"NO!" Nata berdiri. " Yaudah gue percaya. Tapi sekarang aja, besok kalo Lo bolos lagi gue aduin Mama." Nata mengambil tasnya lalu meninggalkan Cici dan Divo menuju kamarnya. Selalu kesal kalau sudah khawatir.
Cici menghembuskan napasnya dengan lega. Dia akhirnya bisa membuat Divo dan Nata percaya, walau sebenarnya Nata masih agak ragu. Cici melihat kearah Divo yang sudah meneguk habis minumannya.
"Kak?"
"Hm?"
"Lo tadi kesini naik motor kan? Emang udah baikan?" Cici akhirnya bisa bertanya kepada Divo. Dia sudah penasaran sejak awal dia datang tadi.
"Udah kok."
"Tadi keluar dari RS jam berapa? Padahal pas ke RS kan kak Divo gak bawa motor."
Divo menggelengkan kepalanya. "Gue keluar jam 14:00. Gue tadi dijemput sama dokter keluarga gue, terus dianter kerumah. Makanya gue bisa bawa motor kesini."
Cici manggut-manggut saat mendengar penjelasan Divo yang tidak panjang, namun menjelaskan semuanya. Cici bahkan tidak bisa menjelaskan segalanya langsung ke intinya. Pasti harus bertele-tele dulu baru siapapun yang mendengar penjelasannya paham.
"Kakak udah makan?"
Divo menggelengkan kepalanya. "Belum."
"Masak yuk kak!" Cici antusias, padahal dia belum mahir memasak.
Divo baru akan mengiyakan ajakan Cici, namun Mama Cici sudah pulang. Dia ternyata sudah membelikan makanan untuk Cici, Nata dan juga Divo.
"Untuk saya?" Divo menunjuk dirinya sendiri.
"Iya untuk kamu. Tadi Nata nelpon Tante, katanya ada teman Cici datang. Makanya tante bawain buat kamu juga." Mama Cici tersenyum hangat kepada Divo.
"Makasih tante."
"Iyaa sama-sama. Dihabisin ya, tante mau pergi ke tempat paman Cici sekarang, jadi tidak bisa ikut makan bareng. Tante juga pulang cuma mau ganti baju sama ngasih makanan ini."
"Mama ngapain ke sana?" Cici bertanya sambil memindahkan makanan tadi ke piring.
"Ada lah pokoknya, urusan orangtua."
"Yaudah hati-hati ya tante." Divo melambai sambil tersenyum lebar sekali. Dia selalu begitu saat bersama orang yang lebih tua, ramah. Tapi berbanding terbalik saat bersama yang seumuran atau dibawahnya.
"Iyaa." Mama Cici tersenyum hangat kearah Divo dan Cici yang sedang duduk di meja makan.
Mama Cici menutup pintu rumah saat dia keluar. Cici masih memindahkan makanan ke atas piring. Divo tanpa disuruh, mengambil teko berisi air dan menuangkan ke dalam gelas.
"Kak, bisa tolong panggilin kak Nata lah diatas." Cici menunjuk kamar Mata dengan dagunya.
Divo mengangguk dan langsung beranjak menuju kamar Nata. Menaiki tangga demi tangga, sesekali dia bernyanyi kecil. Saat tiba didepan kamar Nata dia mengetuk pintu kamar Nata.
"Nat, disuruh Cici kebawah. Makan, mama lo tadi bawain makan." Divo bersandar diambang pintu.
Nata baru selesai mandi, dia sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. "Bentar bentar." Nata berjalan menuju lemarinya, tiba-tiba handuk yang dipakainya terlepas begitu saja.
Sungguh, jika dia bisa memutar waktu agar dia tidak datang ke kamar Divo pasti akan dia lakukan. Divo tidak bisa berkata, dan Nata bukannya langsung menutupinya kembali, dia hanya diam menatapi handuknya yang terjatuh dilantai.
"Nat, anjir ternodai mata gue! Zina woi zina!!" Divo menutup matanya sambil berteriak heboh.
"Siapa suruh liat!"
"Gue punya mata makanya liat! Lo juga kenapa ga pake CD sih!!" Divo masih menutup pandangannya.
Nata mengambil handuknya lalu memasangnya kembali. "CD kesayangan gue masih dijemur, ambilin Div." Nata menyuruh Divo. Tentu saja Divo menolak mentah-mentah. Dia malah berteriak dari lantai atas.
"Ci, CD Nata masih dijemur katanya dia nyuruh lo ambilin!!"
"Gilak Lo ya!" Nata menampol kepala Divo keras sampai dia terjungkal.
"Lo main-main sama gue ya, oke." Divo meregangkan bahunya dan meniup kepalan tangganya. "Siap-siap Lo!"
Divo mendorong badan Nata hingga terjatuh di atas tempat tidur, lalu menindihnya.
"Wahh! Gue gatau ternyata kalian saling suka sampai kayak gini." Cici berdiri di ambang pintu sambil memegang CD Nata.
Divo dan Nata yang menyadari kehadiran Cici langsung salah tingkah.
"B-bukan seperti yang Lo pikir!" Divo berdiri dan menyilangkan tangannya .
"Nata juga berdiri, namun hal yang sama terjadi lagi. Handuknya terlepas lagi didepan Cici.
"WAAA!!!" Cici spontan menutup matanya.
Nata langsung cepat-cepat mengambil handuknya dan memasangnya kembali. Cici melempar CD Nata ke sembarang tempat lalu berlari turun. Tanpa disangka, CD nya malah jatuh di kepala Divo.
"Apes bener." Nata menggelengkan kepalanya saat melihat CD nya sudah di kepala Divo.
'Sangat sulit mendapatkan kebahagiaan jika kamu meremehkan seseorang.'
-Dianda Divo
❇❇❇❇❇
YOU ARE READING
AURORA♕[ON GOING]
Teen Fiction⚠️FOLLOW SEBELUM BACA!!!⚠️ Takdir memang suka bermain dengan kehidupan, seperti takdir Cici yang bertemu kembali dengan Divo diwaktu yang tidak disangka. Mereka kembali bertemu dan masih dihantui oleh masa lalu yang kelam. Divo berusaha mencari seb...
♕Twelve♕
Start from the beginning
![AURORA♕[ON GOING]](https://img.wattpad.com/cover/60544432-64-k75216.jpg)