarga.
"Yang lain sedang latihan, kuyakin mereka sangat sibuk. Mereka akan ke sini nanti malam. Ibu dan ayahku, entahlah, mungkin sedang keluar sebentar," jawab Jungkook seadanya.
"Bagaimana rasanya tertidur cukup lama?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Gwen.
Jungkook berpikir, mencoba mengingat-ingat sekaligus menemukan kata yang telat untuk menjelaskannya. "Entahlah, mungkin seperti menjelajah mimpi yang begitu panjang, terkadang seperti kesepian, atau mungkin kehilangan arah." Jungkook mengerutkan kening, caranya bicara terkesan pelan, karena bagian bawah rahangnya terkadang masih suka ngilu.
"Kenapa kau bertanya seperti itu, Gwen? Bukannya dia juga pernah tidur lama?" tanya Sona sambil mencodongkan dagunya ke arah Ceye yang ada di seberangnya.
Gwen melipat kedua matanya, ia melirik pada Ceye. "Tidak. Bukan begitu. Aku hanya penasaran, apa orang yang tertidur panjang itu bisa berpotensi kerasukan atau terkena virus kebodohan mendadak?"
"Hah?" Ketiganya terkejut mendengar ucapan Gwen.
Gwen membuang napas pelan. Lalu menatap Ceye lewat sudut matanya.
"Iya, karena Chan sampai bisa bilang ingin menceraikanku saat pertama kali dia bangun."
Seketika Sona dan Jungkook menutup mulutnya demi menahan tawa. Sementara Ceye mengusap belakang kepalanya sambil mengalihkan pandangan kea arah lain. Ceye benar-benar malu.
"Haishhh!Kenapa masih mengungkit hal yang sudah bertahun-tahun itu?!" Ceye ingin sekali membenturkan kepalanya di dinding.
Gwen ini benar-benar tidak bisa menjaga harkat dan martabatnya.
Gwen dengan wajah datar dan tanpa rasa bersalahnya hanya bisa menghela napas. Gwen lalu menatap Jungkook dan Sona secara bergantian yang entah mengapa saling menatap satu sama lain.
Gwen tidak tahu bahwa Sona dan Jungkook mungkin masih sama-sama malu dan bersyukur karena kalimat pertama yang Jungkook ucapkan dan Sona dapat setelah tidur panjang itu adalah, "saranghae."
Sore itu mereka semua mengobrol, menceritakan segala hal yang bisa diceritakan. Sebuah suasana yang bisa mengalihkan perhatian Jungkook sejenak dari kesedihannya.
Itu tidak terasa karena saat malam tiba dan Bangtans menetapi janjinya untuk menghampiri Jungkook, saat itu juga Gwen, Sona dan Ceye berpamitan untuk pulang.
Saat meninggalkan ruangan, di tengah keramaian teman-teman Jungkook yang lainnya, sebelum menutup pintu, Sona dan Jungkook sempat bertatapan penuh arti. Senyum tipis terukir di wajah keduanya.
YOU ARE READING
HIDDEN
FanfictionPERHATIAN : masih terdapat beberapa kekurangan dalam cerita seperti typo, kesalahan penulisan hal-hal yang berbau Korea. Jangan membandingkan dengan RL, ini hanya cerita. Blurb : Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun keduanya sepakat u...
HIDDEN 2.0 || 6. 단단한 - Hard
Start from the beginning
