9. Warung Pemoedaa

111 5 0
                                    



Author POV

Selamat Membaca :)

Wijaya dan Neno Subara temannya masih terlihat sibuk berkutat dengan laptop dan berkas-berkas yang menumpuk di meja kerja. Malam ini mereka lembur lagi mengerjakan laporan yang belum selesai. Pukul 19.30 wib Neno mengajak Wijaya makan malam bersama. Mereka memilih warkop Pak Dolah sebagai tempat beristirahat sejenak sembari makan mie instan rebus dan meneguk nikmatnya kopi hitam. Mereka mengobrol ngalor-ngidul entah kemana saja sampai percakapan tentang warung "Pemoedaa" jadi topik pembahasan.

"Aku dengar semalam kamu izin pulang cepat karena ingin pergi. Pergi kemana?" tanya Neno penasaran.

"Aku pergi makan bersama di warung Pemoedaa, bang." Jawab Wijaya bertutur pada Neno, sebab usia Neno lebih tua lima tahun dibanding Wijaya.

"Oh...dengan pacar yaaaa" Goda Neno pada Wijaya.

"Iya, bang. Tapi ada satu orang lagi ikut, namanya Zahra dia sahabat pacarku.

"Tu..tunggu! WARUNG PEMOEDAA!?" Tanya Neno sangat terkejut.

"Iya. Kenapa bang?"

"Kamu tidak tahu, Ja? Ja adalah singkatan dari Jaya. Di kantor Wijaya akrab disapa Jaya oleh rekan sejawatnya."

"Tahu apa bang? Tahu isi apa tahu gejrot nih?" Seloroh Jaya

"Masih sempatnya kamu bercanda. Kamu tahu gak, kalau warung pemoedaa itu ada penglarisnya! Warung itu memang terkenal dengan hidangannya yang mewah, menarik, murah apalagi design ruangannya keren sekali. Namun ada satu berita santer yang akan membuat kamu terkejut. Bisa-bisa kamu muntah dan jera datang kesana." Hehe. Neno ketawa jahat sambil menyunggingkan bibirnya pada Wijaya karena merasa temannya tersebut telah kena perangkap.

"Maksud, Abang? Aku tidak mengerti!"

"Maksudnya, kamu serta pacarmu telah memakan hidangan yang sudah terkena liur yang menetes dari mulut jin penglaris di warung tersebut. Sebenarnya aku tidak boleh ceritakan hal ini sama orang lain. Tapi kamu temanku jadi bagaimana pun juga aku harus memberitahukan hal ini padamu, agar kedepannya kamu tidak lagi pergi ke tempat itu."

"Abang tidak boleh berkata begitu. Dosa! Bisa-bisa jatuhnya fitnah!"

"Ya ampun Ja, kamu ini kenapa tidak percaya sih? Memang aku tidak menyaksikan langsung dan tidak ada bukti untuk menunjukkan kebenaran dari cerita ini. Hanya saja temanku dari kampung bernama Doni menjadi saksi tentang penglaris tersebut. Temanku itu adalah seorang anak indigo. Dia bisa melihat hal-hal supranatural yang berkaitan dengan dunia gaib. Bahkan dia punya kemampuan membaca pikiran orang lain.

Awalnya dia melihat ada sebuah lowongan kerja menjadi pelayan di salah satu warung yang baru dibuka namanya warung pemoedaa. Dia menelepon sang manajer dan diterima bekerja. Hari pertama kerja dia sudah merasakan hal aneh di tempat itu dimulai dari gedungnya yang terlihat aneh dari kejauhan. Auranya sungguh mencekam sekali, dia bilang pembangunan tempat itu memakan tumbal seorang balita laki-laki berusia lima tahun sebagai persembahan kepada jin penglaris yang divisualisasikan sesosok genderuwo perempuan.

Genderuwo itu berada di depan pintu, air liurnya menetes deras membanjiri pintu yang terhubung di depan dapur. Jadi, setiap hidangan yang keluar dari dapur pasti terkena tetesan air liur yang mengalir dari mulutnya. Bila dilihat air liur tersebut bagai air terjun yang terus mengalir dengan deras. Air liurnya berwarna hijau kehitaman mengeluarkan aroma busuk yang menyengat. Air liur tersebut berfungsi sebagai pelezat makanan dan penarik minat pelanggan. Jangan heran jika makanan yang dibungkus bawa pulang ke rumah rasanya sudah berbeda dari saat dimakan di tempat itu. Rasa nikmat pada makanan berkurang sebab makanan yang dibungkus tidak terkena liur dari jin penglaris. Dia tinggi sekali, sekitar tiga meter. Rambutnya panjang gimbal dengan taring berwarna hitam bermata besar dan lingkaran hitam pekat disekeliling matanya.

ANAK ANGKAT GAIBWhere stories live. Discover now