"So? Gue nggak peduli. Please, gue nggak mau ribut lagi sama lo." Ucapku pelan berusaha sabar.

"Pergi lo!" bentak Niall kasar.

"Lo diem aja, gue berurusan sama dia bukan lo!" Lisa menatap tajam kearah Niall.

Ini udah nggak akan beres, apa lagi kalau Lisa tau aku dan Niall menginap di hotel ini. Lalu aku harus bagaimana? Ya Tuhan, Lisa sangat membuatku kesal. Dengan cepat Niall menarik tanganku dan langsung mengajakku berlari. Aku mengerti apa yang Niall lakukan, menghindar dari Lisa.

"Woy jangan lari lo!" teriak Lisa yang langsung mengejarku dengan Niall.

Tau kan aku abis dari Disneyland dan bermain seharian di sana? Pasti tau dong apa yang aku rasakan? Iya benar banget! Aku capek banget! Badan tuh udah kayak yang potong-potong, di mutilasi, kayak copot semua. Niall larinya sih masih kencang nah aku? Di paksain lari kencang karena aku takut kena Lisa lagi. To be honest, aku sudah malas berhubungan dengannya.

Niall terus berlari menghindari kejaran Lisa, saat di belokan aku menengok kebelakang ternyata Lisa masih mengejar, mampus! Niall berlari tambah kencang dan sekarang aku merasakan kakiku begitu amat teramat— bahkan sangat sakit. "Niall aku nggak kuat." ujarku sambil mengatur nafasku.

Niall tidak menjawab dia langsung berbelok menuju sebuah taman besar dan disitu banyak semak-semak dan Niall menarikku dan masuk kedalam semak-semak tersebut. Aku mengatur nafasku yang tersenggal-senggal, dadaku sesak. Niall panik saat melihatku yang sedang kewalahan mengatur nafas. Niall memegang lengan kiriku lalu menempelkan jempolnya diatas urat nadi di pergelangan tangan kiriku. "Tarik nafasnya perlahan, jangan sekaligus." Ucap Niall.

Aku menuruti perintah Niall aku berkonsentrasi mengatur nafasku, tarik-buang tarik-buang.

"Gimana udah enakan?" tanya Niall dan aku mengangguk pelan, ia langsung melakukan hal seperti tadi menempelkan jempolnya di pergelangan tangan kiriku tepat di atas urat nadiku.

"Denyut nadimu sudah normal. Aku minta maaf membuatmu menjadi sesak begini, aku cuman nggak mau berurusan sama Lisa lagi, aku udah males." Ucap Niall lalu mengelus rambutku lembut.

"Aku ngerti kok." Jawabku lemas.

Niall memperhatikan sekitar yang sudah sangat sepi bahkan tidak ada siapapun, gila ini tengah malem dan aku sama Niall ngumpet di tempat beginian? Udah kayak apa aja asli deh.

"Mau pulang sekarang?" tanya Niall padaku.

"Aku nggak kuat jalan, sebentar lagi aja." jawabku sambil mengurut-ngurut kakiku yang terasa pegal.

Tak lama kemudian, tiba-tiba hujan turun dan langsung deras. Aku dan Niall panic karena di sini tidak ada tempat untuk berteduh.

"Ayo berdiri, kita ke hotel sekarang." Niall langsung berdiri dan mengulurkan tanganya untuk membantuku bangun.

"Asli kaki aku nggak kuat jalan, sakit banget."

"Ya udah aku gendong, kamu berdiri sekarang." Niall mengulurkan tanganya membantuku berdiri. Setelah itu Niall menurunkan badanya dan membungkukan punggungnya, aku langsung naik ke punggung Niall dan tanganku melingkar di lehernya. Hujan tambah deras, Niall berjalan agak cepat. Aku kasian melihat Niall yang susah payah menggendongku menerjang hujan ini, tapi mau bagaimana lagi, kakiku sudah terlalu lemas.

Akhirnya kami sampai di hotel, sampai di kamar Niall menjatuhkan tubuhku di sofa lalu Niall mengambil handuk dan membalutkannya padaku. Lalu Niall mengambil bedcover juga selimut yang ada di kasurnya dan membalutkannya padaku lagi.

"Masih dingin?" tanya Niall pelan.

"Kamu suka lebay deh, aku nggak apa-apa."

"Aku tau kamu kedinginan."

My Idol is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang