27. Too Late

12K 2K 411
                                    

TEPAT saat Seohee terjaga di pukul tujuh pagi, Jungkook datang memasuki kamar dengan wajah khas bangun tidur yang biasa terlihat saat di flat.

Matanya menyipit, bibirnya kadang menganga seperti orang bodoh―atau kadang tanpa sadar menggaruk bagian ketiaknya yang gatal karena keringat bersarang di sana.

Sejemang Seohee mengamati eksistensi iparnya itu, masih belum menyadari bahwa ia tengah memperhatikan sebab mata Jungkook mengatup berulang kali, kelihatan masih mengantuk.

Ternyata semalam lelaki itu tidak kembali lagi ke kamar dan Seohee yakin iparnya tidur di kamar sang kakak. Lagi pula Seohee juga tidak akan sanggup jika harus tidur berdua dengan Jungkook. Terlebih ia sudah menolak perasaan Jungkook yang bisa dipastikan membuat hati pria itu hancur berkeping-keping sejak kemarin.

Seohee akui, ia masih terkesima seperti pagi-pagi biasanya ketika melihat Jungkook. Kebiasaan lelaki itu mengacak surai frustasi, mengusap wajah dengan kasar atau mengerang sebal karena masih ingin menambah waktu tidur.

Alhasil bibirnya melengkung manis tapi menatap sendu. Sayang sekali ia harus menolak pesona iparnya yang begitu menarik. Tapi dibanding berakhir mempermainkan perasaan orang lain, Seohee lebih menyukai keputusannya. Ia tidak menyesal.

Siku tangannya bertumpu di atas bantal lalu telapak tangan kanan menopang dagu dengan kokoh. Seohee yakin di luar sana ada banyak gadis yang terpikat pada ketampanan iparnya. Garis wajahnya sempurna seperti milik Taehyung. Ya―seperti Taehyung. Seohee tiba-tiba tersenyum miris mengingat nama Kim Taehyung. "Kau harus segera mandi daripada terus menggaruk tubuhmu sampai luka."

Jungkook menyingkap kelopak mata otomatis, sedikit melompat terkejut menyadari eksistensi Min Seohee di atas ranjangnya. "Argh ... aku lupa kau di sini. Sialan. Kau melihat saat aku menggaruk bokongku?"

Seohee berusaha menahan tawa, lalu mengangguk pelan. "Kelihatannya gatal sekali ya? Mau kubantu untuk menggaruknya?" mendapati pertanyaan itu Jungkook langsung melotot tajam.

"Pedulikan saja matamu yang membengkak itu, terlihat mengerikan seolah bola matamu akan keluar."

Meski perasaan canggung masih tersisa, menggenangi pikiran keduanya, tapi Seohee rasa waktu bisa kembali; berubah normal. Ya, setidaknya ia dan Jungkook bisa bicara seperti biasa. Saling mengejek atau melontarkan candaan, sekali pun sisa-sisa luka kemarin masih membayangi Jungkook. Tidak apa-apa, Jungkook berusaha menepis dan membalut lukanya sendiri, meski sebenarnya ia tak biasa mendapat penolakan dari seorang perempuan.

Sekian detik kemudian Jungkook berdeham, lalu mendaratkan bokongnya pada salah satu sofa yang menghimpit dinding, tak jauh dari keberadaan ranjang. "Hyung sudah memesan tiket. Kita akan pulang sore ini, tapi Hyung akan tinggal," katanya lantas membuat Seohee bergegas menyorot teduh.

"Dia―tidak pulang?"

Jungkook terlihat muram, menundukkan kepala sambil tersenyum kecil. "Mau kuceritakan pengalaman pahitku yang pernah ingin kau dengarkan?"

Mendadak Seohee merasa sorot mata itu menarik dirinya untuk memasuki lingkup yang lebih serius. Sejauh ini Seohee sudah bisa mengartikan pandangan apa saja yang kerap Jungkook torehkan padanya. Dan Jungkook selalu terlihat meyakinkan saat akan bicara serius.

Membisu dalam keheningan hingga beberapa detik, Seohee berakhir mengangguk pelan tapi mantap. Lalu Jungkook tersenyum, menatap wanita di seberangnya dengan rasa sayang yang kembali harus dia pendam karena sebuah penolakan.

"Aku dan Hyung―pernah mencintai dua orang gadis yang ternyata adalah saudara kandung, itu tidak disengaja." Sekejap Seohee langsung menatap dalam, lalu bola matanya berkeliaran, menunjukkan reaksi terkejut secara alamiah yang diselubungi rasa bingung.

Trapped by DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang