Antara lapo dan ternak babi (part I)

455 32 23
                                    

Hari ini hari Kamis, seperti hari biasanya, nggak pala ada istimewa-istimewanya. Seperti kegiatan kami tiap harinya, aku membantu mamak berjualan di lapo. Tau kleannya lapo? Itu semacam wartegnya orang batak. Usaha ini sudah digeluti mamak awak (aku) sekitar lima tahun terakhir berkat ide dan masukan dari tetangga kanan kiri yang selalu memuji masakan mamak yang terbilang cukup enak. Menu andalan lapo boru Tobing itu sayur ubi santan, sayur sop, dan panggangnya. Klean tau lah yah panggang apa yang kumaksud hehe. Selain itu di lapo kami juga tersedia es jeruk, teh manis dingin/panas, kopi, jajanan kampung, dsb. Sederhana memang, tapi cukup lah untuk membiayai kebutuhan keseharian kami berdua daripada mamak harus berladang. Berhubung usianya yang juga semakin bertambah tua. Lapo kami pun terbilang kecil; teras rumah yang kami sulap dengan menempatkan satu meja dan tempat duduk panjang yang bisa diduduki oleh 4 atau 5 orang dengan satu lemari hidangan ukuran sedang untuk menempatkan makanan yang siap disajikan. "Lapo bortob" juga nama yang diberikan oleh warga sekitar, bortob merupakan singkatan dari boru Tobing (nama keluarga dari mamak) karena kami memang sudah cukup lama tinggal di kampung ini jadi cukup banyak mengenal dan dikenal oleh warga kampung.

Mungkin yang membedakan hari ini dengan hari biasanya karena abang Tongam dan abang Lambok datang martandang. Abang Tongam orangnya tinggi kurus dengan kulit coklat matang, kontras dengan abang Lambok yang lebih pendek dari bang Tongam, berperut buncit, kulit sawo terang dengan kumis tipis. Mereka berdua sopir bus Moria jadi tak setiap hari ada di kampung. Buat aku abang Tongam dan abang Lambok sudah seperti abang sendiri, mereka salah dua pelanggan setia lapo kami. Menurut mereka sambal panggang mamak, sambal panggang paling mantap se sumut. Kadang kala mereka membawa penumpangnya untuk makan di lapo kami.

Yang bikin aku semangat kalau abang-abang ini lagi bertandang ke lapo kami pasti karena marende (bernyanyi). Sejak kecil aku hobi sekali menyanyi apalagi kalau ada kawan nyanyinya. Nah abang Tongam dan abang Lambok ini dua-duanya pun hobby nyanyi dan jago main musik pulak.

„Ayo lah mainkan bang Tongam!" ajakku ke bang Tongam sembari memberikan gitar.

"Mau nyanyi apa kau rupanya?" tanya bang Tongam.

"Lagunya bang Dorman Manik bang, Holan di Angan-angan, tau kau kan?" tanyaku sambil menarik kursi dan menempatkan berdekatan dengan bang Tongam.

„Oh! Bagus itu Ngam lagunya" saut bang Lambok

„kunci apa nya nariknya?" tanya bang Tongam serius sambil memetik gitar

"Cok mainkan dari kunci i!" jawab bang Lambok dengan muka serius sambil menatap ke arah bang Tongam lalu tertawa.

"babami ma Lambok! (mulutmu itu Lambok!) Apa pula kunci i?" saut bang Tongam kesal dan mendorong pundak bang Lambok yang membuatnya tertawa semakin keras.

"hahahaha kau pun pakek nanya, cam baru kemaren aja kau pegang gitar tu!" celetuk bang Lambok sambil tertawa.

"hahaha...abang ini pun, udah serius pula ditanya bang Tongam malah dijawab kek gitu." Sahutku tertawa membela bang Tongam sambil menepuk paha bang Lambok.

"Ayolah bang Tongam! Cobak mainkan di kunci C " kataku sambil menarik nafas dalam sebelum mulai bernyanyi.

Bang Tongam mulai memainkan intro dan mulai ...

"dang tarsesa au bohim sian rohakki, sai toktong do dipikiran hi

Nang pe tung haccit pambaenanmi tu au dang boi huhalupahon i sude" kunyanyikan lagu ini dengan penuh penghayatan.

"Di ari minggu ii .." nyanyiku terputus

"BUTEEEEEEETTT.................BUTEEETTT............" terdengar teriakan gaib dari dapur. Hahaha becandanya aku. Itu si mamak awak nya. Mamak ini paling pantang memang liat awak senang.

"APA SIH MAAK???" teriakku kesal

„ANTARKAN DULU SAYUR UBI INI KE TEMPAT TANTE SIMON" teriak mamak dari dapur dengan logat bataknya yang kental.

„BENTAR DULU LAH! TANGGUNG KALI NYANYINYA" mencoba menawar si mamak.

„SELAK (keburu) DINGIN NANTI SAYURNYA BORU ( panggilan untuk anak perempuan)" teriak mamak yang mulai bercampur dengan nada kesal

"AH MAMAK INI PUN!! TADI PAS NGGAK ADA KERJAAN AWAK NGGAK NYA MAMAK SURUH..INI BARU PUN ASIK AWAK NYANYI UDAH DISURUH..PALAK KALIIII! (kesal kali!)" jawabku kesal sambil berdiri dari kursi dan berjalan menuju ke dapur dengan muka cemberut.

Di dapur sudah menunggu mamak kesayangan dengan rambut pendeknya yang hitam pekat karena kemaren barusan disemir (diwarna), tubuh yang agak gemuk tapi tidak terlampau gemuk dan mengenakan daster kesayangan yang saat itu sedang membungkus daun ubi santan yang baru masak. Mamak awak ini klo lagi diam cantik kali, tapi kalau mulai merepet (ngomel) alamaaak jangan dilawan.

"MUNCUNGMU ITU! orang mamak baru ditelpon tante Simon minta diantarkan sayur ubinya sekarang" jawab mamak sambil memberi bungkusan sayur ubi yang masih panas.

"aaaaw...." Teriakku saat memegang bagian bawah bungkusan sayur ubi yang memang masih panas kali

"awas masih panas!" kata mamak dengan polosnya

"telat pun mamak bilangnya" tatapku kesal ke mamak sambil memuncungkan (manyun) bibir semabri berlalu meninggalkan dapur dan menuju ke lapo.

"bang, nyanyi-nyanyi lh dulu klean, nanti awak gabung lagi.. mau kuantarkan dulu sayurnya tante Simon ni" sambil menunjukkan bungkusan sayur ubi ke arah bang Tongam dan bang Lambok.

"Jauhnya? Udah mau balek kami nih" tanya bang Lambok sambil meneguk kopinya.

"Nggak lah, naik kereta (sepeda motor) kok aku" jawabku sambil mengambil kunci kereta dari laci meja dan berjalan ke arah kereta.

"besok lah kita sambung nyanyinya dek ya! habis kopinya si Lambok pergi lah kami" kata bang Tongam sambil membaca sms dari hp nya.

"ooh ya udah lah..jadi mau bayar sekarang atau kek mana?" jawabku sambil berjalan balik ke arah mereka.

"udah kau antar aja sayurnya.. nantulang ada di belakang kan? Biar kami panggil nantulang klo kami sudah siap" potong bang Lambok

"sip lah klo kek gitu bang" jawabku sambil berjalan cepat menuju ke kereta.

                                                                               ----                                                                          

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Butet mau ke Jerman mak'e!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang