"Buset, baru soal satu udah langsung susah. Yang gampang dulu gitu. Kayak ibukota Indonesia." Kavin hanya menatap datar. "Athena. See? Gue nggak bego-bego amat."

"Gue nggak pernah bilang lo bego. Cuma pemalas aja. Bulgaria?"

Khiya mencibir sebelum menjawab. "Sofia! Nah, pinter kan gue?"

Kavin tersenyum kecil. "Afganistan?"

"Kabul! Apalagi ha? Zimbabwe?"

"Apa emang ibukotanya?" tantang Kavin.

"Ah, gancil itu mah!" seru Khiya penuh kepercayaan diri. "Ibukotanya Wewe Gombel"

Kavin mendecakkan lidahnya. "Seriusan, Ky."

"Serius gue. Serius kagak tahu maksudnya," jawab Khiya sambil meringis. "Yaelah, kasih dispensasi kek sama gue. Gue kan semalam kerja. Nyampe rumah udah tepar. Itu aja gue ngapalin sambil ngitungin ayam goreng."

Kavin pun tersenyum mendengar pembelaan Khiya. Gadis itu selalu punya seribu alasan setiap dimarahi. "Minggu depan kita lanjut lagi Geografinya. Besok gue mau ngejelasin lo soal Alkohol, Eter, Aldehid dan yang lain. Soalnya dua hari lagi kita mau ulangan."

"Alkohol? Lo mau ngajakin gue clubbing nih. Asiik." Khiya menyengir lebar.

"Belum pernah?" tanya Kavin menaikkan satu alis matanya.

"Emang lo udah pernah?" tanya Khiya terkejut. Awalnya dia cuma bercanda. Khiya tahu benar Alkohol yang dimaksud Kavin adalah mengenai gugus fungsi, materi pelajaran Kimia yang sedang mereka pelajari minggu ini. Namun, saat Kavin menanggapi dengan serius, Khiya pun jadi penasaran. Tidak terbayang di kepalanya, murid teladan seperti Kavin pernah ke tempat seperti klub.

"Kalau lagi suntuk," jawab Kavin sekenanya. "Lo masih kecil, nggak usah ikut-ikutan," ledek Kavin, menyeringai.

Khiya menatap Kavin sebal. "Gue sama lo cuma beda 9 bulan ya! Belagu banget!" seru Khiya. Meskipun sebenarnya Khiya tidak ingin bertanya lagi, tapi rasa penasaran mengalahkan rasa gengsinya itu. "Seru ya di klub? Banyak orang mabok nggak? Lo kalau di sana minum-minum juga, Vin? Atau lo malah ikutan joget-joget? Ih, pengin lihat lo joget! Pasti kocak."

Kavin mendelik pada Khiya. "Lo nggak akan kuat ke tempat begitu. Ngehirup asap rokok dikit aja lo langsung bengek."

Tanpa aba-aba, Khiya tiba-tiba saja menoyor kepala Kavin dengan gemas. "Songong bat lo!"

"Jangan noyor kepala gue! Nggak sopan banget lo jadi cewek!" protes Kavin sambil menjauhkan kepalanya dari jangkauan Khiya.

Namun, gadis itu masih berusaha untuk menoyor kepala Kavin kembali. "Gue toyor biar otak lo lengser. Mana tahu lo jadi bego kayak gue."

Kavin pun berusaha menghindari toyoran Khiya. Namun, gadis itu malah semakin bernafsu melakukannya. "Stop!" seru Kavin kesal sambil memegang kedua tangan gadis itu untuk menghentikan perbuatannya.

Saat akhirnya Khiya berhenti memberontak, Kavin pun menatap Khiya tajam. "Berhenti bersikap bar-bar. Percuma lo cantik kalau kelakuan lo kayak preman."

"Jadi, menurut lo gue cantik?" tanya Khiya sambil tersenyum senang. Kavin langsung terdiam menatap wajah Khiya yang sumringah. "Kok diam? Bener berarti ya?" Khiya semakin tersenyum kesenangan. Sedangkan, Kavin merasakan wajahnya memanas tiba-tiba.

 Sedangkan, Kavin merasakan wajahnya memanas tiba-tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Been ThroughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang