satu

81.8K 1.7K 18
                                    

Kesya pov

"Mahal"

Aku menoleh padanya dengan senyuman yang sebisa mungkin ku tarik dengan lebar "Iya Al?"

"Ga jadi" Mukanya masih sama datar, suaranya ga berintonasi alias dingin

Aku menghela nafas dengan lesu "Aku kira kamu bakal tarik kata-kata kamu untuk besok" kataku menggoyangkan kaki kananku di tanah.

Aku mendengar ia menaiki motornya seraya memakai helm miliknya, aku tersenyum tipis menatap punggungnya, paham akan dirinya yang tak suka di paksa.

"Maaf ya? Aku ga ada maksud maksa ko. Alfaro hati-hati ya, jangan lupa kabarin kalo udah sampe rumah" Pesanku yang pasti ku katakan ketika kami ingin berpisah.

"Hm"

Aku menelan salivaku mendengar jawabannya yang ga ada romantis-romantisnya banget

"Gue balik" Katanya, kemudian tanpa kata lagi ia berlalu dari rumah minimalisku yang sebetulnya pemberian dari Alfaro.

Aku mendengus dengan kesal, lalu berbalik dan berjalan menuju kamarku yang sederhana namun menarik dan nyaman.

Mataku menatap langit-langit kamar ku dengan kosong saat aku sudah tiduran di queen size milikku.

Tanpa babibu lagi aku memejamkan mataku yang sangat lelah dengan pekerjaanku di cafe milik Alfaro hari ini.

Alfaro memang pengusaha muda yang terdengar genius dalam menjalankan bisnisnya, aku sangat bangga padanya bahkan aku hampir mati berdiri ketika ia menyatakan cinta padaku dua tahun silam.

Sifatnya yang dingin dan cara memberi kasih sayangnya yang beda padaku membuatku malah menerima ia dan nyaman bertahan dengannya selama dua tahun ini.

Aku tak munafik, ia memang begitu tampan. Aku beruntung memilikinya karena selain tampan ia kaya raya belum lagi tak perhitungan padaku.

"Keysa sayang sama Alfaro"

Gumam ku lirih sambil mendekap boneka panda pemberiannya minggu lalu dengan erat.

---

Pagi-pagi sekali aku bangun dengan wajah bantalku, berjalan dengan lesu ke arah kamar mandi untuk membersihkan diriku yang terasa begitu lengket mengingat semalam aku langsung tidur tanpa mengganti baju.

Iya kadang aku memang sejorok itu.

Selesai mandi aku menjalankan kewajibanku sebagai seorang muslim untuk menghadap Allah.

Kelar dengan rutinitas ku pada pagi hari aku berjalan ke pintu luar berniat menyiramkan tanaman di hari weekend ini.

Aku terlonjak kaget melihat Alfaro berdiri di depan pintu rumahku sambil memberikan sebuah kotak makan yang kuyakini untukku sarapan.

"Alfaro ko-" Ucapku terhenti ketika ia melenggang masuk kedalam dan duduk di sofa ruang tamu.

Aku menaruh ember yang ku bawa di deket pintu dan menutup pintu itu lalu masuk, aku duduk di samping Alfaro "Katanya kamu ada acara sama temen-temen kamu, ko bisa ada disini? Pake bawain sarapan lagi, kan aku jadi enak" Candaku mengandung tawa.

Ia hanya menatapku tanpa senyum. Di balas cengiran tanpa dosa dariku "Makan!" Titahnya yang langsung ku turuti.

"Makasih ya sayang" Ucapku mengecup pipinya dengan lembut, ia menatapku dengan tajam membuatku meringsut menjauh karena takut.

Sebetulnya dia tuh malu aja sih kalo di cium tiba-tiba kaya tadi, padahal mah suka

Aku mulai memakan sarapan ku dengan jantung yang berdegup dengan kencang, Alfaro memperhatikan ku terus dari tadi soalnya bahkan sampai aku selesai makan kaya sekarang.

"Kamu kenapa? Aku belepotan ya makannya?" Tanyaku mengelap bibirku sendiri, tapi tak ada bekas nasi atau serpihan makanan .

Ia mendekatkan wajahnya padaku, spontan aku mundur lalu kembali mendekati wajahku padanya ketika ia menatapku dengan marah.

Matanya beralih pada bibirku, aku yang tau sifat lain dalam diri Alfaro pun tersenyum seraya menggeleng "Lain kali minta dong sayangku, jangan kode terus" Kataku terkekeh geli.

Ia membuang nafasnya kasar dan menjauhkan wajahnya membuatku kalang kabut sendiri.

"Iya-iya, aku bercanda ko. Sini-sini" Ucapku menarik wajahnya padaku.

Cup

Satu kecupan mendarat di bibir tipis sexynya, setelahnya aku hanya diam sampai Alfaro menggerakan bibirnya dengan sensual.

Aku memejamkan mataku menikmati kasih sayangnya lewat ciuman kami.

Satu hal yang harus kalian tau selain dingin, tampan, dan juga kaya raya Alfaro adalah pria normal yang mempunyai hawa nafsu.

Iya! Pria-ku ini memang mesum walaupun tak berani menunjukkan lebih padaku.

Ia melepas pagutan kami lalu mengelus bibirku dengan sangat lembut membuatku sangat senang bukan main.

"Kesya love so much sama Alfaro" Aku langsung mendekapnya dengan erat

"Dasar alay"

Aku hanya terkekeh dan ga lama aku merasakan ia membalas pelukanku lalu wajahnya mengumpat di leherku sampai sebuah kecupan mendarat di daerah leherku.

Aku tersenyum tipis, ini kebiasaannya jika ia tak berani mengungkapkan perasaannya.

Namun aku bisa menyimpulkan bahwa, ia mencintaiku juga.

---

Alfaro ✔️Where stories live. Discover now