40. De Javu

9.5K 688 9
                                    

Alex mendengus dalam hati melihat Tiar melenggang masuk ke dalam ruang kerjanya. Alex memaksa Tiar untuk berangkat bersama dia. Kekhawatirannya tidak terbukti. Tiar tidak lupa jalan ke kantor, dia masih ingat. Jangan tanya sebatas apa dia ingat, sampai di gang - gang tikus juga dia ingat. Bisa - bisanya ingat pekerjaan, ingat teman - temannya, hampir semuanya dia ingat, tapi lupa sama pacar sendiri.

"Elo beneran udah sehat?" Rena mengamati Tiar dari atas sampai bawah.

"Udah donk. Sehat banget ini malahan." Alex mengernyit mendengar perkataan Tiar.

"Elo yakin, Lex. Dia beneran udah sehat?" Alex mengusah tengkuknya tanpa berkata apapun. Rena masih menatap ragu kepada sepasang kekasih di depannya. Bukan karena tidak yakin dengan kemampuan kerja Tiar, tetapi luka di kepalanya cukup parah. Dan dia sempat amnesia. Bahkan sampai sekarang aja dia belum sepenuhnya sembuh. Rena tidak habis pikir, bagaimana bisa Alex membiarkan dia masuk kerja dengan kondisi seperti ini?

"Mbak Ren, gue bosen di rumah. Siapa tahu kalo dengan gue masuk kerja, gue bisa ingat semuanya."

"Ya, kalo memang itu mau kamu. Tapi jangan sampai kecapekan. Ntar saya yang di telpon Mama Ester."

"Ih, Maaf ya Pak, Mama saya bikin malu aja." Rena, Maya, dan Sinta menatap nanar kepada bos mereka. Umur mereka pacaran memang belum melampaui umur jagung, tapi mereka tahu, Alex dan Tiar saling mencintai.

"Pagiiii....." eh buset, biang rusuh masuk tanpa permisi. "Elo? Udah masuk?" Sama seperti Rena, Tomas menatap tidak percaya kepada Tiar.

"Tom, berhenti natap gue kayak gitu. Sakit mata baru tahu rasa lo."

"Kok dia nggak amnesia sama galaknya ya?" Tomas berbicara sendiri.

"Apa lo bilang? Gila aja lo." Tiar melangkah mendekati kursi kerjanya, meletakkan tas lalu duduk di sana.

"Elo makin galak deh habis keluar dari rumah sakit." Tomas mencibir Tiar. Orang habis sakit kok nggak habis stok judesnya.

"Take care ya. Saya mau ke ruangan." Katanya kepada Tiar. Alex berlalu meninggalkan mereka. Pekerjaannya masih menggunung.

***

"May," Tiar mengamati pekerjaannya sekali lagi sebelum menoleh kepada Maya.

"Kenapa? Ada yang bingung?" Maya meletakkan bolpointnya dan melihat apa yang di pegang Tiar.

"Nggak sih, tapi, selama gue nggak ngantor, ini yang ngerjain siapa?"

"Biasalah. Asisten si bos."

"Perasaan gue nggak enak deh. Ya udah thank's."

"Tiar, lo beneran nggak ingat? Maksud gue, kejadian sebelum elo masuk rumah sakit?" Tiar menggeleng. "Mama bilang gue ketabrak mobil." Jawab gadis itu sambil membolak balik berkas yang lama dia tinggalkan.

Maya memang bilang sama mamanya Tiar, kalau dia kecelakaan. Ketabrak mobil, bukan di dorong sama mantan tunangan Alex. Tapi Maya masih berharap Tiar mengingat sendiri setiap hal yang dia alami. Maya takut, dia takut untuk menceritakan semuanya kepada Tiar. Dia takut Tiar belum siap mendengar semuanya. Biarkan waktu yang bercerita kepada Tiar.

"Ini filenya kok kacau banget sih." Tiar mendengus. Dia harus merombak ulang. Kepalanya cenat cenut melihat pekerjaan yang sangat amburadul menurutnya. Seharian dia berkutat dengan file - file di mejanya, sambil mengingat apa yang harus dia lakukan dengan kertas - kertas itu.

Resolusi Love  (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang