13. Emergency

3K 227 1
                                    

"TIM MEDIS!! DOKTEERR!! CEPAT OBATI DIA!"

Kepanikan melanda Leza, Thalia dan terutama Alean.

"Kakaaak!! Kakak.. Hiks hiks"

"DASAR PAYAH! CEPAT OBATI KAKAK KU"

"Ka Galan!! Dokter cepat tangani dia atau ku bunuh kalian!!"

Emosi ketiganya tak beraturan tatkala melihat satu-satunya saudara laki-laki mereka tiba-tiba mengalami kondisi parah dan Darurat.

Flashback on

Galanor sudah berada di Arena pertandingan dan berdiri berhadapan dengan lawannya.

MULAI !!

Saat Galanor sedang memfokuskan targetnya agar tepat sasaran, Arsalin yang saat itu menjadi lawannya mulai memainkan biolanya di tengah-tengah pertarungan.

Bukan lagu biasa, karena yang dia mainkan adalah sebuah 'Death Music' dan menggunakan Sound Controller nya untuk membuat suara biola miliknya terdengar lebih mendengung di telinga lawan.

Tapi bukan itu masalahnya, karena posisi Galanor yang memang sedang Fokus sama sekali tidak akan berpengaruh pada alunan musik seperti itu.
Namun, yang membuat Galanor goyah adalah ketika Arsalin mulai berjalan mendekati tempat Galanor berdiri.

Itu yang membuatnya semakin jelas memandang gadis itu, ia melihat..

Biola, musik, Rambut yang diikat dengan ikat rambut berbentuk bunga.

"Lin.."

Dia teringat seseorang hingga konsentrasinya pecah, dan seketika..

"Aaghh" ia menutup telinganya, rasanya sakit.. Sakit sekali bukan karena permainannya yang Fals tapi karena secercah ingatan yang tiba-tiba muncul.

Seorang gadis kecil bermain biola dihadapannya dengan alunan yang sangat indah, dengan rambut pendeknya yang selalu dihiasi bunga.
Konsentrasi Galanor semakin buyar dan sedetik kemudian telinganya mengeluarkan darah..

"Sakit.. Sa-kit sekali.. P-Perih" Batin Galanor, ia masih memegangi Telinganya yang berdarah..
Namun tak berapa lama, ia tak bisa mendengar suara itu lagi, suara biola yang selalu ia rindukan, kini tak terdengar lagi.
Hilangnya suara itu sekaligus juga hilangnya kesadaran Galan.

Tubuhnya Ambruk seketika.

"Gelap.. Sangat gelap.. Lin kau disini?"

Flashback Off

Cukup lama Leza, Thalia dan Alean menunggu di depan pintu ruang Medis untuk menunggu dokter, perawat atau siapapun yang akan keluar dari dalam sana memberikan informasi tentang keadaan Saudara mereka.

Berjalan kesana kemari, duduk-bangun, berputar-putar bahkan hingga hal-hal tak biasa mereka lakukan untuk sedikit menghilangkan ketegangan dan rasa panik mereka.

"Kalau sampai mereka keluar dengan kabar buruk akan aku bakar habis sekolah ini" ujar Aleana masih dengan air mata yang tak henti-henti nya berjatuhan.

Ddrrtt..

Pintu ruang medis terbuka dan menampilkan seorang dokter yang cukup muda keluar dari dalamnya, dengan segera Alean, Thalia dan Leza berlari kearahnya.

"Gimana dok?" tanya Leza mewakili

"Dia baik-baik saja"
Akhirnya mereka bertiga bisa menghirup nafas lega.

"Tapi...." oke mungkin bukan Akhir.

"Tapi apa dok?" kali ini Alean yang bertanya, jelas sekali kekhawatiran di wajah pucatnya.

"...Untuk seharian ini pendengarannya akan sedikit terganggu, ya lebih tepatnya tidak bisa mendengar Tapi tenang saja, bagian yang lain tidak ada luka ataupun cacat" jelas sang dokter.

"Terima kasih dok" ujar Leza, sang dokter mengangguki dan pergi meninggalkan ketiga nya yang masih tak percaya.

Alean lebih dulu mengambil langkah masuk ke kamar perawatan kakaknya itu, di ikuti Leza dibelakangnya tapi tidak dengan Thalia.

Ddrrtt..

Pintu ruang medis tertutup rapat.

Thalia mengusap air matanya kasar, ia berbalik dan Lari..

-------

"Hebat juga kamu Arsa"

Dua orang gadis sedang berjalan di koridor Academy yang cukup sepi.
Sampai tiba-tiba seorang gadis bersurai hitam datang.

Plakk!!..

Gadis itu menampar gadis bersurai biru dengan kerasnya.
Wajah dingin nya benar-benar menampakkan amarah yang meluap luap, bahkan iris mata merahnya seolah bergerak bagai aliran darah.

"Hey apa-apa an ini?" bentak gadis bersurai biru tersebut

"Gara-gara kamu... Gara-gara kamu kakak ku kesakitan, gara-gara kamu dia jadi tuli!!" bentak gadis bersurai hitam itu tak kalah kencang dan tegas.

"Itu pertarungan semua bebas dong pake apa aja biar menang, lagi pula itu elemen ku" ujar keras gadis bersurai biru.

Amarah sudah pada titik didik nya gadis bersurai hitam itu kembali mengangkat tangannya dan hendak menampar gadis bersurai biru tadi lagi.

Namun saat ayunan tangan tak lagi pada kendali nya sebuah tangan menghentikan geraknya.

"Cukup!!" gadis bersurai hijau yang ada disamping gadis bersurai biru itu memegang erat tangan thalia bermaksud untuk menghentikan tindakannya, namun justru bukannya berhenti sesuatu malah berbalik padanya.

Ccstt...

"Shh.. Tanganku seperti terbakar" gadis bersurai hijau itu cepat-cepat melepaskan genggamannya dan menyembunyikan tangannya yang mungkin sudah melepuh dibelakang punggungnya.

"Ayo Arsa kita pergi" gadis itu menarik temannya dengan tangan kanannya yang masih utuh, dan membawanya pergi dengan berjalan kearah yang berlawanan dengan gadis bersurai hitam tadi.

"Sial aku lupa, gadis itu memiliki segel malaikat.. Shh tanganku pasti melepuh sekarang" batin gadis bersurai hijau panjang.

**

"Kakak.. Kakak sudah sadar?" ujar Alean, ia cepat-cepat memegang erat tangan kakak laki-laki nya itu.

"Al--" Deg... Galanor terbelalak, ia memegangi kedua telinga nya dengan takut takut.

"Kenapa aku tidak bisa mendengar? Alean kamu bicara apa? Ada apa denganku?" batin Galanor mulai resah, ia benar-benar tidak bisa mendengar apapun

Alean yang sadar akan kegelisahan kakanya mendekat dan duduk di tepi ranjang dan berpikir bagaimana caranya untuk menjelaskan semuanya tanpa suara namun dipahami?.

Akhirnya sebuah ide muncul di kepala nya, ia dan kakanya sering menggunakan bahasa isyarat atau kode-kode tertentu sewaktu mereka kecil untuk mengelabui atau memberi alasan-alasan pada orang tua mereka.

Alean mulai memainkan tangan dan beberapa jari nya untuk menjelaskan kondisi galanor saat ini.

"(Tidak apa-apa jangan takut, ini hanya sementara jadi jangan jauh-jauh dariku)" jelas Alean, Galanor mengangguk paham.

"Gadis itu... Tapi aku rasa bukan.. Hatiku bilang bukan..Aarrghh Lin kamu atau bukan tunjukan padaku aku rindu"









FA : The Mythical SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang