Prologue

232 6 2
                                    

Seorang gadis berparas cantik nan manis tengah terduduk di halte bus sembari mengenakan earphone dan membaca novel favoritnya.

Butterfly, nama gadis itu, tampak acuh saat beberapa orang yang lewat di hadapannya menatap dirinya aneh penuh raut kebencian.

Merasa tidak nyaman, Butterfly langsung menatap balik orang-orang yang sedang menatapnya.

"Apa lihat-lihat?!" Kedua matanya melotot lucu.

Langsung saja ketiga orang itu pergi tergesa-gesa dengan bergidik ngeri. Butterfly memutar bola matanya jengah kemudian kembali membaca novelnya tersebut.

Memang, beberapa bahkan hampir keseluruhan mahasiswa di Universitas Antaris sedikit 'berjaga jarak' pada Butterfly dengan alasan takut dan semacamnya.

Isu beredar bahwa Butterfly memiliki orang tua yang keduanya merupakan Psychopath sekaligus Ketua Geng Mafia tersohor di kota Antaris. Tidak. Tentu saja isu itu tidak ada satupun yang benar karena faktanya, Butterfly tidak memiliki orang tua dan hanya hidup bersama teman-temannya di Panti Asuhan.

Namun tetap saja, mau beberapa kali Butterfly angkat bicara, tidak ada yang akan mendengarnya.

"Hey."

Sebuah tangan kekar menepuk pundak kanan Butterfly dari arah belakang secara tiba-tiba. Butterfly melotot, dan reflek membanting tubuh pria tersebut ke tanah dengan cukup keras.

Bukk.

"Aakkhh..."

Butterfly tambah terkejut saat tahu bahwa seseorang yang dibantingnya adalah pria yang disukainya. Murad, murid populer Jurusan Assasin yang terkenal dingin terhadap semua wanita.

Murad merintih kesakitan, sedangkan Butterfly hanya menutup mulutnya, tanpa ada niatan membantu pria tampan tersebut untuk bangun.

Butterfly takut jika ia membantu Murad, yang ada malah dia yang balik membanting Butterfly.

"Ma-maaf, apa kau tidak apa-apa?" tanya Butterfly kikuk, bahkan ia tak sadar kalau novelnya sudah terjatuh entah kemana.

"Akh... Sepertinya tulang rusukku patah." rintih Murad berpura-pura menahan sakit. Padahal dia tidak merasa sakit sama sekali walaupun bantingan Butterfly sudah cukup keras menurutnya.

"Be-benarkah?! Ka-kalau begitu kau hukum aku saja. Tapi jangan suruh aku untuk mengganti biaya operasimu, aku tidak punya uang!"  Butterfly menunduk dengan kedua tangan bersedekap di atas kepalanya.

"Sshh," Murad berdiri. "Tidak perlu. Aku tadi sudah melihat dari bawah rokmu dan sepertinya itu bayaran yang sepadan."

Butterfly melotot.

Bukk.

Murad ambruk kembali.

Ah, dan jangan lupa dengan tanda kemerahan berbentuk kepalan tangan di wajahnya itu.

"Dasar mesum, keparat, brengsek!" Butterfly duduk di perut rata Murad dan memukuli wajahnya berkali-kali dengan kedua tangannya.

Saking emosinya, Butterfly bahkan tidak sadar kalau posisinya sekarang bisa dibilang sangat intim dan itu membuat Murad tersenyum miring dibalik mulutnya yang sudah tak terbentuk lagi.

'Ini menyenangkan.' batin Murad menyunggingkan senyuman tipis.

• • •

Ini adalah cerita adaptasi dari sebuah cerita fanfict yang pernah aku buat di Group Facebook Arena Of Valor Indonesia.

Alur cerita tetap sama tetapi part akan diperbanyak dengan drama dan aksi yang tentunya juga akan lebih seru.

Terakhir kali aku dapat like di FB itu kayaknya sekitar 1.500, yak? Wkwk.

Ya, semoga aja dengan cerita ini bisa membuat kalian nostalgia dengan AOV season 1-2 tahun lalu.

Thanks :)

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Sep 25, 2018 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Lika-Liku Hidup Butterfly [REWORK]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora