"Kau yakin tidak apa-apa? Mukamu terlihat pucat."

Ainawa tersenyum kecil lalu menganggukkan kepala. "Aku tidak apa-apa. Hanya saja sedikit kaget karena keramaian ini." Ia terdiam begitu Shuuzou menyentuhkan punggung tangannya ke keningnya.

"Baiklah. Kita diam dulu di sini sampai suasananya sedikit sepi. Sekaligus memulihkan keadaanmu," ujar Shuuzou dengan tegas. Aura dominan sebagai kapten menguar begitu saja. Membuat Ainawa lagi-lagi hanya bisa menganggukkan kepala.

***

Nyaris menunggu selama sepuluh menit, akhirnya suasana toko buku itu ramai secara normal. Cukup memberikan ruang kepada Shuuzou dan Ainawa yang memilih berpencar untuk mencari kebutuhan masing-masing.

Shuuzou yang berada di bagian buku umum diam-diam menatap Ainawa. Gadis yang tengah melihat-lihat bagian komik itu tampak mengambil sebuah buku tak bersegel. Membukanya, lantas terdiam menikmati isinya.

Bahkan sampai Shuuzou selesai dengan belanjaannya, gadis itu masih berada di posisi semula. Masih dengan buku yang sama. Alhasil, lelaki penasaran. Tanpa suara, ia pun mengendap ke belakang Ainawa yang masih serius.

Kukira dia tidak membaca hal seperti ini. Pikir Shuuzou kala melihat dari belakang apa yang gadis itu baca. Sebuah shoujo-manga, dengan sepasang insan yang tengah berciuman.

"Hei." Bahu di bawah ia tepuk pelan. Melebarkan cengiran kala pemiliknya berbalik dan menatap kaget.

"Sudah selesai?" tanyanya lagi.

"Ma-maaf. A-aku keasyikan membaca. Namun, aku sudah memilih buku kok. Senpai tunggu di sini. Aku akan pergi membayarnya dulu." Cepat dan gugup. Ainawa segera berlari kecil menuju kasir. Menyembunyikan wajahnya yang merah padam karena ketahuan seperti itu.

***

Keluar dari toko buku, keduanya memutuskan untuk mencari kudapan. Berkeliling dari satu bangunan ke yang lainnya, segelas orange juice dan cappuccino pun terbawa. Tak lupa dua bungkus roti cokelat sebagai pelengkap. Kini, giliran tempat untuk mendudukkan diri yang dicari.

Sebuah bangku panjang mereka dapati di sudut kompleks. Duduk bersisian, keduanya pun mulai menikmati belanjaan masing-masing.

"Ngomong-ngomong, Senpai membeli buku apa saja?" tanya Ainawa. Gemerisik es yang bergesekan terdengar begitu Ainawa menyedot minuman berwarna oranye itu.

"Beberapa fiksi umum. Juga buku-buku penunjang untuk ujian."

"Ooh. Baguslah."

"Kau sendiri membeli apa?"

"Hanya novel-novel ringan dan beberapa manga."

"Termasuk manga yang kau baca tadi?"

Refleks Ainawa tersedak mendengarnya. Ia benar-benar tak menyangka jika Shuuzou melihat apa yang ia baca tadi.

"Jujur saja. Kukira kau tidak bisa membaca hal seperti itu mengingat tampangmu begitu polos, Ainawa." Shuuzou tertawa kecil melihat lawan bicaranya yang tiba-tiba mengubah posisi duduk, sedikit membelakanginya.

"I-itu kan wajar! Ma-maksudku, wajar gadis seumuranku penasaran dengan hal-hal seperti itu, kan?" ujar Ainawa dari balik sana.

"Oh ya? Benar hanya karena penasaran?" Anggukan ia dapatkan dari kepala dengan rambut diikat ponytail itu. Membuatnya menyeringai jail.

Shuuzou mendekat tanpa diketahui Ainawa. Tepat di telinga dengan gagang kacamata yang menyelip itu, ia pun berbisik, "termasuk bagaimana rasanya?"

Seketika mata Ainawa membelalak lebar. Ia menoleh ke sumber suara, yang seketika membuatnya nyaris meloloskan gelas orange juice dari tangan.

Bibirnya bertemu dengan milik Shuuzou. Belum ia bereaksi, jemari panjang lelaki itu menjepit pipinya. Menetapkannya pada satu arah hingga Ainawa bisa merasakan pergerakan kecil di sana. Beberapa menit yang termakan pun terasa begitu lambat karenanya.

Ainawa melengos dengan cepat begitu cumbuan itu terlepas. Tangannya bergerak ke atas, menutupi separuh wajah yang memerah sempurna. Terlebih samar cappuccino masih terasa jelas di kedua belah bibirnya yang sedikit merona.

Ia mencoba menangkap bayang Shuuzou dari ekor mata. Sayangnya itu berbalas dan membuat degup jantungnya makin menjadi.

"S-sebaiknya kita pulang. A-aku baru ingat kalau aku punya tugas yang belum selesai. Gomen ne."

Mendengar itu, Shuuzou hanya tersenyum kecil. Dibereskannya bekas makan dan belanjaan mereka. Ainawa yang tidak menahu tentang itu pun sedikit tersentak melihat kakak kelasnya itu mengulurkan tangan padanya.

"Katanya mau pulang. Jadi?" Alis penanya naik sebelah seiring dengan senyum lebar yang ia berikan.

Ainawa mengangguk kecil walau tak berani membalas uluran tersebut. Ia segera bangkit dan berjalan mendahului Shuuzou, yang hanya tertawa kecil lagi melihat tingkahnya.

"Oh ya! Bukuku!" pekik Ainawa. Ia berbalik dan melihat Shuuzou yang menjinjing dua bungkusan berwarna putih.

"Sudah. Biar aku yang bawakan. Kau pasti kecapaian karena aku yang memintamu mendadak seperti ini. Apalagi..." Shuuzou menahan ucapannya kala gadis di depannya itu bersikeras untuk membawa belanjaannya sendiri.

Ainawa menahan napas begitu melihat Shuuzou yang membungkuk, menyejajarkan wajah mereka berdua, lalu berbisik kecil, "... atas seranganku yang tadi. Kau masih merasakannya kan?"

"ITU TIDAK BENAR!" teriak Ainawa kala wajah datar Nijimura Shuuzoh berubah menjadi seringai yang menyebalkan baginya.

Kali ini, ia berjalan dengan cepat. Terserah Shuuzou mau berkata apa. Intinya ia benar-benar malu dan jengkel dibuatnya.

Sementara Shuuzou? Ah, lagi-lagi ia hanya tertawa kecil melihat tingkah gadis yang hari ini genap sudah menjadi kekasihnya itu selama tiga bulan.

*

1180 words

Day 5, end

[Completed] 30 Days OTP ChallengeWhere stories live. Discover now