04. Penyekapan sang Bidadari

Start from the beginning
                                    

Entah berapa lama ia tak sadarkan sampai-sampai darah akibat lukanya pun mengering.
Hamerra kemudian membuka matanya dengan membulat sempurna ketika menyadari sesuatu.

Apa sekarang ia berada di tempat------

BAKK

Pikiran Hamerra terpotong oleh suara pintu yang di buka dengan kasar. Hamerra menelan ludahnya dengan susah payah setelah menyadari jika pikirannya adalah benar. Dengan cepat ia mendudukan dirinya di atas ranjang.
Di depannya sekarang berdiri sosok Iblis yang begitu kejam menganiaya wanita seperti dirinya. Hamerra langsung meraba wajahnya, syukurlah ia masih memakai cadarnya.

"Kau sudah sadar?" tanya suara dingin yang masih membuat Hamerra merinding bila mendengarnya.

"Kau tidak mati?" Hamerra balik bertanya tidak gentar, ia meredam ketakutan dalam dirinya sendiri.

Iblis itu menyeringai dengan sangat menyeramkan pada Hamerra.

"Sepertinya kutukan mu tidak berlaku padaku."

Hamerra mematung di tempat, pikirannya melayang pada perkataan sang ibunda ketika menjelang ajalnya. Ratu Casandre berujar jika calon suaminya kelak adalah satu dari jutaan pria yang tidak mati karena menyentuhnya. Hamerra merahasiakan hal tersebut dari siapapun termasuk sang ayahanda. Karena percuma saja ia mengatakannya, para pria itu akan tetap merasa ketakukan padanya. Hanya pria bodoh yang rela mati dengan mencoba mencari peruntungan selamat dari sentuhannya.

Hamerra kemudian menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin jodohnya adalah iblis terkutuk dari alam semesta. Tidak mungkin. Ini hanya kebetulan semata, ia yakin pasti ada pria lain di luar sana yang bisa menyentuhnya juga selain sang iblis yang berada di hadapannya kini. Lalu Hamerra menatap sang iblis tidak gentar,

"Dari sekian Iblis yang kulenyapkan, sangat ku sesalkan kutukanku tidak bisa menyentuhmu."

"Kau sangat berani Hamerra."

"Karena aku tidak takut dengan makhluk parasit seperti kaum-mu!"

"Aaa......" Hamerra merasakan kembali lehernya seperti di cekik, padahal ia masih merasakan panas di lehernya akibat cekikan sebelumnya.

"Ampun?"

"Ti---dak akan per---nah!" jawab Hamerra dengan susah payah. Air matanya sudah mengalir karena sakit yang luar bisa ia rasakan. Kemudian ia merasakan tubuhnya terhempas dan menabrak sandaran ranjang tempat ia terbaring.

Hamerra terbatuk dengan memegangi lehernya. Ya Tuhan apa ini akhir dari hidupnya, mati dengan disiksa oleh makhluk menjijikan.

"Sebenarnya aku ingin membunuhmu sekarang juga. Tapi rasanya tidak cukup adil jika aku tidak merasakan tubuhmu terlebih dahulu."

Hamerra yang tengah menunduk langsung menengadahkan wajahnya, menatap iblis itu dengan mata terbelalak. Apa maksudnya? Apa iblis itu akan memperkosanya hanya karena bisa menyentuh Hamerra dengan bebas. Ya Tuhan, Jika benar Hamerra memilih untuk mati saja.

"Bersihkan ia."

Perintah iblis itu pada pelayannya yang merupakan wanita paruh baya, Hamerra sungguh tidak menyadari keberadaan wanita tua itu. Kemudian iblis itu meninggalkan Hamerra yang masih mematung ketakutan.

_______________

"A... Anda begitu sangat cantik, seumur hidupku, aku tidak pernah melihat bidadari secantik anda." ucap si pelayan tua dengan tatapan takjub pada Hamerra yang sudah membuka cadarnya, setelah si pelayan tua itu membersihkan dirinya dengan menggunakan sarung tangan kulit khusus.

"Jadi kaummu banyak menculik kaumku dan di jadikan mangsa mereka?"

"Sebenarnya para bidadari di khususkan untuk santapan keluarga sang Raja saja."

Dewi HamerraWhere stories live. Discover now