08. Racun sang Pangeran Kegelapan

Mulai dari awal
                                    

Hamerra kembali muntah darah di ember yang di pegang oleh Meredith. Air matanya mengalir karena rasa sakit yang tak terkira. Sudah hampir 5 hari ia menderita karena racun Christoff. Dan iblis sialan itu hanya menyiksa dirinya namun tidak membunuhnya.

"Meredith---bunuh aku!" pinta Hamerra dengan putus asa. Ia benar-benar sudah sangat menderita.

"Apa yang anda bicarakan Putri?" timpal Meredith tercengang.

"Tusuk... Aku.. Atau... Lakukan sesuatu! Aku sudah... Tidak tahan..." jelas Hamerra dengan nafas terengah.

"Tenanglah Putri, hamba tau anda kuat---"

BAKKH

"Jadi kau menyerah?"

Hamerra membuang wajahnya ke arah lain ketika Christoff masuk ke dalam kamar dengan wajah mengejek padanya.

"Keluarlah." perintah Christoff pada Meredith.

Meredith pun undur diri membungkukan tubuhnya dengan hormat pada Christoff.

Christoff kemudian menghampiri Hamerra dan mendudukan dirinya di tepi ranjang.

"Kau sangat menyedihkan!" cibir Christoff memperhatikan Hamerra dengan seksama.

Hamerra tidak menanggapi, ia hanya mendelik pada Christoff dengan tajam. Dan hal tersebut malah membuat Christoff tersenyum?! Hamerra mengedipkan matanya beberapa kali, ia tidak percaya dengan penglihatannya, sudah 2 kali Hamerra melihat senyum super tipis seperti ini dari Christoff. Dan Hamerra bisa merasakan ketulusan dari senyum iblis kejam itu.

"Kau.. Tersenyum?" tanya Hamerra dengan terengah. Christoff menaikan satu alisnya menatap Hamerra.

Lalu matanya jatuh memperhatikan leher Hamerra yang menghitam mencetak jari-jari tangannya.

Christoff menyentuh tangan tersebut untuk memeriksanya namun segera di tepis oleh Hamerra.

"Pilihannya hanya 2 Hamerra, aku sembuhkan atau kau tetap menderita dengan racunku. Karena racun yang kuberikan padamu tidak akan membuatmu mati."

Hamerra tidak bergeming, ia hanya menatap lekat pada Christoff yang tengah menatap padanya. Hamerra memperhatikan mata Christoff berubah menjadi mata hijaunya yang cemerlang.

Bagi Hamerra kedua pilihan yang di ajukan Christoff sama buruknya untuknya. Jika ia memilih sembuh, Hamerra akan kembali menjadi budak seks iblis itu lagi, jika tidak Hamerra akan menderita dengan sakit yang ia derita sekarang. Racun Christoff tidak membuatnya mati, namun ia juga tidak bisa menahan sakit lebih lama lagi karena racun laknat pangeran iblis itu. Hamerra tidak sekuat itu untuk menahan sakit setiap hari. Ia akan seperti mayat hidup.

Christoff tersenyum miring. Tiba-tiba ia menggigit punggung tangannya sendiri, sampai mengeluarkan darah hitam pekat yang menjijikan miliknya.

"Minumlah." perintah Christoff sambil mengulurkan punggung tangannya di depan bibir Hamerra.

"Hanya darahku yang bisa menyembuhkanmu."

Hamerra menggeleng lemah dengan menyingkirkan tangan Christoff di depan mulutnya.

Rahang Christoff mengeras, ia menatap Hamerra dengan tajam,

"Jangan membuatku selalu berlaku kasar padamu, Hamerra!" desis Christoff tidak terima.

"Minumlah!" perintahnya sekali lagi dengan suara lebih lebih lembut.

"Tidak! Warna darahmu----sangat menjijikan!"

"Tutup saja matamu kalau begitu." timpal Christoff dengan mengulum senyumnya.

Hamerra kembali mengedipkan matanya beberapa kali, ia tidak salah lihat kan? Jika iblis kejam dan dingin itu sedang mengulum senyum karenanya? Hamerra merasa jika saat ini bukan hanya tubuhnya yang terkena racun iblis itu tapi rupanya racun itu sudah menjalar pada matanya.

Dewi HamerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang