"Apa kau masih di bandara sekarang?"
"Nee, kenapa?"
"Aku di sini bersama Chan. Kami habis mengantarkan orang tua kami yang akan pergi ke Jeju."
"Eoh? Kau tidak bilang orang tuamu ke Seoul?"
"Mereka juga tidak bilang akan ke sini, aku juga kaget. Mereka ingin mengajakku dan Chan ke Jeju untuk liburan keluarga, tapi Chan tidak bisa, aku juga ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan."
"Oh begitu. Hmm, jadi, apa kau ingin aku keluar menemui kalian sekarang?"
"Sebenarnya aku dan Chan ingin ke rumah sakit untuk pengecekkan kandungan saja, tapi kebetulan kami mendapat rekomendasi ke rumah sakit yang sama dengan tempat Jungkook di rawat. Jika kau mau, kita bisa sekalian menjenguknya."
"Hah? Jadi, Chan sudah tahu?"
"Iya, aku akhirnya memberi tahunya, jika tidak. Dia bisa membunuh anakku."
Kemudian terdengar suara protes dari seberang sana, itu jelas suara Ceye. "Hehhh! Dia juga anakku!"
Sona terkekeh, sempat terdiam sejenak, merasakan manisnya hubungan Ceye dan Gwen.
"Jadi, bagaimana? Apa kau ingin ikut?" tanya Gwen lagi.
Sona tersentak dari lamunnanya. "Eh? I-iya, aku ikut."
"Baiklah, aku tunggu di parkiran."
"Baik. Aku segera ke sana."
Setelah sambungan itu terputus, Sona bahkan masih menempelkan ponsel itu di telinganya. Sona kembali melamun sebentar, sedikit iri dengan mulusnya hubungan Gwen dan Ceye.
Kapan dia bisa seperti itu dengan Jungkook?
Sona menundukkan kepalanya, sambil menasehati dirinya sendiri.
Berhenti berharap terlalu jauh, Sona. Kau tahu ini semua takkan sampai sejauh itu.
*****
Sona, Gwen dan Ceye pergi ke bagian dokter kandungan lebih dulu sebelum pergi ke tempat Jungkook. Mereka semua sangat antusias saat melihat gambar di layar kecil yang ada dekat bangkar milik Gwen.
"Belum terlihat jenis kelaminnya. Tapi, pembetukkan organ-organ tubuhnya cukup baik. Ini sepertinya kepalanya." Dokter wanita itu menunjukk satu titik berbentuk bulat di layar, sementara tangan yang satunya masih memegang alat yang di tempelkan di perut Gwen.
Ceye tidak berkedip melihatnya. Pria itu terus menatap ke layar seiring dengan hatinya yang disesaki kebahagiaan. Sona melihat hal itu, melihat ekspresi Gwen dan juga Ceye, hatinya juga mendadak ikut menghangat, Sona melihat Gwen mengalihkan pandangan karena Sona tahu Gwen sedang berusaha menutup diri karena meneteskan air mata. Sona bahkan memergoki Gwen buru-buru mengusap air matanya, Gwen berpura-pura seperti sedang kemasukkan debu saat ia tahu Sona memergokinya.
Melihat hal itu, Sona juga jadi ikut meneteskan air mata tapi dibarengi dengan senyum haru.
"Ah, Gwen, kau sebentar lagi akan menjadi seorang ibu." Sona mengusap air matanya, memang Sona sangat mudah tersentuh dengan apa pun. Itu sudah menjadi ciri khasnya.
Suasana di ruangan itu cukup mengharukan, apalagi saat Ceye meraih satu tangan Gwen untuk digenggam.
"Mulai sekarang, kau jangan suka marah-marah, nanti anak kita ikut stress juga gara-gara kau sering mengomel," ucap Ceye, entah menasehati lalu mengejek.
YOU ARE READING
HIDDEN
FanfictionPERHATIAN : masih terdapat beberapa kekurangan dalam cerita seperti typo, kesalahan penulisan hal-hal yang berbau Korea. Jangan membandingkan dengan RL, ini hanya cerita. Blurb : Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun keduanya sepakat u...
HIDDEN 2.0 || 6. 단단한 - Hard
Start from the beginning
