prolog

466 33 3
                                        


Padat. Itulah first sight Dela mengenai jalanan kota Jakarta. Dela, Candela Alerta yang baru saja tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta itu langsung berjalan menuju halte bus.

Bepergian dari kampung halaman menuju ibukota seorang diri tentu membutuhkan keberanian yang cukup tinggi. Dan sesampainya disini tak ada yang menjemput nya, tapi tak apa Dela tak mempersalahkan itu.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya kendaraan pun tiba. Ia berebut masuk bersama penumpang lain agar mendapatkan tempat duduk. Dan hasilnya? Nihil. ia harus berdiri sembari menggendong tas ransel nya dan memegang sebuah koper.

Tidak ingin menambah kepadatan sang ibukota. Yap, hanya itu alasan Dela.

Menurutnya, jika dia menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa sebuah taxi dan hanya di isi dirinya bersama supir , itu akan menambah padatnya ibukota. Untuk apa kendaraan umum, jika masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi?

Itulah Dela. Segala hal dipikirkan nya menggunakan logika, tidak ada gengsi ataupun semacamnya.

Berbeda dengan anak jaman sekarang dengan embel embel kids jaman now nya itu, mereka terlalu mengedepankan gengsi dan semacam nya.

Dan sekarang, Dela sedang merebahkan dirinya di kamar kost putri. Ia menyerah dengan tubuhnya sendiri yang amat lelah setelah perjalanan yang begitu melelahkan.

Tak mungkin lupa, Dela membuka ponsel nya lalu mengirim pesan kepada Tante Diana. Mengabari bahwa keponakannya ini telah sampai di ibukota dengan selamat sentosa tanpa kurang apapun.


__________

Hallo gaes!

Salam kenal  ^,^

Gimana sama prolog nya? Kurang puas ya? Iya aku tau ko :)

Lanjutin baca ya gaes!

Tunggu update an slow dari aku ini ;)

Jangan lupa vote dan komen

Jangan lupa juga follow akun ku:)

Makasih

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 22, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RASA vs LOGIKA (HIATUS) Where stories live. Discover now