Part 22: Axel's Feeling

841K 29.4K 3.1K
                                    

Maaf atas keterlambatan update ya, hp aku rusak :( jd harus diservis bbrp hari...

Happy reading!

***

Part 22: Axel's Feeling

“Bro, mau ke kantin, nggak?”

“Hah?”

Lelaki itu menoyor kepala sahabatnya. “Yeee bengong aja sih, Bro! Kesambet aja.”
“Hmm...”

“Axel!”

Troy mengikuti arah pandang Axel. Di sana ada Fany, gadis nan imut dan cerdas—dengan kaki kanan diperban tengah tertawa riang bersama sahabat - sahabatnya—Evelyn, Clarissa, Evan, serta beberapa teman lainnya.

Troy mengangguk - ngangguk, seolah mengerti sesuatu. “Nyesel nih ceritanya?”

“Hah?”

“Hah, hoh, hah, hoh, mulu! Gagu ya?” omel Troy. “Nyesel nih ceritanya, udah putus?”

Axel mengangkat bahu dengan cuek. “Nggak pernah jadian.”

“Hah? Jadi lo PHP-in Fany?”

“Apanya yang PHP? Teman biasa aja kok kita.”

Troy mengerang frustasi. “Teman biasa? Cih,” cibirnya. “Bahkan satu sekolah ini tahu lo berdua udah lebih dari sekedar teman!”

“Udahlah, Troy. Jangan dibahas lagi. Lo naksir sama dia kan? Dekatin lah sana. Gue udah nggak tertarik lagi.”

Troy menyengitkan dahi. “Apa lo bilang? Kita udah sepakat untuk bersaing sehat, Bro! Dan apa? Nggak tertarik lagi? Omong kosong!”

Axel menghela napas. “Gue udah bosen. Cewek model begituan banyak di luar sana.”

“Apa? Gue nggak salah denger?” Troy memicingkan matanya. “Dia udah keliatan banget suka sama lo, dan sekarang lo tinggalin gitu aja? Lo tuh tergila - gila banget sama dia, gue tau, Bro!”

“Ini urusan gue,” ujar Axel. “Urus aja urusan lo sendiri.”

Troy memutar bola matanya. Sahabatnya ini memang bisa menjadi makhluk paling menyebalkan di dunia, jika sedang membicarakan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Dan... jika ia bermaksud menyembunyikan sesuatu.

“Apakah karena itu, Xel?”

“Apa?”

“Kaki Fany. Kecelakaan bulan lalu.”

Axel mengangkat sebelah alisnya. “Apa urusannya?”

“Oh, c'mon! Jangan pikir gue nggak tahu, kalo lo yang gendong Fany ke kamar, bukan Evan! Lo yang nyuruh Evan untuk ke kamar, dan membuat seolah - olah dia yang nyelamatin Fany dari kecelakaan itu.” ujar Troy dengan tidak sabar. “Benar atau benar, Xel?”

Axel tampak kaget dengan ucapan Troy. Namun sedetik kemudian, ia kembali memasang wajah datarnya. “Sekali lagi, bukan urusan lo.”

“Oh sekarang gue tahu...” gumam Troy. “Lo menyalahkan diri lo sendiri karena kecelakaan Fany di Puncak itu, ya kan? Nih ya, kalo ini membantu, lo sama sekali nggak salah. Bukan lo yang gagal jagain dia atau apa, tapi peristiwa kemarin memang murni kecelakaan.”

Axel mengedikkan bahu.

“Ayolah, Xel! Lo nggak bisa selamanya jadi pengecut begini. Apa lo berpikir, karena lo gagal jagain dia, lebih baik lo pergi dan menjauh? Setelah segala pendekatan yang udah lo lakukan ke dia?” Troy menahan amarahnya. “Itu ibarat menerbangkan orang hingga ke langit tujuh, lalu menjatuhkannya begitu saja ke jurang terdalam, Xel!”

Marriage With(out) SexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang