36. Contact

Mulai dari awal
                                    

"Te-Terima.. kasih.. Erica.." ucapku seraya menghapus air mataku.

"Cepatlah hubungi Tuan Hounderman, saya akan kembali lagi setelah ini" kata Erica berpamitan.

Erica kemudian beranjak dari jongkoknya lalu kembali ke kereta dorong dan mendorongnya hingga keluar dari kamar ini. Erica kembali menutup pintu kamar dan membiarkan aku seorang diri dengan sebuah ponsel pemberiannya.

Aku segera menghidupkan ponsel milik Erica dan kemudian mengetikkan nomor ponsel Robert dan menghubunginya. Aku menempelkan ponsel di telingaku dan menunggu jawaban dari Robert. Beberapa detik kemudian, telponku tidak di angkat dan hanya di reject oleh Robert.

Aku mulai panik karena berpikiran Robert tidak akan mengangkat ponselnya. Aku kembali menghubungi nomor ponsel Robert sekali lagi dan kembali menempelkan ponsel di telinga untuk menunggu jawaban. Disaat aku tengah menunggu, aku mendengar suara pintu yang terbuka.

"Erica, Robert tidak mengangkat telpon.." aku langsung berhenti bicara begitu aku melihat orang yang datang bukanlah Erica, tetapi Alex dan dua orang anak buahnya yang ada di belakangnya.

Aku menurunkan ponsel dari telinga dan sesekali melihat ke layar yang ternyata Robert masih belum juga mengangkat ponselnya. Aku mengalihkan pandanganku dan kini mendongak menatap ke arah Alex yang sudah berdiri di hadapanku.

"Siapa yang kau hubungi, Rain?" Alex bertanya dengan nada yang mendominasi membuat tubuhku gemetar karena takut. Bibirku bahkan sampai ikut bergetar karena ketakutan dan membuatu tidak dapat berkata apapun untuk menjawab pertanyaan dari Alex.

Alex kemudian berjongkok dan menarik kra bajuku dengan tangan kiri lalu mengangkatku hingga aku berdiri di hadapannya. Alex kemudian mengangkat tangan kanannya seolah tengah bersiap untuk menamparku. Dan benar saja, satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi kiriku.

"AAARRGGHH...." aku menjerit dengan memegangi pipiku yang terasa sangat perih setelah di tampar cukup keras oleh Alex.

"Ma-Maafkan aku.. maafkan.. hiks.. maaf.." aku tidak mampu berkata apapun lagi selain kata maaf dan terus menangis menahan sakit di pipiku yang masih terasa dengan jelas.

"Maaf katamu?! Setelah kau menghubungi bajingan itu dan sekarang kau seenaknya meminta maaf padaku?! Kau harus menerima akibat dari perbuatanmu itu, Rain" Alex berkata dengan penuh penekanan lalu ia kembali mengangkat tangannya untuk kembali menamparku.

"Robert tidak sempat mengangkatnya.. Maafkan aku.. Jangan pukul aku lagi, Alex.. Ini sakit.. sakit..hiks.." meski aku memohon-mohon sambil menangis tetapi Alex sama sekali tidak mendengarkanku dan kembali menamparku dengan tamparan yang lebih keras dari pada tadi.

Karena dari kerasnya tamparan Alex, tubuhku sampai terhuyung dan jatuh menyamping di atas tempat tidur. Aku memegangi pipi kiriku yang terkena tamparan dua kali. Rasanya amat perih dan sakit hingga membuatku tak dapat berhenti untuk terus menangis.

Bahkan aku menemukan bercak darah saat melihat telapak tanganku lalu di saat yang sama sudut bibirku terasa sangat sakit. Darah di telapak tanganku berasal dari sudut bibirku yang terluka.

"Berikan ponselnya padaku!" perintah Alex dengan tegas namun aku masih tetap diam di tempat sambil terus menangis dan menggenggam kuat ponsel yang ada di tangan kananku.

Alex kemudian menggeram kesal lalu ia ikut naik ke atas tempat tidur dan menindih pahaku. Alex menundukkan badannya hingga wajahnya cukup dekat denganku. Lalu tangan Alex menjambak rambutku dari belakang hingga aku kembali merasa kesakitan karena rambutku yang di tarik dengan sangat kuat sampai kepalaku terdongak menghadapnya.

"Sakit.. Alex.. ini sa..kit.. hiks.. lepaskan aku.." aku terus meminta agar di lepaskan namun yang kudapatkan adalah tamparan untuk yang ketiga kalinya.

Love And PositionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang