04 •• Rey Terlalu Normal

ابدأ من البداية
                                    

"Lah, ngaca dong masnya! Yang mutusin kan elo!" ujar sang gadis kesal. Kalau Rey nggak ganteng, pasti gadis itu sudah menonjok wajah Rey. Tapi sayang wajah Rey terlalu ngegemesin untuk ditonjok.

"Oh, iya yang, lupa aku," kata Rey. "Siapa suruh nggak mau dianuin."

"Au ah, capek ngomong sama lo. Nyesel gue pernah pacaran sama lo," kata gadis itu.

Rey menarik tangan gadis itu dan mengecup punggung tangannya. "Yakin nyesel?" tanya Rey sambil mengeluarkan senyum buayanya yang sayangnya membuat lelaki itu terlihat semakin tampan. "Padahal gue kangen sama lo," ujar Rey. "Tapi yang namanya cinta kan nggak bisa dipaksain ya." Rey mengacak rambut mantan pacarnya itu, "selamat tinggal kenangan! Hati-hati ya!" kata lelaki itu. "Yuk cabut."

Rey, Ertha dan Bonet pun kembali melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda tadi.

"Gue baper lagi! Sialan lo Rey!" teriak gadis itu kesal.

"Belajar melupakan masa lalu yang!" balas Rey dengan teriakan.

***

SAAT lelaki itu sampai di kantin, hal yang paling pertama ia cari adalah seorang gadis yang sejak tadi sudah memenuhi pikirannya. Ia mengedarkan pandangannya.

"Ngapain nyet?" tanya Bonet sambil berdiri di sebelah Rey.

"Ngapain lagi kalau bukan nyariin kecengan," ujar Ertha yang paham betul perilaku temannya itu.

Rey tidak memperdulikan tatapan para perempuan yang tertuju kepadanya. Ia tetap masih mencari gadis tadi, padahal sudah beberapa kali Rey menemukan gadis-gadis cantik yang curi-curi pandang kepadanya.

Sampai pada akhirnya Rey menemukan gadis itu. Ternyata dia sedang duduk di pojok kantin sambil mengetik sesuatu di sebuah laptop. Rey pun menyatukan kedua jempol dan jari telunjuknya sehingga membentuk persegi panjang lalu mengarahkan ke gadis itu. Itu simbol yang Rey buat sejak lama untuk menandakan bahwa dia sudah menemukan targetnya. "Target terkunci, agen Rey segera meluncur," ujar Rey lalu berjalan santai menuju meja gadis itu.

"Memang sarap ya tu bocah," kata Ertha sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Kan udah gue bilangin, normalan gue daripada dia," ujar Bonet.

"Terserah, yang waras ngalah," kata Ertha lalu berjalan menuju meja yang sudah ditempati para temannya yang lain.

***

ZEE memfokuskan diri pada ketikannya. Janjinya pada ibunya baru saja ia langgar sekarang. Ternyata menyelesaikan cerita secepat itu tidaklah mudah, sehingga Zee membutuhkan waktu tambahan untuk menyelesaikan ceritanya itu. Tapi ia janji setelah cerita ini selesai, dia akan fokus belajar.

Lagu yang menyumpal telinganya saat ini sangat pas dengan alur cerita yang sedang ia buat, hal itu membuat Zee menjadi tidak sadar bahwa ada seseorang yang duduk di sampingnya dan membaca ketikannya itu.

"Wow, mereka jadian?" tanya Rey takjub ketika membaca cerita Zee.

Karena wajah Rey sangat dekat dengan wajah Zee yang membuat suara Rey terdengar jelas di telinga Zee. Akhirnya wanita itu sadar bahwa ada seseorang di sampingnya. Buru-buru Zee melepas headseth-nya dan menjauhi wajahnya dari wajah Rey.

Gadis itu hampir saja terjungkal karena sangat kaget. Untung Rey dengan cepat menahan tubuh Zee. "Kagum banget ya sama kegantengan gue sampai mau loncat gitu," ujar Rey.

Zee pun tersadar dan menjauh dari tubuh Rey. "Kamu ngapain di sini sih?" tanya Zee kesal. Hal yang paling Zee benci ialah ketika mood-nya sedang bagus-bagusnya untuk mengetik, tetapi tiba-tiba seseorang datang dan merusak semuanya.

"Ciah kamu, jadi baper nih," ujar Rey.

Zee mendengus. Baru tahu kalau spesies seperti ini benar-benar menjengkelkan. Dengan cepat Zee menutup macbook-nya dan memasukkannya ke dalam tas.

Rey pun dengan cepat memegang tangan Zee, menahan gadis itu supaya tidak pergi. "Jangan pergi lagi dong, gue udah susah nyari lo," kata Rey.

Zee menatap Rey kesal.

"Jangan lama-lama natapnya, nanti gue meleleh lho!" ujar Rey.

"Apaan sih? Bar-bar banget," kata Zee lalu bangkit dari duduknya.

Hal itu membuat bangku yang Rey duduki miring, dan membuat Rey jatuh karena lelaki itu duduk di ujung bangku.

Brukkk.

"Rasain jatuh," ledek Bonet yang sedari tadi mengamati aksi temannya itu.

Rey tak memperdulikan apapun, lelaki itu malah berteriak, "gimana kalau kita jadian kayak cerita yang lo buat? Kan seru!"

Hal itu membuat Zee mempercepat jalannya. Seharusnya kan yang malu Rey, kenapa Zee jadi ikut-ikutan malu?

Rey bangkit dari jatuhnya yang mengenaskan itu. Lelaki itu menepuk-nepuk celananya yang kotor terkena debu. Lalu dengan santai berjalan menghampiri Ertha dan Bonet.

"Mantap bos?" tanya Bonet dengan nada meledek.

"Mantap apa? Megang aja belum," ujar Rey.

"Najis mesum mulu lo. Gue kan ngomongin jatuh lo tadi," kata Bonet.

"Jatuh gitu doang mah nggak masalah, yang penting itu cewek udah baper sama gue," kata Rey.

"Pede banget sih," runtuk Bonet kesal.

"Tapi kayaknya lo bakalan dapet masalah gara-gara ini deh," kata Ertha sambil mengangkat sisi jaket Rey yang robek.

"Anjir, maafin gue wahai Bebeb Rasti!" teriak Rey.

Nah, kalau seperti ini kan seru.

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA

***

Next? Vomment dong!

Next? Vomment dong!

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

06-09-2018

Scarldo حيث تعيش القصص. اكتشف الآن