3.

19 3 2
                                    

Pagi ini sebelum matahari menampakkan diri, Olyn sudah berada di luar rumah. Melihat langit biru yang indah membuatnya tersenyum dengan udara pagi yang menenangkan.

"Seger banget udaranya," ucapnya menikmati suasananya.

Ia melangkahkan kaki bermaksud keliling untuk menghafal lingkungan sekitarnya. Kata Assa kemarin ada warung bubur ayam terenak di komplek itu. Tempatnya berada di pinggir lapangan jadi ketika orang-orang olahraga biasanya sekalian sarapan di situ. Dan sekarang ia ingin sekali mencobanya.

Ada beberapa orang yang sudah pergi olahraga, ia tersenyum sendiri melihat ada anak-anak bersepeda melewatinya. Menghirup udara dalam sambil menggoyangkan tangan seiring dengan langkah riangnya.

Lapangan komplek kini sudah terlihat tinggal berjalan sedikit sudah sampai, membuat senyum Olyn terlihat jelas. Ia semakin bersemangat berjalan sampai tidak memerhatikan kanan kiri.

"Awas!" teriak seseorang dari arah kanan.

Olyn menoleh melihat pengendara sepeda yang akan menabraknya, ia menutup mata karena tidak siap menghindar. Hingga terdengar suara benda menghantam membuatnya menjerit pelan.

Perlahan Olyn membuka mata, sadar jika dirinya tidak tertabrak pengendara sepeda tadi. Ia membalikkan badan melihat pengendara tadi dan seseorang di belakangnya jatuh di depan pohon. Matanya melebar dengan mulut menganga yang tertutup telapak tangan, ia berlari menghampiri mereka.

"Maaf ya udah buat kalian jatuh gini." Olyn membantu mereka berdiri dengan perasaan khawatir.

"Aduh sakit banget." Gadis yang dibonceng tadi mengaduh memegangi kakinya.

Olyn menuntun gadis itu terlebih dahulu untuk duduk di bangku terdekat. "Tunggu dulu di sini ya," ucapnya berlari menghampiri pengemudi sepeda itu.

Sampai di sana Olyn melihat pemuda itu sudah berdiri dan mencoba mengambil sepedanya. "Biar aku aja yang bawa, badan kamu pasti sakit," ucapnya mengambil alih sepeda pemuda itu dan membawanya ke bangku yang ditempati gadis tadi dengan kembali berlari.

Olyn kembali lagi dan tanpa persetujuan langsung meraih lengan pemuda itu bermaksud membantu berjalan.

"Nggak usah segitunya juga kali." Olyn mendongak menatapnya yang tersenyum manis.

Seolah tersadar apa yang dilakukannya berlebihan, ia melepaskan tangannya yang terlalu erat merangkul pemuda itu. Raut wajah Olyn berubah gugup dan memerah membuat pemuda di sampingnya tertawa.

"Jangan ketawa, ayo cepetan duduk di sana." Olyn kembali melingkarkan tangan tetapi sekarang hanya di lengan pemuda itu.

"Iya, bawel banget sih," ucapnya tersenyum.

Dengan hati- hati Olyn menuntun pemuda itu berjalan padahal kalau menurut orang di sampingnya itu hanya luka kecil saja. Namun, Olyn menganggapnya tidak seperti itu.

"Kalian berdarah." Olyn melihat kaki dan tangan mereka berdarah setelah membantu duduk pemuda tadi. Ia berlari ke toko kecil yang berada di seberang jalan untuk membeli plester dan lainnya untuk mengobati luka mereka.

Dua orang yang melihat perilaku Olyn menunjukkan ekspresi berbeda. Satunya tersenyum geli sedangkan yang satu melongo tak percaya.

"Kenapa dia segitu paniknya?" tanya gadis yang setelah menyudahi tatapan bodohnya lalu menatap orang di sampingnya.

"Entah."

Olyn kembali membawa sebuah kantung kresek lalu mulai mengobati luka mereka dengan hati-hati. Ia tidak sadar jika diperhatikan intens oleh dua orang di depannya karena terlalu serius pada kegiatannya.

AfraidNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ