31. Air yang bening jangan sampai keruh (lagi)

10.5K 748 16
                                    

"Ehemmmm." Alex menoleh dan meraih tangan Tiar ketika gadis itu mendekati mereka.

Tiar tersenyum manis menyambut tangan Alex. Dia tidak menyadari tatapan membunuh dari Nadia.

"Sayang, pulang yuk." Alex mengangkat alis bertanya heran. Belum juga setengah acara, pacarnya sudah minta pulang.
"Kenapa? Kamu sakit?" Alex mengamati Tiar dengan teliti. Di pegang pipinya, kemudian dahinya, "nggak panas?"

"Kamu apaan sih? Aku sakit perut. 'Gangguan hari pertama' anterin pulang ya? Please." Kalo Tiar sudah memohon seperti itu abang harus gimana lagi? Alex membawa Tiar keluar dari ruangan itu.

"Lex, mau kemana?" Nadia membelalak melihat Alex pergi begitu saja. Kali ini keberadaan Nadia baru terlihat oleh Tiar.

"Dia siapa?" Tiar tidak bisa menutupi rasa penasarannya.

"Gue tunangannya. Lo siapa?"

"Sayang, jangan dengerin dia. Kita pulang aja." Jantung Alex meloncat mendengar Nadia bersuara. Bagaimana reaksi Tiar? Kemarin mendengar Alex punya (mantan) tunangan saja, Tiar sampai puasa dua hari dua malam.

Busettt deh kalau kejadian itu terulang lagi. Jangan sampai pacar bos satu ini cemburu. Bahaya. Beneran bahaya mengancam kalau Tiar berhadapan dengan Nadia.

"Ooo jadi Alex belum cerita ya?" Nadia berjalan mendekat dengan ketenangan yang di buat - buat.

"Saya tunangan Alex. Asal lo tahu, kami sebentar lagi akan menikah. Undangan sudah siap di sebar."
Tiar hanya menoleh ke kiri dan ke kanan. Melihat Alex sebentar lalu melihat Nadia begitu terus karena Alex tidak mau mengalah untuk membantah Nadia.

Alex masih berusaha meyakinkan Tiar bahwa dirinya sudah tidak ada hubungan lagi dengan mantan tunangannya.

"Aku sudah pernah menjelaskan sama kamu kan? Yang sebenarnya seperti apa?" Lama - lama Tiar jengah sendiri.

"Kalian kalau mau berdebat jangan disini. Kasian pengantinnya. Berisik tahu." Alex dan Nadia sama - sama tercengang. Terutama Nadia. Mengapa efek provokasinya datar sekali?

Waduh,tanda - tanda nih, PMS cewek gue.

"Nggak sayang,.." Alex menyelipkan anak rambut Tiar kebelakang telinga.

"Puas - puasin yang pacaran, sebelum undangan di sebar. Karena setelah itu elo harus jauh - jauh dari Alex." Nadia semakin panas melihat perhatian Alex kepada Tiar.

"Ya sudah, kita pulang." Perut Tiar tidak bisa berkompromi. Rasanya melilit sekali.

Wajah Tiar sudah seram, Alex tidak mau berlama - lama disana. Senggol sedikit lagi taringnya pasti keluar. Kemarin gelas pecah, waktu Tiar main angkat ponsel Alex tanpa ijin. Alex masih melihat bekasnya berantakan di lantai rumah kontrakan Tiar. Entah siapa yang membersihkannya. Lah, bisa jadi kali ini gelas di lempar ke muka Alex. Jauhkan Tiar dari meja makan! Jangan sampai dia memegang benda berbahaya.

"Bentar deh, Lex."

Alex mengangkat alis. Tinggal beberapa meter lagi mereka sampai di pintu keluar. "Lex, pulangnya bentar lagi ya?"

"Hemmm?"
Tadi minta pulang, sekarang nggak jadi?

"Katanya perut kamu sakit?"

"Aku pengen sup pengantin. Boleh?"

"Kamu nggak lagi ngidam kan? Aku belum 'ngapa - ngapain' kamu lho." Tiar melotot gemas dan tangannya sudah bersarang di pinggang Alex.

Aaawwwww. Alex mengaduh tanpa suara.

"Pengen sup pengantin." Tiar mulai merajuk. Datang bulan saja, manjanya ngalahin ibu hamil muda nih pacar.

What? Piringnya gimana? Beling kan? Bahaya banget nih.
Mulut Alex sudah membuka, tetapi menutup lagi.
"B-boleh." Mudah - mudahan cewek PMS ini tidak lebih galak dari kemarin.
"Aku suapin ya?"

Resolusi Love  (Tamat)Where stories live. Discover now