Kemana cinta pertama nya?

9.7K 779 6
                                    

Keadaan Lovia tak kunjung membaik sejak 2 hari yang lalu, panasnya semakin tinggi.
Kemarin Zee mengajaknya untuk periksa ke dokter namun Lovia tidak mau, dia mengatakan baik-baik saja, Panasnya akan segera turun Tapi nyatanya panas semakin tinggi, tubuhnya melemah dan selalu mengeluhkan sakit kepala, lovia juga belum makan, setiap kali di suapi selalu menolak.

"Viaaaa, udah dzuhur nih. Bangun yuk sholat dulu."
Zee yang baru kembali ke kamar Lovia berusaha membangunkan sahabatnya itu, tapi tak ada jawaban.

"Viaaa ayuk, sholat dulu. Vi"
Masih tak ada jawaban, Zee yang penasaran menyentuh pipi Lovia namun dia terkejut karna pipi sahabatnya sudah sangat panas. Lovia di sentuhnya berkali-kali tak menjawab.
Pingsan.
Zee sangat panik atas kondisi ini, dia harus apa?
Menghubungi keluarga Lovia? Itu akan sangat membuang waktu. Dia memutar otak siapa yang bisa membantunya saat ini.
Buru-buru Zee mengambik ponsel Lovia mencari kontak Kak Adam yang tak di simpannya.

"Assalammu'alaikum Via"
Sapa Adam dari sebrang sana.

"Wa'alaikumsalam, saya temannya lovia. Apa kakak bisa membantu saya? Lovia demam tinggi saat ini dan saya tidak tau harus minta bantuan siapa lagi untuk membawanya kerumah sakit. Via pingsan sekarang."

"Share location!"
Katanya sigap.

Buru-buru Zee mengirim lokasinya.
Lalu kembali mencoba membangun kan Lovia. Dia sangat panik, Lovia tak kunjung sadarkan diri.

"Lovia!" Panggil adam mencari dimana letak kamar dari gadis itu.

"Kak Adam, disini."
Teriak Zee dari dalam kamar Lovia.
Adam berlari menuju sumber suara Zee.

"Apa yang terjadi dengan Lovia?"
Adam terlihat sangat khawatir.

"Bawa dia kerumah sakit dulu kak, sekarang. Ayo!"

Adam terlihat bingung apa yang harus dia lakukan dalam keadaan Lovia yang tak sadarkan diri seperti ini. Zee sadar Adam merasa canggung untuk mengangkat tubuh Lovia, tapi bukan kah ini dalam keadaan yang urgent? Tak ada yang bisa membantu mereka disini.

"Ayo kak angkat Lovia, jangan membuang waktu lagi."

"Tapi... ee tapi aku.."

"Tak akan terjadi apapun."

Adam menarik napas gusar, memejamkan mata lalu mengangkat tubuh Lovia kedalam  gendongan nya. Secepat kilat ia berusaha menggapai pintu mobil yang sudah di buka oleh Zee.

Di lajukannya mobil menuju ke rumah sakit terdekat, perawat menyambut mereka, dan dengan sigap membawa Lovia keruang UGD untuk segera mendapat penanganan dokter.

Adam dan Zee berdiri di luar, sejak tadi Zee memperhatikan gerak gerik Adam yang terlihat begitu cemas atas kondisi Lovia.

"Emmm Kak Adam?"
Zee berusaha membuka suara memecah keheningan.

"Ya?"

"Maaf aku merepotkan kakak, aku tidak tau harus minta bantuan siapa lagi."

"Tak masalah, tolong kau simpan nomorku untuk memberi ku kabar jika terjadi sesuatu lagi pada Lovia."

"Iya kak"

"Eh siapa nama mu?"

"Zee"

"Oke baiklah Zee."

Suasana kembali hening. Zee sibuk dengan pikirannya, sementara Adam kini sudah diam menundukkan kepala khusyuk berdoa.
Pintu ruangan terbuka, lelaki dengan jas putih itu keluar dengan wajah datar.
Zee dan Adam segera menghampiri dokter itu.

"Bagaimana keadaan Lovia, dok?"

"Gejala tifus. Sekarang dia sudah sadarkan diri, kalian bisa menemuinya. Tapi salah satu tolong urus administrasi untuk segera memindahkan pasien ke ruang rawat inap. Saya permisi dulu."

Surga Sederhana [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang