✓ 2.2 PMS

14 0 0
                                    

"Lo kenapa sih, Al?"

Erika berujar ketus kepada sahabtnya itu. Bagaiman tidak? Pagi-pagi sekalo sudah berada di depan rumahnya. Erika yang tak tahu suara mobil siapa hanya acuh menikmati sarapannya tanpa membukakan pintu. Dan itu membuat Alicia sedikit kesal sampai terus membunyikan klaksonnya keras-keras beberapa kali.

Tak hanya itu, saat di perjalanan pun Erika tak lepas dari amarah Alicia. Sejenak Erika berpikir, apakah sahabatnya itu sedang PMS?

"Gue kenapa?" bukannya menjelaskan, Alicia malah balik bertanya.

Erika berdecak gemas. Tak ingin memperpanjang lagi, Erika menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya dan membelakangi Alicia.

"Ih, gue dikacangin?"

*

Alio memasuki kelasnya dengan raut wajahnya yang sayu. Seharian dicuekin kembarannya, dan tadi pagi pun diancam oleh ayahnya jika tidak berbaikan dengan kembarannya.

"Kenapa lo?"

Alio menoleh, mendapati teman sebangkunya yang berdiri di depannya dengan dahi mengerut.

"Gak apa-apa."

"Alah, kayak cewek aja lo. Setiap ditanya jawabnya gak apa-apa. Giliran diiyain aja bilangnya gak peka." sekarang, ganti Alio yang mengerutkan dahinya.

"Lo curhat?" tanya Alio datar.

"Siapa yang curhat? Gue cuma bilang aja ya, gak curhat. Kalo mau curhat pun gak bakalan sama elo juga keleus."

Alio mendengus. Rusak sudah moodnya hari ini. "Pergi deh lo, sana." usir Alio.

"Bangku gue disini goblok."

"Siapa bilang bangku lo di sampingnya Jaja?"

"Ali sialan."

"Raka bajingan."

"Apa? Lo ngatain gue bajingan?"

"Apa? Lo ngatain gue sialan?"

"Dasar, ganteng-ganteng kok goblok."

"Gue anggap itu pujian."

*

Jam di dinding kelas X 3 menunjukkan pukul 11 siang. Itu artinya 1 jam lagi bel istirahat akan segera berbunyi.

Alio menggumam tak jelas ketika bu Dina tengah mengajar di depan. Tangannya mencoret-coret bukunya tanpa minat.

"Ah, gue bosen masa."

"Kayak cewek aja sih, lo."

"Kenapa lo yang sewot sih, Rak sepatu?"

"Nama gue Raka, Raka Diano Saputra. Bukan rak sepatu." sinisnya tak terima jika namanya diganti.

"Terserah gue lah, mulut-mulut gue. Kenapa lo sewot?" balas Alio tak kalah sinis.

"Sia-"

"Sia apa, Raka?"

Raka mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Kakinya menyenggol betis Alio meminta bantuan. Tapi yang namanya Alio, ya acuh-acuh saja. Malah dia sekarang sedang berpura-pura menyalin catatan dari papan.

"Sia apa, Raka?" ulang bu Dina penuh penekanan.

"Siapa yang mau uang, bu, maksudnya." tak puas dengan jawaban Raka, bu Dina menarik kuping Raka kuat-kuat sampai memerah dan Raka yang memekik kesakitan. Hal itu tak luput dari pandangan teman-temannya yang menertawakan dirinya, termasuk Alio yang menampilkan senyum mengejek kepadanya.

"Keluar kamu dari kelas saya." ucap bu Dina setelah melepaskan tangannya dari telinga Raka.

"Yah, bu. Kok keluar sih." protes Raka.

Alio sendiri menertawakan teman sebangkunya itu. Tak sadar bahwa bu Dina juga menatapnya garang.

"Kamu juga Alio."

Alio menghentikan tawanya. Menatap bu Dina yang juga menatapnya garang.

"Bu, saya kan gak salah."

"Keluar dari kelas saya sekarang!" tak mempedulikan Raka yang balik mentertawakannya, Alio berdiri dan berlalu keluar kelas. Seperti yang diperintahkan oleh bu Dina.

•••

Alicia sedang duduk di kantin sendirian. Ditemani semangkok bakso yang mulai dingin.

Sebenarnya ia tak sendirian, tadi Erika harus pergi ke ruang kepala sekolah karena ada keperluan. Jadilah Alicia sendiri di kantin yang ramai ini.

"Ca?" Alicia menoleh, mendapati kembarannya yang berdiri di sampingnya bersama temannya, Raka.

"Apa?"

"Kok sendirian?"

"Nggak, kan ada lo sama temen lo." Alicia terkekeh. Alio mendengus lalu duduk di depan kembarannya, sedangkan Raka duduk di samping Alio dan tatapannya masih mengarah ke wajah cantik Alicia.

"Biasa ae natapnya, gue colok baru tau rasa lo!" sentak Alio sambil memukul belakang kepala Raka.

"Sakit, goblok."

"Duh, kalo berantem mending ke lapangan deh," cetus Alicia yang jengah karena tingkah teman kembarannya kelewat lebay.

"Kan mulai lagi," gumam Alio jengah.

"Temen lo mana?" tanya Alio mengalihkan pembicaraan.

"Katanya ke ruangan kepsek, gak tau mau ngapain."

"Terus, itu kenapa kok baksonya gak dimakan? Maag lo kambuh gue gak mau gendong, ya."

Alicia cemberut, "Yaudah sih kalo gak mau gendong, biar digendong Raka aja. Mau kan Rak?"

Raka yang tadinya bermain ponsel langsung menatap Alicia yang mengedipkan matanya beberapa kali.

"Eh, iyaa." Alio berdecak.

"Lo beneran PMS ya, Ca?"

"Hah?"

"Iya, kata bunda lo lagi PMS," celetuk Alio yang dihadiahi pelototan oleh Alicia dan Raka. Bukan apa-apa, percakapan mereka didengar oleh siswa lain karena suara Alio yang keras.

"Emang PMS itu apa?"

*

"Bu Uli?" bu Uli -guru mapel ipa, menghentikan langkahnya karena Alio memanggil.

"Iya, Alio, ada apa?"

Alio menggaruk tengkuknya bingung. "Emm, saya mau tanya bu. Tapi, bu Uli harus jawab jujur ya?" bu Uli sempat mengernyit, tapi tak urung juga beliau mengangguk.

"Iyaa,"

"Em, saya kan punya kembaran, cewek. Nah dari kemarin itu saya dicuekin terus bu, dimarah-marahin terus. Nah saya tanya sa-"

"Sebentar, kamu mau bertanya atau bercerita tentang keluargamu?" Alio mendengus.

"Jangan dipotong dulu, bu." serunya gemas.

"Kata bunda saya, itu emang terjadi karena masanya. Katanya masa p-- p, apa ya?"

"PMS?"

"Nah, iya itu. Yang saya tanyain, PMS itu apa bu?" tanya Alio dengan wajah polosnya.

Bu Uli tak bisa menahan tawanya. Ya meskipun pelan, Alio sedikit tersinggung karena ditertawakan.

"Begini ya Alio, PMS itu memang biasa terjadi. Bisa dibilang itu adalah masa pubertas yang dialami perempuan. Eum, tadi kamu bilang selalu dimarah-marahin? Itu sepertinya hal biasa, karena masa-masa pms hampir sama seperti hormon ibu hamil. Dan itu biasanya terjadi selama seminggu."

"Hah? Seminggu?"

•••

Jan lupa votenya💙💙

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Mar 08, 2020 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Don't GoDove le storie prendono vita. Scoprilo ora