4. Kartu As

161 9 4
                                    

Tidak perlu usaha terlalu keras karena nyatanya semesta telah mendukung untuk kita bersama.

Chapter 4 - Kartu As

Dilara menyentak kakinya di lantai keramik dengan kesal. Bel pulang sekolah sudah berbunyi hampir satu jam yang lalu namun Bara yang berjanji untuk menjemputnya belum juga datang. Katanya ada meeting mendadak dengan klien.

Kalau itu saja alasannya tidak akan membuat Dilara kesal, tapi masalahnya sudahlah telat untuk menjemput, Bara juga tetap tidak membiarkannya pulang sendiri.

Chat yang baru dikirim Bara membuatnya sensi. Disuruh menunggu lima belas menit lagi. Oh, tahukah Bara jika bukan hanya cowok yang bosan menunggu, tapi para cewek pun sama bosannya menunggu apalagi menunggu kepastian dari gebetan. Eh!

Dilara merapikan letak roknya yang sedikit miring lalu keluar dari toilet. Memilih jalan berbeda saat ia menuju toilet tadi, sengaja lebih jauh agar nanti ketika ia sampai di lobby sekolah Bara sudah datang.

Sekolah dihampir pukul empat ini sudah sangat sepi. Tidak ada kegiatan lain semacam eskul sepulang sekolah karena ini adalah hari senin.

Dilara berjalan sambil membuka akun instagram-nya. Menggulir layarnya tanpa minat. Tidak ada yang menarik bagi Dilara sampai sebuah suara benda jatuh terdengar dari salah satu ruangan. Dilara mengawasi kiri-kanannya, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan orang di sekitarnya. Dengan langkah pasti Dilara kembali melangkah menuju sumber suara yang ia yakini berasal dari sebuah ruangan yang pintunya terbuka sedikit.

Ternyata itu adalah ruangan OSIS. Tertulis jelas dengan font besar di plang yang menggantung di atas pintunya.

Betapa terkejutnya Dilara saat mengintip dan melihat siapa yang tengah berada di dalam sana. Terlebih lagi apa yang sedang orang itu lakukan.

Demi apapun, Dilara bersumpah jika keterlambatan Bara menjemputnya merupakan suatu keberuntungan untuknya. Dengan cepat—sebelum ketahuan—Dilara mengeluarkan ponselnya hanya untuk mengabadikan Arga yang sedang merokok di dalam ruangan OSIS.

Dari dalam hatinya, Dilara berseru menang. Jika begini ceritanya, sudah bisa ditebakkan siapa yang menang dan siapa yang akan menarik perkataannya sendiri?

🥀

Dilara membuka pintu itu dengan gebrakan. Sengaja, biar orang di dalamnya kaget. Lalu melangkah congkak ke dalam. Benar saja, Arga sedikit tersentak dengan kedatangannya. Namun cowok itu berhasil mengubah ekspresinya menjadi biasa saja, padahal Dilara yakin di dalam hatinya pasti cowok itu sedang panik karena ketahuan olehnya.

"Ngapain lo?" tanyanya, datar seraya membuang putung rokoknya kemudian berdiri dan menginjaknya dengan sepatu hitamnya.

"Santai dong." Dilara cekikikan tidak jelas. "Cuma mau nanya nih, kalau foto ini ditempel di mading sekolah, kira-kira caption yang bagus apa ya?" Dilara mengangkat ponselnya yang layarnya menyala, menampilkan hasil bidikannya barusan;foto Arga yang tengah merokok.

"Lo ngancem gue?"

Dilara tertawa. Jenis tawa meremehkan. "Kalau caption-nya gini, 'Ketua OSIS SMA NUSA DHARMA kepergok tengah merokok di dalam ruangan OSIS.' keren gak?" Alih-alih menjawab, Dilara malah semakin gencar menjalankan misinya.

DilargaDär berättelser lever. Upptäck nu