Obsessed

23 4 0
                                    

"setiap manusia memiliki jiwa malaikat. tapi malaikat tidak hanya baik, ada juga yang menjaga neraka"



******


"bangsat!" gumam Rahman kemudian berlari ke arah Azzam.

Rahman yang melihat Azzam sedang dipukuli oleh preman – preman jalan itu langsung ditarik minggir oleh Rahman.

Rahman menghadang para preman dan melawanya.

Azzam yang babak belur dan kesakitan Karena sejak tadi dipukuli memanfaatkan kesempatan untuk kabur selagi Rahman melawan preman – preman itu.

"banci lo semua maen keroyokan!" bentak Rahman.

"eh bocah! Udah bosen idup lo!" balas bos dari preman itu.

Salah satu preman memukul pundak Rahman dengan besi yang ada di pinggir jalan, Rahman terjatuh. Kemudian ia bangkit menendang kepala si preman yang memukulnya, kemudian menangkis beberapa pukulan dari preman yang jumlahnya 4 orang itu. Salah satu preman ternyata ada yang membawa pisau, ia membuka tutup pisau dan menodongkan ke arah Rahman.

Rahman berjaga – jaga untuk menghindari pisau itu, tiba- tiba salah satu preman menendang punggung Rahman, hampir saja terjatuh, si preman yang membawa pisau itu memanfaatkan kesempatan menyayatkan pisaunya ke perut Rahman. Baju Rahman sobek, darah mengalir deras membuat bajunya yang berwarna putih menjadi merah.

Jantung Rahman berdetak tak karuan, dia sejak kecil mempunyai penyakit jantung, yang membuat dia sangat syok ketika melihat darah.

Rahman tumbang, ia melihat sekeliling, mencari keberadaan Azzam, tetapi tidak ada.

Kini ia lah satu – satunya incaran preman – preman itu. Ia pun berdiri, mengambil besi yang tadi dilemparkan oleh preman dan memukulkanya ke preman – preman itu.

Preman yang lain tidak terima, ia menyayatkan pisaunya ke wajah Rahman, yang sukses membuat pipi Rahman tergores dan berdarah. Kemudian preman – preman itu bergantian memukul wajah Rahman, menendang perut Rahman, dan memukul Rahman berkali – kali.

Nafas Rahman sudah diujung, hidungnya berdarah. Dadanya sesak, jantungnya benar – benar serasa mau meledak. Akhirnya ia mengambil besi paling besar di sekitarnya dan memukulkanya kepada para preman secara membabi buta.

Satu persatu preman – preman itu tumbang.

Rahman kehilangan keseimbanganya, ia masih terus memukuli preman – preman itu.

Akhirnya semua preman itu pingsan. Rahman melempar besi tadi ke sembarang arah dan berjalan terhuyung – huyung meninggalkan tempat itu.

Ia mengeluarkan ponsel dan menelpon Azzam. Berkali – kali ia menelpon, tidak ada jawaban. Merasa kesadaranya akan hilang, ia sudah tidak bisa berpikir siapa yang akan di telpon. Semua huruf di ponselnya terlihat menari – nari di matanya. Akhirnya dengan sembarang ia ternyata memencet nama Zarra di kontaknya. Tak lama kemudian terdengar suara Zarra di seberang telfon.

'ada apa man?' Tanya Zarra yang setengah kaget Rahman tiba – tiba menelponya.

'tolongin gue ra' suara Rahman terdengar parau.

'lo kenapa?' Zarra mulai khawatir.

'gue.. bruk' suara sesuatu terjatuh dari seberang telfon.

'man.. Rahman.. lo kenapa?'

Tidak ada jawaban dari Rahman.

Rahman terjatuh, ia kehilangan kesadaranya.

'Rahman! Rahman lo kenapa?' suara Zarra panik.

Akhirnya Zarra menelfon Azzam, tapi sama saja. Azzam tidak mengangkat telfon dari Zarra.

Zarra membuka GPS mencari dimana lokasi Rahman saat ini.

Setelah menemukan, ia langsung bergegas menuju tempat dimana Rahman berada.



******



"arrghh" ringkih Rahman memegangi perutnya karena merasa nyeri yang amat sangat.

Zarra yang terkejut Rahman sadar langsung memegang tanganya.

"udah man, ga usah banyak gerak. Nanti tambah sakit" Zarra menasihati.

"gue dimana?" Tanya Rahman dengan suara parau.

"kamu di rumah sakit"

"lo ngapain disini?"

"kamu ga bangun 3 hari. Aku ga bisa berenti khawatir ke kamu"

"ga usah nungguin gue. Sekolah aja"

"aku udah ijin. Guru maklum kok"

"gue laper, tolong panggilin suster"

"biar aku aja yang ambilin"

"ga usah, gue ga doyan kalo lo yang ngambilin. Panggilin suster aja"

Zarra kemudian keluar ruangan itu dan memanggil seorang suster.

"ada apa dek Rahman?" Tanya suster itu.

"tolong ambilin makan siang 2 porsi ya sus" jawab Rahman.

"kamu laper banget ya man sampe makan 2 porsi? Haha" Sahut Zarra sambil terkekeh.

Rahman tidak memperdulikan ucapan Zarra, ia hanya menatap Zarra dengan tatapan mengintimidasi.

Zarra yang takut ditatap Rahman seperti itu kemudian menghentikan tertawanya.

Suasana di ruangan itu canggung, tidak ada yang berbicara. Rahman hanya melamun menatap langit – langit ruangan, dan Zarra hanya diam memperhatikan sekeliling.

Sekitar 10 menit kemudian suster masuk memecah keheningan.

"ini dek makananya, dihabiskan ya. Nanti jangan lupa diminum juga obatnya" ucap suster sambil menaruh makanan di meja.

"makasi sus" ucap Rahman dan Zarra bersamaan.

Mereka berdua kemudian saling tatap selama beberapa detik, dan kemudian memalingkan wajah masing – masing.

"gara – gara ada lo tiba – tiba nafsu makan gue berkurang" suara Rahman memecah keheningan.

Zarra yang sedih sekaligus takut hanya menunduk.

"yaudah aku pergi dulu, kamu makan yang banyak ya. Biar cepet sembuh" jawab Zarra lirih

Ketika Zarra hendak berdiri, Rahman memegang tangan Zarra.

"gara – gara lo nafsu makan gue berkurang, gue ga bakal abis makan 2 porsi. Lo harus tanggung jawab. Yang satu porsi lo yang makan"

Zarra kemudian duduk dan tersenyum. Rahman pasti tau kalau dia menunggunya sejak tadi pasti belum makan. Rahman pasti sengaja meminta 2 porsi yang kemudian satunya untuk Zarra.



******


thx jangan lupa vote dan komenya yaa  :*





*update ga teratur, tergantung mood.

The Perfect Queenजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें