Anak Bau

1K 127 92
                                    

Seperti biasa waktu itu gue datang pagi-pagi ke sekolah. Jam tujuh pas kalau gak salah, biasalah rumah dekat sekolah. Gue nahan senyum lihat dua sepatu cewek yang udah tertata rapi di rak sepatu. Itu sepatu Nanda dan Rinna. Gue nggak habis pikir mereka berangkat jam berapa. Rumah Nanda itu cukup jauh, butuh sekitar 30 menit kayaknya untuk menempuh perjalanan ke sekolah. Kalau rumah Rinna ini mungkin butuh waktu 20 menit-an.

"Siapa yang nyampe duluan?" tanya gue yang langsung menerobos masuk kelas.

"Gue dong," jawab Nanda bangga.

"Beda satu menit doang." Rinna tidak mau kalah.

"Lain kali, gue yang akan pertama kali datang ke kelas." Iya, gue ngomong gitu dengan nada meremehkan ke mereka.

Gila, memang. Hal ini berlanjut menjadi kebiasaan kami untuk datang pagi-pagi ke sekolah. Awalnya hanya kami bertiga yang memainkan adu kerajinan tersebut, namun ada tiga peserta lain yang membuat kami resah.

Duk

Terdengar suara orang yang membuka pintu lebar-lebar hingga membentur tembok. Munculah dua cewek yang langsung bisa dinilai sebagai cewek kalem, pendiam, dan nampaknya intovert. Gue nggak tahu nama mereka siapa, masih belum hafal nama teman sekelas. Di belakangnya muncul Ucup yang kalau jalan selalu menunduk. Yup, mereka bertigalah tiga peserta tersebut.

Gue deketin Rinna dan mulai berbisik, "Mereka berdua namanya siapa?" Rinna melirik sebentar lalu menggelengkan kepala setelahnya.

Menghela nafas pelan, gue bersandar di kursi memperhatikan papan tulis dengan tatapan kosong. Tangan gue sibuk mainin botol minum tupperware kesayangannya Mimih.

"Sy, gue kemarin ketemu mantan."

Kegiatan gue tiba-tiba berhenti mendengar kata mantan. Gue meliriknya dengan bingung, ada apa nih tiba-tiba ngomongin mantan.

"Mantan yang mana nih?"

Bukannya bermaksud apa, Rinna ini cukup banyak punya mantan. Gak kayak gue gak punya mantan satu pun, iya gue gak pernah pacaran.

Pacaran biasanya dilakukan untuk menjalin kasih sayang antara kedua pelaku yaitu laki-laki dan perempuan, hanya untuk saling mencintai sesaat aja. Namun terkadang ada juga sih yang berpacaran dengan serius dan berniat untuk memilih pasangan hidup yang sebenarnya. Hukum larangan pacaran menurut islam adalah mutlak Haram dan tidak ada perdebatan sama sekali.

Kita sudah tau pacaran itu hukumnya haram, kalau kita lakukan dengan sengaja maka dosa kita akan dicatat oleh Allah. Dalam sunnahnya serta ijma’ para ulama dan firman Allah tentang pacaran haramnya zina dan sesungguhnya dia termasuk kekejian dan dosa besar.

Ya seperti itulah, gue masih memegang prinsip SingleLillah. Kalau gue khilaf, mungkin gue bakal milih gaya pacaran kayak Rinna. Gaya pacaran Rinna ini hanya chat-chatan doang dan kalau ketemu cuman saling senyum. Rinna kalau pacaran gak pernah kencan, apalagi kontak fisik. Ya, kalian bisa bayangin sendiri.

"Itu si Alex, adek kelas." bisiknya, takut ada yang dengar.

Gue langsung ngakak. Iya, dulu waktu SMP si Rinna ini pernah ketahuan ngelirik salah satu adik kelas. Gue pikir si Rinna ini naksir sama tuh adek kelas. Jadi, tiap hari gue godain dia kalau tuh cowok lewat depan kami. Si Rinna yang awalnya merasa biasa aja jadi semakin memperhatikan tuh cowok.

Sampai akhirnya Rinna ngomong ke gue kalau dia kayaknya punya rasa. Tiap hari dia jadi ngomongin adek kelas itu dan pengen punya nomor ponselnya. Gue suruh si Rinna minta nomor ponselnya, dia gak mau karena malu. Gue yang gak tahan lagi dengar ocehannya tiap hari langsung mengajukan diri untuk meminta nomor ponselnya.

IPA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang