(2) Badut Sekolah

9.6K 946 20
                                    

Ini udah seminggu sejak kejadian aku pingsan. Dan sampai sekarang aku belum tahu siapa yang menggendongku ke UKS sekolah. Aku penasaran banget. Tapi aku yakin kalau yang menggendongku itu cowok, aku bisa ngerasain tangan besarnya pas ngangkat aku.

Siang ini, aku berjalan secepat mungkin membawa bekalku kelapangan sekolah seperti biasa. Sebelum akhirnya aku mendengar teriakan seorang cewek yang sangat kukenal.

"Cewek cupu! Kesini lo!" dia Maura, ketua ekskul drama yang sangat amat membenciku entah kenapa aku pun gak tahu.

Sebisa mungkin aku menghiraukan Maura yang kuyakin berjalan semakin dekat kearahku bersama antek-anteknya. Aku tetap berjalan memeluk kotak bekalku sambil sesekali tersandung sampai akhirnya Maura menarik pundakku.

"Lo tahu gak salah lo apa?!" Maura membentakku sementara antek-anteknya tersenyum jahat.

Oh Tuhan, apa salahku? pikirku.

Aku hanya bisa diam ketika Maura membuang kotak bekalku kedalam tong sampah. Bahkan semua orang yang lewat tertawa melihatku. Maura terus-terusan berteriak tentang betapa lancangnya aku yang bahkan aku gak tahu apa maksutnya.

"Lo! Kenapa harus lo yang digendong Gio ke UKS?!"

Tunggu. Jadi? Gio yang menggendongku? Oh Tuhan, aku benar-benar berada dalam masalah besar. Aku gak tahu harus senang karna akhirnya aku tahu siapa yang menggendongku, atau aku harus sedih karna Maura adalah salah satu cewek yang tergila-gila sama Gio.

"Maaf, Ra. Gue gak tahu apa-apa." aku berusaha membela diri.

Maura menyuruh antek-anteknya memegangi kedua tanganku. Dia mengeluarkan lipstick dan nyoret-nyoret wajahku seperti buku gambar. Ya Tuhan, aku hanya bisa lagi-lagi menahan tangis dan malu.

"Denger ya cupu, lo tuh gak ada bagus-bagusnya! Kalo sampe gue liat lo deket-deket Gio, lo akan berharap gak pernah dilahirkan." teriak Maura diselingi tawa liciknya.

Take another look at the face

Of Miss always invisble

Look a little closer and,

Maybe then you will see

Why she wait for the day,

When you'll ask her, her name

***

Sudah tiga hari aku gak masuk sekolah karna malu. Di sekolah, semuanya mentertawaiku karna ulah Maura dan antek-anteknya yang membuatku seketika menjadi badut disekolah. Orang rumah hanya tahu kalau aku sakit. Padahal sih, aku yakin mereka gak akan begitu perduli sama aku.

Like heck, untuk apa mereka perduli sama anak yang awkward, anti sosial dan gak tahu apa-apa seperti aku ini?

Mama dan Papa cuma perduli sama kerjaan mereka masing-masing. Kalau dirumah pun, mereka cuma bisa berantem dan buat seisi rumah tiba-tiba menjadi arena tinju. Gak, bukan maksudku mereka adu tinju. Tapi ya ampun, aku bahkam sudah kebal sama pertengkaran mereka yang buat kupingku sakit!

Sedangkan Rayhan, Kakak cowok-ku satu-satunya yang 'dulu' selalu aku banggakan dan selalu ada buatku ... sekarang cuma bisa mabuk-mabukan dan ngunci dirinya dikamar. Aku sudah kehilangan Kak Rayhan sejak pertama kali dia pulang larut malam dalam keadaan mabuk.

"Non, ada yang nyariin dibawah!" aku tersadar dari lamunanku ketika mendengar teriakan Mbok Nah.

Aku segera memakai kardiganku dan menguncir satu rambutku. Dengan perlahan, aku keluar dari kamar dan menghampiri Mbok Nah juga orang yang mencariku.

"Siapa Mbok--" kata-kataku terputus ketika aku melihat cowok didepanku.

Giovani Wijaya sedang berdiri di depanku. Di rumahku.

Dari mana dia tahu alamat rumahku?!

"Hai, Nggi!"

Miss InvisibleWhere stories live. Discover now